Jumat, 07 Desember 2012

Hamba Tanpa Nama


Pembacaan alkitab, 2 raja-raja 5:1-19A

Orang Aram pernah
keluar bergerombolan
dan membawa tertawan
seorang anak perempuan
dari negeri Israel. Ia
menjadi pelayan pada
isteri Naaman. Berkatalah
gadis itu kepada
nyonyanya: "Sekiranya
tuanku menghadap nabi
yang di Samaria itu, maka
tentulah nabi itu akan
menyembuhkan dia
dari penyakitnya"
(2 RAJA-RAJA 5:2-3)
Ia seorang kepala bagian rumah tangga di gereja. Setiap Sabtu dan Minggu, ia bertugas menjaga agar semua peralatan elektronik dan perabot tetap rapi dan berfungsi dengan baik. Selain itu, ia juga harus mengatur kebersihan gedung, toilet, dan keteraturan tempat parkir. Ketika ada jemaat yang kurang sabar karena kesulitan parkir, ia dicari untuk dicaci. Hampir tak ada orang menghargai sumbangsihnya, meskipun ibadah nyaris selalu berjalan baik dan lancar. Terlepas dari perlakuan jemaat, ia tetap setia dan sabar melaksanakan tugasnya.

Alkitab juga menyisipkan kisah tentang orang-orang yang tidak dipandang oleh manusia. Inilah keunikan Tuhan yang kerap kali memilih orang kecil dan kurang berarti untuk melaksanakan kehendak-Nya (lihat 1 Korintus 1:27). Di balik mukjizat penyembuhan Tuhan atas diri Naaman, ada jasa seorang gadis kecil yang tak dikenal namanya. Ia hanyalah tawanan yang diperhamba oleh orang Aram, musuh bangsanya. Namun, iman dan kasihnya menggerakkan Naaman yang sakit kusta untuk mencari kesembuhan lewat nabi Tuhan, Elisa. Naaman bahkan kemudian bertekad untuk menyembah hanya kepada Allah Israel (ayat 17).

Semua orang, mulai dari yang paling sederhana dapat dipakai untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Yang dituntut dari kita adalah ketaatan dan kerendahan hati. Ketaatan kita dapat menjadi sarana di tangan Tuhan untuk menggenapi kehendak-Nya. Tidak penting siapa yang memperoleh penghargaan. Yang penting Tuhan dikenal dan dimuliakan.





Tuhan tidak pernah meremehkan yang kecil dan kurang berarti,
asalkan kita melayani-Nya dengan hati tulus dan bersungguh hati.




Benda Mati yang Sombong


Pembacaan alkitab, yesaya 10:5-19

Adakah kapak
memegahkan diri
terhadap orang yang
memakainya, atau
gergaji membesarkan
diri terhadap orang yang
mempergunakannya?
(YESAYA 10:15)
Sepanjang sejarah, Tuhan memakai manusia sebagai alat untuk menggenapi rencana-Nya. Tuhan dapat memakai siapa pun, baik orang yang percaya maupun orang yang tidak percaya. Raja Asyur contohnya. Ia “dipakai” Tuhan untuk mendidik umat Israel. Sang penguasa ini tengah ada di puncak kejayaannya, meraih kemenangan demi kemenangan, termasuk merebut Israel Utara dan mengangkut segenap penduduknya sebagai tawanan (lihat 2 Raja-raja 17:7-23).

Catatan Alkitab memberitahu kita bahwa kemenangan Asyur bukanlah karena kehebatannya, melainkan karena Tuhan berkenan memakai mereka untuk menghajar umat-Nya yang murtad (ayat 6). Sayangnya, niat hati mereka jahat. Mereka justru membanggakan dan menyombongkan kekuatannya (ayat 7-11). Yesaya mengibaratkan raja Asyur seperti kapak, gergaji, gada, dan tongkat (ayat 15). Benda-benda yang tidak bernyawa dan hanya dapat berguna apabila ada yang menggerakkannya. Ironisnya, benda-benda mati itu sombong, menyangka mereka sendirilah yang hebat. Tuhan murka terhadap kesombongan Asyur. Ketika genap masanya Tuhan memulihkan Israel, segala kemegahan Asyur akan dibinasakan (ayat 12, 16-19).

Apakah kita menyadari bahwa diri kita juga merupakan alat di tangan Tuhan-benda-benda mati tak berdaya sampai Tuhan berkenan menggunakannya bagi tujuan-tujuan-Nya yang mulia? Mari membangun sikap hati yang benar sebagai “benda-benda mati” yang tak semestinya sombong. Ketika diberi kesempatan melayani, kita mengerjakannya dengan segenap hati. Ketika dikaruniai keberhasilan, kita bersyukur dan menghormati Tuhan yang lelah berkenan memakai kita.




Tuhan, tiap kesempatan dan keberhasilan adalah karya-Mu.
Jagai hatiku agar selalu kagum hanya pada-Mu.


Menjadi Berguna


Pembacaan alkitab, filemon 1-25

Aku, Paulus, ...
mengajukan permintaan
kepadamu [Filemon]
mengenai anakku yang
kudapat selagi aku dalam
penjara, yakni Onesimus.
Dahulu memang dia tidak
berguna bagimu, tetapi
sekarang sangat berguna
baik bagimu maupun
bagiku.
(FILEMON 9-11)
“saya mau punya gerobak yang lebih besar,” kata seorang anak pemulung ketika ditanya apa cita-citanya. Tampaknya tidak berguna. Namun, ada orang yang memandang anak-anak ini penuh potensi. Penuh harapan, mereka mendirikan sekolah gratis, pusat pelatihan keterampilan kerja, dan rumah baca. Berusaha melebarkan wawasan, meluaskan cita-cita, membuat anak-anak ini jadi lebih berguna.

Onesimus, yang dibicarakan dalam surat Paulus pernah menjadi seorang yang tak berguna, bahkan pikirannya yang sempit membuat ia mengambil jalan pintas yang merugikan sang tuan, dan akhirnya ia meringkuk di penjara (ayat 10,11,18). Namun, Tuhan mempertemukannya dengan Paulus. Onesimus ditolong mengenal kebenaran dan menjadi orang yang berguna bagi pekerjaan-Nya (ayat 11,13). Perhatikan bagaimana Paulus memandang dan menyebut Onesimus: anakku, berguna,buah hatiku, saudara yang kekasih (ayat 10-12, 16). Menurut catatan sejarah, kemungkinan Onesimus membina jemaat Efesus. Bersama Polikarpus, ia dipakai Tuhan mengumpulkan tulisan-tulisan yang kini dikenal sebagai Perjanjian Baru. Sesuatu yang tak terbayangkan oleh Onesimus sebelumnya!

Entah apa yang terlintas di pikiran kita saat melihat orang yang terbatas cita-cita dan kemampuannya, atau berantakan hidupnya. Adakah kita melihat mereka sebagai sesama manusia yang diciptakan menurut gambar Tuhan? Hidup mereka seharusnya mencerminkan kemuliaan Sang Pencipta. Adakah yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka mewujudkannya? Mungkin Anda sendiri yang merasa tidak berguna. Tuhan dapat saja memakai Anda sebagai Onesiumus berikutnya.





Hidup yang berguna:
Hidup yang mencerminkan kemuliaan Sang Pencipta.



Anugerah untuk Melayani


Pembacaan alkitab, lukas 5:1-11

Kata Yesus kepada
Simon, "Jangan takut,
mulai sekarang engkau
akan menjala manusia"
(LUKAS 5:10B)


Suatu hari sepulang kerja, saya menenteng tas berisi komputer. Untuk menutup pintu pagar, saya letakkan tas itu sebentar di teras. Anak saya yang saat itu berusia tiga tahun segera keluar hendak membantu menjinjing tas itu. Saya memuji niat baiknya, lalu mengangkat komputer tersebut bersamanya. Sebetulnya lebih baik jika saya mengangkatnya sendiri. Komputer saya akan sepenuhnya aman. Namun, itu berarti anak saya kehilangan kesempatan untuk menunjukkan kasihnya dengan berusaha “menolong saya”.

Pengalaman saya mungkin dapat sedikit mengilustrasikan situasi yang terjadi suatu hari di Danau Genesaret. Tuhan Yesus melaut bersama Simon Petrus dan mendapatkan ikan melimpah. Setelah itu, Dia memanggil Petrus menjadi murid-Nya. Jelas bukan kecakapan Petrus sebagai nelayan yang menghasilkan tangkapan berlimpah. Siang malam ia sudah berusaha tanpa hasil (ayat 5). Mukjizat itu adalah bukti kemahakuasaan Yesus. Mengapa Yesus memanggil Petrus melayani bersama, sementara Dia sebenarnya dapat melakukannya sendiri? Bukankah Dia memang datang untuk melayani? (Lihat Markus 10:45). Bukankah kerap kali para murid-Nya bukannya menolong, justru merepotkan-Nya? Sungguh kasih karunia semata jika Dia menggandeng Petrus dan kawan-kawannya sebagai rekan sekerja-Nya.

Ketika kita dipercaya melayani Tuhan, ingatlah bahwa kepercayaan itu bukan karena kemampuan kita. Tuhan dapat melakukan semua hal tanpa melibatkan kita. Atau, memilih orang lain yang lebih baik dan pandai dibanding kita. Kesempatan melayani Kristus dimungkinkan semata-mata karena kebaikan Tuhan. Dia ingin agar kita mengambil bagian dalam tugas mulia-Nya di bumi ini.





Kesempatan melayani adalah anugerah.
Bukan karena kebaikan atau kecakapan kita.



Kamis, 06 Desember 2012

Beda Selera


Pembacaan alkitab, lukas 19:1-10

Melihat hal itu, semua
orang mulai bersungut-
sungut, katanya, "Ia
menumpang di rumah
orang berdosa.
(LUKAS 19:7 TB 2)

Coba bayangkan kejadian ini. Suatu malam kita melihat seorang pendeta sedang duduk bercengkerama dengan para pemuda di pos ronda. Apa reaksi spontan kita? Kita merasa tidak nyaman karena berpendapat bahwa pendeta tersebut tidak bisa menjaga wibawanya. Ataukah kita merasa senang dan kagum karena ada seorang rohaniwan yang bersedia membaur dengan orang kebanyakan?

Menarik sekali untuk mencari tahu mengapa orang banyak bersungut-sungut terhadap keputusan Tuhan Yesus yang akan menginap di rumah Zakheus (ayat 7). Pastilah karena mereka tidak sepakat dengan keputusan tersebut. Hati mereka terusik karena mereka tahu siapa itu Zakheus. Mereka berkeyakinan bahwa tidak sepatutnya orang saleh bergaul rapat dengan orang yang mereka anggap kurang baik hidupnya. Celakanya lagi mereka dengan cepat menganggap dirinya ada di kubu orang saleh, sehingga mereka sangat terganggu. Di sinilah akar masalahnya. Mereka memiliki cara pandang yang berseberangan dengan Tuhan Yesus. Ironisnya, mereka berharap Tuhan Yesus-lah yang menyesuaikan diri dengan cara berpikir mereka, dan bukan sebaliknya.

Apakah kita sering merasa terganggu dengan apa yang Allah putuskan? Apakah kita sering merasa tidak mengerti jalan pikiran dan tindakan Allah, lalu kita bersungut-sungut? Kalau keyakinan kita banyak yang berseberangan dengan Allah, kita akan banyak menemukan konflik dengan-Nya. Mari kita lihat ulang keyakinan-keyakinan kita. Lalu bandingkan dengan isi hati Allah. Ketika ada yang tidak sejalan dengan selera-Nya, kitalah yang perlu menyesuaikan diri dengan-Nya. Bukan sebaliknya!





Ketika kita berbeda selera dengan Allah,
kita akan menghadapi banyak masalah.


Mari Berencana


Pembacaan alkitab, amsal 24:1-7

Karena hanya dengan
perencanaan engkau
dapat berperang, dan
kemenangan tergantung
pada penasihat 
yang banyak.
(AMSAL 24:6)
Grusah-grusuh adalah ungkapan dalam bahasa Jawa yang menggambarkan seseorang yang bertindak tanpa pertimbangan matang; serba terburu-buru; bertindak seketika. Akibatnya, yang dikerjakan tentu tidak maksimal, bahkan sangat mungkin banyak keputusan yang kemudian disesali.

Salomo, menasihati kita dengan sebuah analogi militer: “hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang” (ayat 6). Tentara yang banyak tidak cukup, perlu perhitungan yang matang untuk mengarahkan mereka. Analogi lain adalah dalam membangun rumah, memilih benda berharga, dan memiliki wibawa (ayat 3-5). Perencanaan menunjukkan adanya hikmat, kepandaian, pengertian, dan kebijaksaan. Salomo melanjutkan, “kemenangan tergantung kepada penasihat yang banyak.” Banyak mendengar nasihat akan memampukan seseorang membuat sebuah rencana yang baik dan matang. Salomo sendiri dikenal sebagai tokoh yang dikaruniai hikmat melebihi segala manusia yang pernah ada (lihat 1 Raja-raja 3:12). Namun rupanya, hikmat luar biasa yang diberikan Tuhan tidak membuatnya menjadi sombong dan keras kepala. Sebaliknya, hikmat memberikannya kesadaran dan kerendahan hati untuk mendengar banyak nasihat.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita hidup dengan semangat grusah-grusuh atau penuh perencanaan? Jangan biarkan hidup berlalu sia-sia karena kita lalai atau malas berencana. Rencana lahir dari hikmat, dan hikmat berasal dari takut akan Tuhan (lihat Amsal 1:7). Tuhan merindukan kehidupan kita memuliakan-Nya. Sebab itu mari mohon hikmat Tuhan untuk berencana serta kerendahan hati untuk mendengar banyak nasihat.






Hidup bersama Tuhan bukanlah hidup tanpa rencana,
melainkan berencana sesuai kehendak Allah.


Rabu, 05 Desember 2012

Peringatan tentang Kekayaan


Pembacaan alkitab, yakobus 5:1-6

"Jadi sekarang hai
kamu orang-orang
kaya, menangislah 
dan merataplah atas
sengsara yang akan
menimpa kamu!"
(YAKOBUS 5:1)



Anda pernah mendengar lagu ciptaan Iwan Fals yang berjudul Bento? Lagu liriknya menggambarkan sosok pria bernama Bento dengan rumah real estat, mobil banyak, dan harta melimpah. Seorang “bos eksekutif dan tokoh papan atas”. Iwan Fals mendendangkan lagu itu sebagai kritik sosial, karena tokoh kaya itu adalah bos yang jahat, tukang korup, dan meraih harta kekayaan dengan menyingkirkan rakyat miskin. Lagu Iwan adalah kritik terhadap pihak penguasa waktu itu, sebuah peringatan tentang kekayaan.

Peringatan tentang kekayaan pun menjadi perhatian rasul Yakobus. Peringatannya begitu keras: orang-orang kaya akan menangis dan meratap karena tumpukan harta mereka akan hancur (ayat 1-2). Tampaknya di gereja yang menjadi tujuan surat Yakobus, ada kesenjangan antara yang sangat kaya dan yang sangat miskin (lihat 1:9-11, 2:1-4). Tentu saja, menjadi seorang kristiani yang kaya tidaklah salah. Menjadi salah jika, sebagaimana disoroti Yakobus, orang kaya tersebut menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri (ayat 2-3), bahkan dengan cara menindas pekerjanya (ayat 4), lalu hidup dalam kemewahan yang sia-sia (ayat 5), terlebih menghancurkan hidup orang yang benar (ayat 6). Kekayaan menjadi duka bagi hati Allah ketika kita meraihnya dengan cara yang salah serta tujuan yang salah.

Bagaimana kita memperlakukan kekayaan? Hati-hati, agar tidak menumpuk harta di bumi, yang didasari motivasi tak suci. Apalagi dengan cara yang tak murni. Semua hanya akan membangkitkan murka Bapa surgawi. Mari berefleksi dan menjaga diri untuk menjadi murid Tuhan yang berintegritas dan dapat dipercaya dalam hal harta.






Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaan itu.


Sahabat bagi yang Lelah


Pembacaan alkitab, 1 raja-raja 19:1-18

"... Tetapi tiba-tiba
seorang malaikat
menyentuh dia serta
berkata, "Bangunlah,
makanlah!"
(1 RAJA-RAJA 19:5B)


Di tengah dunia yang bergerak makin cepat, angka penderita depresi juga makin meningkat. Depresi adalah kelelahan mental yang disebabkan oleh tekanan hidup terus-menerus. Depresi menjadikan seseorang mengalami perubahan negatif dalam pikiran, suasana hati, dan tingkah laku. Banyak orang yang tidak mampu melewati kelelahan panjang pada masa depresi ini, lalu memilih untuk mengakhiri hidup. Statistik WHO menyatakan bahwa depresi merenggut lebih dari 850.000 jiwa setiap tahun!

Alkitab mencatat ada seorang nabi yang menderita kelelahan mental akut, yaitu Elia. Alih-alih berada dalam euforia kemenangan setelah menaklukkan 450 nabi Baal di gunung Karmel, Elia malahan terpuruk dan ingin mati setelah mendapat ancaman dari permaisuri raja Ahab. Izebel (1 Raja-raja 19:4). Menanggapi kepada Elia, Tuhan tidaklah menjadi marah. Dia malah bertindak layaknya sahabat bagi Elia. Pertama, melalui malaikat-Nya Tuhan memenuhi kebutuhan fisik Elia (ayat 6-8). Kedua, Tuhan mendengarkan keluh kesah Elia (ayat 9-14). Ketiga, Tuhan meminta Elia kembali melakukan pekerjaan pelayanan (ayat 15-17). Keempat, Tuhan menyatakan ada banyak rekan pelayan bagi Elia (ayat 18).

Apakah Anda sedah lelah secara mental didera berbagai permasalahan kehidupan? Alamilah sendiri kehadiran dan persahabatan dari Tuhan yang memulihkan. Apakah di sekitar Anda ada orang yang sedang mengalami keterpurukan jiwa? Sebagaimana Allah telah menjadi sahabat bagi Elia, marilah kita menjadi sahabat bagi mereka.






Telinga, mulut, dan tangan seorang sahabat menyembuhkan luka
dan membangkitkan harapan bagi mereka yang lelah.


Senin, 03 Desember 2012

Injil Palsu

Pembacaan alkitab, galatia 1:6-10

Aku heran, bahwa
kamu begitu lekas
berbalik dari pada
Dia, yang oleh kasih
karunia Kristus telah
memanggil kamu, dan
mengikuti suatu injil
lain, yang sebenarnya
bukan Injil.
(GALATIA 1:6-7A)



Menurut cerita, ada kebiasaan untuk di lingkungan bank untuk melatih pegawainya mengenali uang palsu. Selama beberapa bulan mereka diminta untuk menghitung uang, yang tentunya asli, dalam jumlah banyak. Kemudian setelahnya, diselipkan beberapa lembar uang palsu didalam tumpukan yang harus dihitung. Menarik sekali, dengan mudah para pegawai ini mengenali uang palsu tersebut. Kebiasaan memegang uang asli menolong mereka dengan cepat merasakan adanya uang palsu.

Paulus sangat geram ketika jemaat Galatia dengan mudah menerima suatu pengajaran yang berbeda dengan yang pernah ia ajarkan. Dengan meudah para pengajar Injil palsu ini memutarbalikkan kebenaran dan mengacaukan jemaat (ayat 7). Jemaat dengan cepat menerima dan dikacaukan karena mungkin pengajaran ini memiliki beberapa kemiripan dengan pengajaran yang pernah mereka terima. Namun, sesuatu yang mirip tetap bukanlah sesuatu yang asli. Sesuatu yang “agak salah” jelas bukanlah sesuatu yang benar. Bahkan Paulus tidak segan-segan mengatakan mereka yang memberitakan Injil yang berbeda itu sebagai”terkutuk” (ayat 8-9). Seseorang yang menggeser pentingnya salib Kristus dari kehidupan orang percaya, sesungguhnya sedang merendahkan karya agung Allah.

Terkadang kita sulit membedakan keaslian atau kepalsuan suatu pengajaran. Apa upaya kita untuk terhindar dari meyakini pengajaran yang salah? Paling tidak sudahkah kita secara pribadi tekun bergaul dengan Injil yang murni akan mempermudah kita mengenali yang tidak murni.





Pemahaman kita akan kebenaran yang asli
akan memampukan kita mengenali pengajaran yang palsu.

Napas Allah


Pembacaan alkitab, 2 timotius 3:10-17

Seluruh Kitab Suci
diilhamkan Allah dan
bermanfaat untuk
mengajar, untuk
menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam
kebenaran.
(ROMA 8:26)


Tahukah anda bahwa Allah yang kita miliki sekarang ini merupakan kumpulan dari 66 buku, yang terdiri lebih dari 30 ribu ayat, ditulis dalam 3 bahasa, oleh 40 orang berbeda, dalam waktu kurang lebih 1500 tahun? Kebanyakan penulisnya tidak saling mengenal karena hidup dalam kurun dan tempat yang berbeda. Mereka juga memiliki latar belakang yang sangat beragam, mulai dari rakyat biasa sampai seorang raja. Meskipun demikian, tulisan-tulisannya selaras saling berkesinambungan, sejalan tanpa saling bertentangan.

Sebenarnya apakah rahasianya? Ada satu Pribadi, yaitu Allah, yang memberi inspirasi atau ilham bagi semua penulis Alkitab (ayat 16a). Kata “diilhamkan Allah” berasal dari kata Theopneustos yang berarti “Allah yang menapaskan”. Gambarannya seperti seorang meniup seruling, yang mengembuskan napasnya ke dalam seruling sehingga menghasilkan nada-nada yang indah. Seruling tidak akan menghasilkan suara apa pun jika tidak ada yang meniup. Allah memberi wahyu kepada para penulis untuk menyampaikan isi hati-Nya kepada manusia. Alkitab dapat menuntun pembaca untuk percaya kepada Pribadi Kristus yang memberikan keselamatan (ayat 15). Tulisan-tulisannya mengajar dan mengubah kita untuk hidup di dalam jalan kebenaran-Nya (ayat 16). Segala Firman-Nya memperlengkapi tiap-tiap kita untuk setiap pekerjaan baik (ayat 16-17).

Ingatlah bahwa meski Alkitab ditulis oleh manusia biasa, tetapi Allah adalah Pengarangnya. Bagaimana Anda menempatkan firman yang telah “dinapaskan” Allah itu dalam hidup Anda?





Alkitab adalah sebuah mukjizat.
Tulisan yang membawa keselamatan dan mengubah kehidupan.


Sabtu, 24 November 2012

Allah yang Cemburu


Pembacaan alkitab, keluaran 34:10-17

Berawas-awaslah, ...
janganlah engkau sujud 
menyembah kepada
allah lain, karena
TUHAN, yang nama-Nya
Cemburuan, adalah
Allah yang cemburu.
(KELUARAN 34:12-14)



“Mami, saya sedang biacar dengan Mami, kenapa Mami malah bicara terus dengannya?” protes Sean, anak teman saya, ketika ibunya asyik mengobrol dengan saya. Sean cemburu. Ia ingin perhatian yang tak terbagi. Ia butuh perhatian ibunya. Ia protes ketika sang ibu sibuk mengurusi hal selain dirinya.

Tuhan menyebut diri-Nya sebagai Allah yang cemburu (ayat 14). Apakah Tuhan begitu membutuhkan perhatian, sehingga tidak rela jika umat-Nya itu mengurusi “allah” lain? Dan, jika tidak diperhatikan, Dia bisa protes, marah, dan membuat umat-Nya susah? Jaug dari gambaran itu. Ayat 10-11 menunjukkan pada kita betapa dahsyatnya Tuhan. Dia berkuasa melakukan segala sesuatu, bahkan menentukan hidup mati bangsa-bangsa! Dan Tuhan bertujuan agar melalui umat-Nya, Israel, segala bangsa “akan melihat perbuatan TUHAN” (ayat 10b). Namun, ketika hati umat-Nya berpaut pada yang lain, mereka tidak lagi dapat menjadi cerminan kemuliaan Tuhan. Mereka merusak kehormatan Tuhan karena menggantikan Tuhan dengan sesuatu yang tidak sebanding dengan-Nya (14-17). Inilah yang tidak dikehendaki Tuhan!

Sungguh, kita patut gemar sekaligus bersyukur memiliki Tuhan yang cemburu, bukan karena Dia kekanak-kanakan atau membutuhkan kita, melainkan karena Dia memang adalah satu-satunya Pribadi yang layak menerima segala penghormatan dari ciptaan-Nya. Seperti bangsa Israel, kerapkali kita juga lebih memilih mengikuti apa yang baik menurut pandangan manusia. Sikap kita tidak menunjukkan bahwa Tuhan layak dihormati dan ditaati. Ingatlah, Tuhan kita adalah Allah yang cemburu. Mari hidup bagi kehormatan-Nya!







Tuhan cemburu bukan karena membutuhkan kita,
tetapi karena hidup kita hanya dapat dipenuhkan di dalam Dia.


Sang Akhir yang Menentukan


Pembacaan alkitab, wahyu 21:1-8

Firman-Nya lagi 
kepadaku: "Semuanya
telah terjadi. Aku adalah
Alfa dan Omega, Yang
Awal dan Yang Akhir.
Orang yang haus akan
Kuberi minum dengan
cuma-cuma dari
mata air kehidupan.
(WAHYU 21:6)


Seorang pengkhotbah pernah memperingatkan: “Jalan mana pun yang ditempuh, akan berujung pada Tuhan. Anda pasti akan menemui-Nya, entah sebagai terang dan kehidupan, atau sebagai api dan siksaan.” Ia benar. Tuhan sendiri menyatakan diri-Nya bukan saja sebagai Yang Awal, melainkan juga Yang Akhir. Alfa dan Omega. Alfa adalah huruf pertama alfabet Yunani, Omega adalah huruf terakhir. Pernyataan diri Tuhan ini punya konsekuensi yang serius bagi setiap ciptaan-Nya.

Ada dua “akhir” yang dijelaskan Tuhan dalam bagian firman yang kita baca. Akhir yang pertama adalah akhir bagi mereka yang menang (ayat 7). Mereka akan memperoleh semua disebutkan dalam ayat 1-4. Mereka haus akan Tuhan, dan Sang Sumber Hidup akan memuaskan kehausan mereka selamanya (ayat 6). Akhir yang kedua adalah akhir bagi mereka yang tidak menang (ayat 8). Mereka disebut sebagai orang-orang “penakut dan tidak percaya”. Tuhan tidak menarik bagi mereka. Mereka haus akan kekerasan dan pembalasan dendam (keji, pembunuh), haus akan kepuasan seksual di luar cara yang direstui Tuhan (sundal), haus akan kuasa gaib (sihir), haus akan “Tuhan yang sesuai keinginannya” (berhala), haus akan sukses hasil kebohongan (dusta). Bukannya menikmati mata air kehidupan, mereka berakhir dalam lautan api dan belerang.

Bagaimana kita akan menjalani hidup tiap hari dengan kesadaran bahwa Tuhan adalah Sang Omega, Yang Akhir, Pribadi yang akan kita hadapi setelah hidup di dunia ini usai? Apa yang menjadi kehausan Anda dalam hidup ini? Kecuali kita haus akan Tuhan, mendambakan Dia lebih dari segala sesuatu, kita tidak akan dipuaskan pada akhirnya.






Tuhan, gantikanlah segala kehausanku
dengan kehausan akan Engkau. 



Rabu, 21 November 2012

Sang Awal yang Menakjubkan


Pembacaan alkitab, yesaya 44:1-8

Beginilah firman TUHAN,
Raja dan Penebus Israel,
TUHAN semesta alam:
"Akulah yang terdahulu 
dan Akulah yang
terkemudian; tidak ada
Allah selain dari padaku.
(YESAYA 44:6)


Mengunjungi sahabat lama, saya disambut dua makhluk kecil dengan senyum lebar. “Lain kali kamu datang sudah tambah satu lagi,” ujar sahabat saya menunjuk perut isterinya sambil tertawa. Menakjubkan. Yang tadinya tidak ada kini ada. Yang tadinya kecil jadi besar. Yang semula tak bisa apa-apa bisa belajar berucap dan bertingkah banyak. Dari ketinggian rumah susun lantai 28 yang mereka tinggali, saya suguhi pemandangan yang tak kalah menakjubkan: hamparan kota yang berselimut kabut di pagi hari dan bermandi cahaya di malam hari. Wow!

Betapa pun menakjubkannya, semua yang kita lihat tiap hari ada awalnya. Tadinya tidak ada, lalu menjadi ada. Tidak demikian halnya dengan Tuhan. Sang pencipta. “Akulah yang terdahulu,” sabda-Nya (ayat 6). Dalam bahasa Ibrani: ri’shon. Yang Pertama. Sang Awal. Yang sudah ada sebelum semuanya ada. Tidak pernah Dia tidak ada. Di menjadikan, membentuk, dan mengatur ciptaan-Nya (ayat 2-4). Masa lalu dan masa depan ada dalam kuasa-Nya (ayat 7-8). Pernyataan menakjubkan ini mengontraskan Tuhan dengan yang bukan Tuhan (ayat 9-20).

Ketika mengagumi kedahsyatan alam, kecanggihan peradaban, atau pribadi-pribadi yang sangat menginspirasi, ingatlah bahwa semua itu ciptaan yang terbatas. Yang Mahakuasa, Mahabijak, Mahabenar, Mahakasih bukanlah sebuah produk peradaban pelengkap hidup. Dia mengawali dan mengendalikan dunia, bukan sebaliknya. Bahkan ketika segala sesuatu berakhir, Dia berkuasa memberikan awal baru, yang lebih menakjubkan dari semua yang pernah ada (Wahyu 21:5). Hanya kepada Pribadi yang demikianlah, kita dapat bergantung penuh dan menjalani hidup dengan tidak gentar.






Segala sesuatu berawal dari TUHAN.
Adakah yang layak disembah selain Dia?


Penonton atau Penyembah?

Pembacaan alkitab, mazmur 57

"Hatiku siap, ya
Allah, hatiku siap;
aku mau menyanyi,
aku mau bermazmur.
Bangunlah, hai jiwaku,
bangunlah, hai gambus
dan kecapi..."
(MAZMUR 57:8-9)



 “Ah saya tidak bisa menyembah nih. Musiknya tidak pas di hati!” keluh seorang jemaat di akhir ibadah. Sepintas, keluhan ini terdengar wajar. Namun, keluhan ini berasal dari mentalitas penonton yang kerap kali menjangkiti banyak orang percaya. Bagi seorang penonton, ia akan bernyanyi jika musik berhasil menggugah dirinya. Dengan kata lain, penyembahannya tergantung dari musik. Jika musiknya tak sesuai selera, ia mogok menyembah Tuhan. Ia melemparkan kesalahan pada musik. Sikap apakah yang diinginkan Tuhan ketika kita menyembah-Nya?

Mazmur 57, yang ditulis Daud ketika lari dari kejaran Saul, meneladankan sikap seorang penyembah yang sejati. Perhatikan urutannya. Hati harus siap sebelum bernyanyi (ayat 8). Jiwa harus bangkit sebelum alat musik dimainkan (ayat 9). Hati mesti bergelora menyembah-Nya bahkan sebelum musik mengalun. Hati penyembahan tidak didikte atau dibatalkan oleh musik. Prioritasnya tidak tertuju pada selera musik melainkan pada kebenaran Tuhan (ayat 11). Ia tidak meninggikan “kemuliaan musik”, tetapi kemuliaan Tuhan (ayat 12).

Setiap Minggu kita beribadah di gereja. Periksalah diri kita dengan jujur, apakah kita datang sebagai seorang penonton atau penyembah? Apakah kita seperti “mesin diesel” yang harus dipanaskan terlebih dulu oleh musik supaya kita bisa menyembah-Nya? Atau, apakah kita menghampiri hadirat Tuhan dengan kerinduan dan kekaguman akan Dia? Berhentilah menjadi penonton dalam ibadah. Jadilah penyembah-Nya!





Seorang penonton merindukan "hadirat musik".
Seorang penyembah merindukan hadirat Tuhan.


Selasa, 20 November 2012

Tuhan Vs. Pelayan Restoran


Pembacaan alkitab, keluaran 16:1-12

Ake telah mendengar
sungut-sungut orang
Israel; katakanlah kepada 
mereka: Pada waktu
senja kamu akan makan
daging dan pada waktu
pagi kamu akan kenyang
makan roti; maka kamu
akan mengetahui, bahwa
Akulah TUHAN, Allahmu.
(KELUARAN 16:12)



Pernah ke restoran? Di sana kita dilayani oleh para pelayan. Kita memanggil mereka apabila perlu saja, lalu kita tinggal menunggu pesanan kita. Kalau makanan lama muncul, kita menggerutu. Kalau cepat, kita cukup berkata “terima kasih”. Kita tidak merasa perlu kenal lebih jauh dengan si pelayan. Yang penting mereka melaksanakan tugasnya dengan baik, kita senang dan puas.

Perhatikan sikap orang Israel dalam bacaan kita hari ini: mereka bersungut-sunggut ketika butuh makanan (ayat 2). Dulu, mereka bersyukur memuji Tuhan ketika dibebaskan dari perbudakan Mesir (lihat Keluaran 15). Akan tetapi, kini mereka jengkel karena Tuhan tidak menyediakan makanan pada saat dibutuhkan (ayat 3). Sikap bangsa Israel tersebut persis seperti memperlakukan seorang pelayan, bukan? Tuhan kemudian memang mengirim makanan, bahkan dengan cara yang luar biasa. Manna di pagi hari dan burung puyuh di petang hari. Bukan karena Tuhan bisa seenaknya disuruh, melainkan karena Dia menginginkan agar umat-Nya tahu dan kenal dengan sungguh-sungguh bahwa Dialah Tuhan, Allah yang berkuasa memelihara mereka (ayat 12).

Apakah kita juga memperlakukan Tuhan seperti pelayan restoran? Berdoa hanya di kala butuh, lalu harap-harap cemas menunggu jawaban-Nya. Bersungut-sungut apabila jawaban-Nya terlambat atau tidak seperti yang kita minta. Bersyukur sebentar jika doa terkabul, kemudian melupakan-Nya di tengah kesibukan. Apabila ada kebutuhan mendesak, barulah kita kembali bersimpuh kepada-Nya. Mari membuat komitmen hari ini, untuk tidak berseru pada Tuhan bahwa dalam situasi sulit, melainkan mencari wajah-Nya senantiasa.





Allah yang memelihara kita bukan pelayan. Dia Tuhan
yang mengundang kita mengenal-Nya dalam segala situasi.