Rabu, 11 Juli 2012

Tempat Ibadah vs. Sarang Penyamun


Pembacaan alkitab, yeremia 7:1-15

Sudahkah menjadi
sarang penyamun di
matamu rumah yang
atasnya nama-Ku
diserukan ini? Kalau
Aku, Aku sendiri melihat
semuanya, demikianlah
firman TUHAN.
(YEREMIA 7:11)


D
alam cerita Ali Baba atau dongeng 1001 malam lainnya kerap muncul tokoh penyamun. Para penyamun itu selalu lari ke gua, ke sarangnya, tiap kali selesai merampok. Mengapa? Karena di sarang itu mereka merasa aman dan puas bersenang-senang, sebelum keluar untuk merampok lagi. Mungkinkah rumah ibadah hari ini berpotensi menjadi “sarang penyamun”?

Bacaan kita hari ini menunjukkan Allah yang tidak mau hadir dalam ibadah umat Israel (ayat 3 dan 7). Mengapa? Karena perilaku dan sikap hati mereka seperti penyamun: masuk ke rumah ibadah hanya mencari rasa aman, tetapi tingkah laku mereka tidak pernah berubah (ayat 8-10). Kemungkinan besar para pemimpin di Bait Tuhan memiliki andil besar atas penyalagunaan ibadah ini sehingga Tuhan menyebut perkataan mereka sebagai dusta (ayat 4, bandingkan dengan pasal 23:16-17). Umat jadi merasa selalu di pihak Tuhan dan diberkati Tuhan meski di luar Bait Tuhan terus mengulang kejahatan (ayat 10). Mengerikan!

Gereja atau persekutuan kristiani bukanlah tempat untuk mencari rasa aman dan berbagai alasan pemaaf untuk kelakuan kita yang jahat. Jika selama ini kita mempraktikkan mental penyamun, mari bertobat! Tuhan berkenan atas umat yang datang dengan gentar dan sesal mengakui segala kebobrokannya, dan mau berbalik memperbaiki hidup bersama-Nya. Mari berdoa agar gereja-gereja di Indonesia dipenuhi dengan makin banyak anak-anak Tuhan yang hidupnya sungguh-sungguh diubahkan oleh Firman dan menjadi agen perubahan di tengah bangsa yang dikenal saleh tetapi masih sarat dengan kejahatan dan malapetaka ini.




Gereja dipanggil untuk hadirkan ibadah sejati:
Hidup umat yang sesuai firman setiap hari.



Harta Surgawi

Pembacaan alkitab, markus 10:17-31


Tetapi Yesus memandang
dia dan mengasihinya,
lalu berkata kepadanya,
"Hanya satu lagi
kekuranganmu: Pergilah,
juallah apa yang kau miliki
dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin,
maka engkau akan
beroleh harta di surga,
kemudian datanglah
kemari dan ikutlah Aku."
(MARKUS 10:21)





S
embari menunggu mobil saya mendapat perawatan rutin, saya berbincang dengan pemilik bengkel. Ia berkisah bahwa dulu saat masih menjadi pemasok tembakau bagi pabrik rokok, penghasilannya sangat melimpah. Setelah betobat, ia bergumul dengan kerjaannya sebab penghasilan itu ia peroleh dari rusaknya kesehatan banyak orang. Ia lalu menjual gudang beserta isinya dan membuka bengkel. Ia melepaskan sumber pendapatan yang besar bagi hidupnya. Penghasilan kini terbatas, tetapi ia mendapatkan kepuasan.

Sikap ini bertolak belakang dengan seseorang yang menemui Yesus untuk mengetahui cara memperoleh hidup kekal. Ia berharap telah memenuhi syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah melalui hidupnya yang saleh menurut hukum Taurat (ayat 20). Dari jawaban Tuhan Yesus kita tahu bahwa hidup kekal hanya diperoleh jika seseorang mengikut Yesus sepenuhnya, tanpa ada yang menahan-nahan pun menghalang-halangi terlebih harta kekayaan di dunia ini. Persoalannya, harta orang tersebut sangatlah banyak. Ia tak rela melepaskannya, maka mulanya menjadi muram dan pergi dengan sedih (ayat 22). Tuhan Yesus menegaskan bahwa siapa pun yang meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Dia, akan menerima kembali seratus kali lipat ... dan ia akan menerima hidup yang kekal (ayat 30).

Apakah kita tengah menggumuli panggilan untuk mengikut Yesus sepenuh hati? Masih adakah penghalang yang membuat kita ragu dan bimbang melangkah? Kiranya kasih dan cinta kita kepada Yesus menjadikan kita rela; bahkan mantap melangkah mengikut Dia.




Mengikut Kristus sering berarti meninggalkan harta berharga.
Namun apa artinya itu dibanding kemuliaan kekal nanti?

Dari Tiranus ke Seluruh Asia


Pembacaan alkitab, kisah para rasul 19:1-12

Paulus...setiap hari 
berbicara di ruang
kuliah Tiranus. Hal ini
dilakukannya selama
dua tahun, sehingga
semua penduduk Asia
mendengar firman
Tuhan, baik orang Yahudi
maupun orang Yunani.
(KISAH PARA RASUL 19:9-10)


D
i Indonesia, hanya sekitar dua persen penduduk yang bisa mengeyam perguruan tinggi. Meskipun jumlahnya sedikit, potensi pengaruh mereka sangat besar di berbagai bidang masyarakat.

Tahukah Anda bahwa Rasul Paulus pernah mendidik para “mahasiswa”? Tepatnya di kampus Tiranus, di kota Efesus. Dicatat bahwa pelayanan Paulus ini berdampak bagi semua penduduk Asia (ayat 10). Apakah ini catatan tentang apa yang sudah terjadi atau merupakan visi Paulus atas kampus Tiranus? Paulus tidak sekadar “pindah pelayanan” karena ditolak orang (ayat 9). Ia melihat potensi murid-muridnya untuk membawa pengaruh firman Tuhan kepada seluruh penduduk Asia. Sebab itu, ia menginvestasikan hidupnya selama dua tahun di sana (ayat 10).

Di balik sikap kritis bahkan sinis orang-orang terpelajar, ada kebutuhan batin yang membuat mereka mencari-cari kebenaran. Siapakah yang akan mengisi kehausan mereka akan makna? Apakah agama dan kepercayaan lain, sekte-sekte berbahaya, sekularisme dan materialisme, atau injil Kristus yang mengubah hidup? Memperingati Hari Pendidikan Nasional, mari mendoakan kaum intelektual di negeri kita. Mohon Tuhan menerangi pikiran mereka dengan kebenaran, agar orang-orang ini dapat memakai pengetahuan mereka untuk membawa pengenalan akan Tuhan ke seluruh penjuru negeri, bahkan sampai ke ujung bumi. 



Pelajar hari ini. Pemimpin hari depan. 


Senin, 09 Juli 2012

Hati Penuh Pujian


Pembacaan alkitab, 1 tesalonika 5:12-22

Bersukacitalah
senantiasa. Tetaplah
berdoa. Ucapkanlah
syukur dalam segala
hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di
dalam Yesus Kristus
bagi kamu.
(1 TESALONIKA 5:16-18)


P
ada 1960, Dean Denler, suami Ruth Meyers (penulis 31 Days of Praise), dirawat karena kanker terminal. Saat itulah ia memutuskan untuk membuat kamar rumah sakitnya suatu tempat kediaman istimewa bagi Tuhan. “Aku akan memuji Tuhan sepanjang kekekalan,” katanya kepada Ruth, “tapi hanya selama waktuku yang singkat di bumi aku dapat membawa kesukaan bagi-Nya dengan memuji Dia di tengah kesakitan.” Ketika meninggal, teman dekatnya berkata, “Kamar Dean menjadi suatu tempat suci, ranjangnya sebuah mimbar; dan semua yang datang untuk menghiburnya diberkati.” Lagu pujian memang tidak menyembuhkan fisik Dean. Namun, orang dapat mencermati bagaimana pujian yang lahir dari hati penuh syukur mengubah cara pandangnya terhadap penyakit; dan membawa orang lain memuliakan Allah.

Paulus juga berpesan agar jemaat di Tesalonika bersyukur dalam segala hal (ayat 18). Mengapa? Sebab itulah yang dikehendaki Tuhan. Ya, Anda tidak salah baca. Mengucap syukur dalam segala hal adalah kehendak Kristus. Sukacita dan syukur jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi banyak orang, bukan karena segala sesuatu lancar bagi mereka (lihat 1 Tesalonika 1:6-9). Penindasan tidak menghalangi hati yang dipenuhi syukur melahirkan pujian bagi Tuhan.

Dalam hal apa atau saat-saat seperti apakah Anda memuji Tuhan-bersukacita dan bersyukur kepada-Nya? Apakah pujian Anda kepada Tuhan kerap dipengaruhi keadaan sekitar? Pujilah Tuhan, sebab itulah kehendak-Nya. Itu menyukakan hati-Nya, dan membawa orang lain memandang kemuliaan-Nya.




Bersyukurlah dalam segala hal,
Tunjukkan betapa Tuhan layak dipuji dalam segala situasi.



Sudah Tahu Akhirnya


Pembacaan alkitab, wahyu 19:1-21

Kemudian aku mendengar
seperti suara himpunan
besar orang banyak,
seperti deru guruh
yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena
Tuhan, Allah kita,
Yang Mahakuasa,
telah menjadi raja.
(WAHYU 19:6)


S
aya tak pernah melewatkan satupun tayangan X-men. Namun, saat film terbaru tayang dan mengisahkan asal-usul salah satu tokohnya, Wolverine, saya merasa tidak terlalu antusias. Alasannya, saya sudah tahu seperti apa akhir ceritanya: Wolverine pasti tetap hidup. Kalau ia mati, kisah X-men akan berantakan. Lalu saya sadar bahwa meski saya sudah tahu akhir ceritanya, saya belum tahu bagaimana cerita itu berkembang hingga selesai. Inilah yang membuat X-men menarik.
Demikian juga dengan akhir dunia. Kitab Wahyu membeberkan akhir cerita: Tuhan pasti mengalahkan Si Jahat, menyempurnkan kembali Kerajaan-Nya, dan memulihkan kembali seluruh ciptaan. “Binatang itu pun tertangkap dan bersama-sama dengan dia nabi palsu .... Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala dengan belerang” (ayat 20). Namun begitu, tahu bagaimana cerita berakhir tak boleh membuat kita berdiam diri. Kebenaran ini memberi kita hak istimewa untuk ambil bagian dalam jalan cerita serta mengalami bagaimana akhir ceritanya; menjadi bagian dari orang-orang yang berseru: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, yang telah menjadi raja”. Marilah kita bersuka cita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! ...” (ayat 6-7).
Mari ambil bagian dalam cerita tersebut; terlibat dalam karya pelayanan-Nya. Tak terbatas pada pelayanan gerejawi, tetapi juga pekerjaan, keluarga, masyarakat, bahkan dunia. Diiringi keyakinan pengharapan bahwa apa yang kita lakukan tidak sia-sia; kita tahu bahwa pada akhirnya Dia yang kita layani akan bertakhta sampai selama-lamanya.


Pengetahuan akan akhir cerita dunia seharusnya mendorong kita
antusias melayani Tuhan dalam hidup di dunia.




Minggu, 08 Juli 2012

Kesempatan Bersaksi


Pembacaan alkitab, lukas 21:7-19

Hal itu akan menjadi
kesempatan bagimu
untuk beraksi.
(LUKAS 21:13)


m
enurut Anda, kapan saja waktu yang baik bagi kita untuk bersaksi? Apakah saat ada pogram penginjilan dari gereja? Apakah saat pembicaraan besar datang untuk mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani? Apakah saat Anda sudah cukup membangun persahabatan yang erat dengan orang-orang di lingkungan anda?
Perkataan Yesus yang kita baca cukup mengejutkan: Kesempatan bersaksi akan melimpah saat hal-hal buruk terjadi! Pernyataan ini diberikan Yesus dalam rangka menjawab pertanyaan para murid tentang tanda-tanda menjelang akhir zaman (ayat 7). Dia tidak memberikan gambaran yang cukup menyenangkan bagi para pengikut-Nya. Mereka tidak akan luput dari dampak perang, bencana, sakit penyakit, juga pengaruh ajaran sesat (ayat 1-12). Mereka bahkan akan mengalami permusuhan dan kebencian serta aniaya dan penjara dari orang luar dan orang-orang terdekat (ayat 12, 16-17). Yesus mendorong para murid untuk bertahan dan bersaksi. Dia berjanji akan memberi hikmat ketika saat itu tiba (ayat 13-15, 19).
Penderitaan jelas bukan momen yang menyenangkan. Mungkin itu berarti kita berbaring tak berdaya selama berbulan-bulan, kehilangan rumah dan pekerjaan, atau bahkan dipenjara. Apakah kita memandang penderitaan seperti Yesus? Bukan sebagai penghambat hidup atau nasib buruk yang membuat harapan pudar dan hati bersungut. Namun, sebagai kesempatan-kesempatan mempermuliakan Tuhan dan menyatakan pengharapan akan kedatangan-Nya kembali. Jika penderitaan mulai menyapa, mari mohon penyertaan yang dijanjikan Tuhan: hikmat dalam memakai momen-momen sulit untuk bersaksi bagi-Nya (ayat 13-15).


Jangan sia-siakan penderitaan.
Jadikan itu kesempatan untuk menyaksikan Tuhan.



Apa Pertanyaannya?


Pembacaan alkitab, kisah para rasul 17:16-34

Sebab ketika aku
berjalan-jalan di kotamu
dan melihat-lihat barang-
barang pujaanmu, aku
menjumpai juga sebuah
mezbah dengan tulisan:
Kepada Allah yang
tidaj terkenal, Apa yang
kamu sembah tanpa
mengenalnya,itulah
yang kuberitaka
kepada kamu.
(KISAH PARA RASUL 17:23)


m
engapa orang terkadang menolak berita Injil yang kita sampaikan? Adakah yang keliru dengan berita yang kita sampaikan? Ataukah ada yang salah dengan cara penyampaian kita?
Dalam suatu perjalanan penginjilan, Paulus sampai di Atena. Kota Atena adalah pusat kebudayaan dan filsafat Yunani. Banyak kuil dan patung dewa-dewi Yunani berdiri megah. Peradaban maju; ilmu pengetahuan berkembang. Karena itu, berita teranyar ialah satu-satunya bahan percakapan yang mau mereka katakan dan dengar (ayat 21). Sebab itu, memberitakan pesan penting dengan kemasan biasa serta nada menggurui kepada komunitas seperti itu tentu bisa berakibat penolakan. Paulus menyadari realitas ini. Maka, ia mengontekstualisasikan berita Injil sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti. Isinya tetap sama, yaitu tentang karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Cara yang ia pakai saat mewartakan Injil kepada orang Yahudi tentu berbeda dengan saat ia ada di Atena. Ia mulai dari sebuah tempat di mana terdapat mezbah denagn tulisan: “Kepada Allah yang tidak dikenal” (ayat 23). Ia memulainya dari tradisi yang berkembang dan mengakar di tempat itu. Itu menjadi sarana yng efektif. Dari situlah pintu masuk berita Injil.
Negeri kta, Indonesia, memiliki bermacam budaya, tradisi, dan kearifan lokal. Mempelajarinya adalah sesuatu yang baik. Pemahaman akan konteks budaya lokal adalah baik. Kemudian, disertai hikamat yang kita pinta dari Allah, kita dapat memilih mana yang baik-mana yang tidak baik untuk digunakan sebagai pintu masuk bagi pekabaran Injil.

Kebarkan Injil dengan hati dan telinga,
bukan hanya dengan mulut.



Rabu, 04 Juli 2012

Pertemuan Ilahi


Pembacaan alkitab, Kisah para rasul 8:26-40

Kemudian berkatalah
seorang malaikat Tuhan
kepada Filipus, "Bangkitlah
dan berangkatlah ke
sebelah selatan, menurut
jalan yang turun dari
Yerusalem ke Gaza."
Jalan itu jalan yang sunyi.
Lalu Filipus bangkit dan
berangkat.
(KISAH PARA RASUL 8:26-27a)


s
aya sering kagum kepada para penjaja makanan atau barang dagangan. Mereka tahu bahwa tidak semua orang yang mereka tawari akan membeli. Akan tetapi, toh mereka terus tanpa jemu menjajakannya karena yakin bahwa sekali waktu akan ada yang tertarik dan membeli. Hal ini berbeda dengan salah satu alasan yang dimiliki oleh orang Kristiani dalam menolak membagikan Kabar Baik. Mereka takut menghadapi penolakan dan kerena itu mereka memilih untuk tidak berangkat dan memberitakannya.
Kita mungkin tidak pernah menduga akan ada orang seperti sida-sida dari Etiopia ini. Ia sedang dalam perjalanan sembari membaca gulungan kitab Yesaya. Firman Allah dan Roh kudus melakukan pekerjaan ajaib di dalam kesenyapan. Ia sangat mengharapkan ada seseorang yang menerangkan arti Firman tersebut. Ya, ia seperti ikan yang mencari nelayan! Ketika Filipus berangkat menjumpainya, ia berhadapan dengan sebuah tugas relatif mudah. Filipus seperti memasukkan kail kemulut ikan yang menganga. Sebuah kesempatan yang tidak selalu didapatkan, tetapi kalau enggan untuk berangkat maka kesempatan ini pun akan lewat.
Sangat mungkin ada orang-orang yang sedang menunggu pertemuan pertemuan ilahi dengan kita. Ada orang-orang yang sudah sangat siap untuk mendengarkan Injil dan memberikan respons yang tepat. Mungkin itu adalah salah satu kesempatan yang hanya kita dapatkan ketika kita mau berangkat. Maka, taat dan berangkatlah! Berdoalah agar kita menjumpai pertemuan-pertemuan ilahi yang telah Dia persiapkan.


Pertemuan ilahi tak akan kita jumpai
kalau kita tidak pernah mau memulai beraksi.



Penghalang Cinta


Pembacaan alkitab, Kisah para rasul 10:1-48

Lalu mulailah
Petrus berbicara,
"Sesungguhnya
aku telah mengerti,
bahwa Allah tidak
membedakan orang."
(KISAH PARA RASUL 10:34)

k

onflik horizontal, baik yang berlatar belakang agama atau suku di berbagai tempat, menyisahkan banyak cerita pilu dan menyedihkan. Luka-luka batin menggores hati dan perasaan pihak-pihak yang berseteru. Dan, luka yang muncul tidak mudah untuk dipulihkan. Tidak jarang kemudian muncul kebencian mendalam terhadap kelompok lain. Kalaupun tidak ingin membalas dendam, paling tidak mereka tidak akan lagi mau bersentuhan dengan kelompok yang mereka anggap sebagai musuh.
Allah bermaksud mengutus Pertus untuk menyampaikan injil kepada Kornelius, seorang non-Yahudi yang takut akan Allah. Petrus pernah menerima pesan Tuhan Yesus untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya. Namun, ketika kesempatan itu menjangkau bangsa lain itu ada di depan mata, Petrus memiliki keberatan pribadi. Darah Yahudi dan rasa bangga yang salah membuat ia sulit untuk mengasihi orang-orang non-Yahudi. Kendati Petrus tahu Kornelius sangat membutuhkan Injil, hatinya belum mampu menuruti keyakinannya itu. Maka melalui penglihatan, Allah membenahi konsep Petrus. Allah ingin menggassrisbawahi Amanat Agung-Nya kepada segala bangsa.
Apakah kendala kita memberitakan Injil? Apakah kita punya daftar orang-orang yang tidak kita sukai dan karenanya kita anggap “tidak layak” mendengar Injil? Ataukah kita merasa ada sekelompok orang yang “lebih pantas” didahulukan untuk diselamatkan? Kalau kita percaya bahwa Injil dipertaruhkan bagi semua orang, mari buktikan dengan memberi cinta yang sama kepada setiap manusia, siapa pun mereka.


Bukalah mata, sadarilah bahwa setiap jiwa di sekeliling kita,
siapa pun mereka, amatlah berharga.



Penyesalan Yang Benar


Pembacaan alkitab, matius 27:1-10

Pada waktu Yudas,
yang menyerahkan Dia,
melihat bahwa Yeus
telah dijatuhi hukuman
mati, menyesallah ia...
lalu pergi dari situ dan
menggantung diri.
(MATIUS 27:3,5)


P
ernakah Anda merasa bersalah dan menyesal setengah mati setelah melakukan sesuatu? Saya cukup sering mengalaminya. Seringkali rasa sesal itu begitu kuat mencengkram saya sehingga sepanjang hari saya tidak bisa melakukan hal lain. Saya malu dan marah pada diri sendiri dan biasanya tidak ingin bertemu dengan siapa pun. Bahkan, pernah berpikir ingin lenyap dari dunia ini.
Saya pikir, itulah yang juga dirasakan oleh Yudas setelah menjual Yesus (ayat 3). Menyesal. Akan tetapi, rupanya menyesal (Yunani: metamellomai) tidak menjamin adanya pertobatan. Tenggelam dalam penyesalan, Yudas pergi menggantung diri (ayat 5). Mungkin ia terlalu malu untuk mengakui kesalahannya kepada murid-murid yang lain. Ia kehilangan kesempatan menerima pengampunan Tuhan. Kontras dengan Petrus yang menangisi dosanya, tetai kemudiaan kembali mengikut Tuhan (lihat pasal 26: 75, Yohanes 21). Dalam bagian Alkitab yang lain dukacita Yudas disebut dukacita dari dunia (lihat 2 korintus 7: 10). Pusatnya adalah diri sendiri. Sementara, dukacita menurut Allah “menghasilkan pertobatan”. Kata pertobatan dalam bahsa Yunani adalah metanoia, yang artinya berubah pikiran atau berbalik dari dosa.
Sungguh baik jika kita menyadari kesalahan kita dan menyesal. Namun,jangan biarkan penyesalan membuat kita tidak bisa melanjutkan hidup seperti Yudas. Datanglah kepada Tuhan dalam pengakuan yang jujur. Carilah rekan yang dewasa rohani untuk mendampingi dalam proses tersebut. Metanoia. Tinggalkanlah dosa dan mulailah babak baru bersama Tuhan.


Menyesal saja membawa duka.
Menyesal dan berubah membawa kemenangan.