Selasa, 24 April 2012

Menyalibkan Dosa


Pembacaan alkitab, lukas 23:26-32

Yesus berpaling kepada
mereka dan berkata:
“Hai puteri-puteri
Yerusalem, ianganlah
kamu menangisi Aku,
melainkan tangisilah
dirimu sendiri
dan anak-anakmu!”
(LUKAS 23: 28)


M
enjelang Paskah, biasanya saya sibuk dengan berbagai persiapan perayaan, termasuk latihan drama tentang penyaliban Yesus yang catatannya kita baca hari ini. Sambil berlatih saya membayangkan kondisi Yesus saat itu. Setelah pergumulan rohani yang berat di Getsemani tanpa tidur sedikit pun, setelah semua penderitaan fisik dan mental di depan pengadilan, tentulah tubuh yang penuh luka-luka itu sangat lelah dan lemah. Mungkin karena itu Dia tidak kuat memikul salib-Nya, dan Simon dari Kirene ditarik untuk membantu.

Isak tangis para pengikut Yesus mengiringi Perjalalanan-Nya menuju Bukit Tengkorak. Yang mengejutkan, Yesus menegur meraka agar tidak menangisi diri-Nya, tetapi diri sendiri (ayat 28), karena Yerusalem akan ditimpa kehancuran dahsyat sebagai akibat penolakan Israel terhadap Yesus. Begitu parahnya keadaan saat itu sehingga seorang  ibu mandul, yang oleh bangsa Israel dianggap kena kutuk, akan mensyukuri keadaannya sebab ia tidak perluh melihat penderitaan anaknya dalam masa sulit itu (ayat 29).

Teguran ini mengingatkan bahwa tak cukup kita sekadar bersimpati pada kedahsyatan penderitaan yang ditanggung Yesus. Penderitaan-Nya seharusnya membangkitkan kearifan tentang betapa lebih mengerikan penderitaan orang yang tidak hidup serasi dengan salib Yesus. Mereka tidak mungkin luput dari murka Allah. Siapakah orang-orang itu? Mungkin diri kita sendiri. Mungkin kerabat atau sahabat kita. Menyalibkan dosa berarti memilih untuk diperdamaikan dengan Tuhan. Sudakah kita melakukannya, atau mendorong orang lain mengambil langkah yang sama? Selamat menyalibkan dosa!


Salib Yesus mendamaikan Allah dengan Manusia.
Tidak ada jalan damai lainnya.










Tak Ingin Dikenali


Pembacaan alkitab, yohanes 18:12-27

“Mengapa engkau
menanyai Aku?
Tanyailah mereka, yang
telah mendengar apa
yang Kukatakan kepada
mereka; sungguh,
mereka tahu apa yang
telah Kukatakan.”
(YOHANES 18: 21)


A
pakah Anda murid Yesus? Sebenarnya, apa sih yang diajarkan Yesus? Jika Anda ditanyai seperti itu, akankah Anda menjawab dengan gembira, ataukah uhm .... Anda mendadak gagap, bingung harus menjawab apa agar orang tak menilai Anda terlalu ekstrem dan mungkin memusuhi Anda?

Petrus juga pernah ditanyai tentang statusnya sebagai murid Yesus di halaman istana Imam Besar (ayat 17). Sementara itu, di dalam istana, Yesus sedang menyatakan bahwa diri-Nya tak bersalah; tidak ada yang memalukan atau menyesatkan dari ajaran-Nya sehingga tidak perluh ada yang ditutupi, murid-murid-Nya adalah saksi (ayat 19-21). Tanggapan Petrus? Ia tidak ingin dikenali sebagai murid Yesus, apalagi tahu-menahu tentang ajaran-Nya (ayat 17, 25-26). Menarik memperhatikan bagaimana Yohanes merangkai kedua peristiwa ini. Penyangkalan Petrus di halaman istana dibandingkan dengan pernyataan Yesus di dalam istana. Harapan Yesus agar murid-murid-Nya bersaksi tentang Dia sungguh kontras dengan reaksi yang diberikan Petrus.

Sebagai orang masa kini juga tak ingin dikenal sebagai murid Kristus. Alasannya, nanti dianggap tidak toleran. Padahal, toleransi yang sejati adalah menerima dan menghargai perbedaan, bukan menghindari atau menguburkan perbedaan. Mungkin alasan sebenarnya, kita tidak terlalu jelas tentang siapa Yesus. Kita perlu sungguh-sungguh mencari tahu kebenaran, bukan hanya menerima begitu saja dari orang lain. Kenali Yesus dan ajaran-Nya dengan bertekun membaca Alkitab. Ketika kita yakin betul siapa Yesus dan apa ajaran-Nya, kita takkan berusaha menguburkan status kita sebagai murid-Nya.



Jika saya benar adalah murid Yesus,
Perkataan dan tindakan saya akan mencerminkan hal itu.






Kamis, 19 April 2012

Sesama Versi Siapa?

Pembacaan alkitab, lukas 10:25-37

...kasihilah
sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri
(LUKAS 10:27B)


o
perator telepon di Indonesia berlomba-lomba memberikan tarif yang termurah bagi pelanggan, meski tarif murah itu hanya berlaku untuk sesama operator; pasti menguntungkan. Saya pun mengamati munculnya kata sesama versi baru. Sesama berarti berada dalam komunitas yang sama, menggunakan jasa yang sama, dan menikmati keuntungan yang sama.

Kata sesama juga muncul dalam Hukum Kasih yang sudah turun-temurun diperdengarkan di kalangan orang Israel. Ketika seorang Ahli Taurat bertanya kepada Tuhan Yesus mengenai siapakah sesamaku manusia itu, Tuhan Yesus sama sekali tidak menjawab tentang kesamaan bangsa, kepandaian, agama, jenis kelamin, status sosial, maupun fasilitas yang diterima. Sangat menarik! Yesus justru memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Tatkala ada seorang yang jatuh ketangan penyamun, dirampok, dipukul, dan ditinggalkan di jalan siapakah yang turut menolong (ayat 30)? Imam dan orang Lewi, yang terkenal karena reputasi keagamaannya, melintasi jalan itu, tetapi tidak menggubris juga tidak berbelas kasih. Lalu lewatlah orang Samaria. Ia menolong orang tersebut sampai tuntas dan pulih.

Orang Samaria bukan berasal dari komunitas sesama. Ia tidak menikmati keuntungan dari menolong orang yang tertimpa musibah itu. Ia justru harus repot, kehilangan waktu, tenaga, dan dana. Namun, inilah versi sesama yang Tuhan Yesus tegaskan kepada ahli Taurat, yaitu siapapun yang menunjukan hati yang berbelas kasih kepada orang yang membutuhkan – seperti hati-Nya. Bagaimana dengan kita? Sudakah anda dan saya menjadi sesama versi Tuhan Yesus.



Kasihilah sesamamu manusia!

Inikah Kehendak Tuhan?

Pembacaan alkitab, kejadian 24:1-9



Tuhan Allah,...
Dialah juga yang akan
mengutus malaikat-Nya
berjalan di depanmu,
sehingga engkau dapat
mengambil seorang
isteri dari sana
untuk anakku
(KEJADIAN 24:7)


B
etapa menyenangkan jika kita bisa memastikan apa kehendak Tuhan setiap hari. Apa yang harus dilakukan dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan anak, dan sebagainya. Seperti Abraham yang begitu yakin dalam langkah-langkahnya mencari istri bagi Ishak, anaknya. Begitu yakinnya hingga ia berkata Tuhan akan mengutus malaikat-Nya untuk mewujudkan hal itu (ayat 7).

Bagaimana Abraham memastikan bahwa Tuhan menghendaki Ishak menikah, bahwa istrinya tidak boleh berasal dari Kanaan (ayat 3), dan bahwa Ishak tidak boleh kembali ke Negeri asalnya (ayat 6)? Bukankah Tuhan tidak pernah memerintahkannya secara detail? Kita melihat bahwa keyakinan Abraham berasal dari imannya kepada Tuhan yang sudah Tuhan berikan. Tuhan berjanji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar melalui keturunan Ishak (lihat Kejadian 17: 15-19; 22: 16-18). Karena itu, Abraham tak ragu Ishak harus menikah. Tuhan juga berfirman akan menghukum orang-orang Kanaan karena kejahatan mereka  (lihat Kejadian 15: 16, orang Amori mewakili para penyembah berhala di Kanaan). Jelas bagi Abraham, Ishak tidak boleh beristrikan orang kanaan. Tuhan juga telah memanggil Abraham keluar dari negerinya untuk memiliki tanah Kanaan  (lihat Kejadian 13: 14-15; 15: 18-21). Abraham percaya janji Tuhan sehingga ia tak memperbolehkan Ishak kembali ke negeri asalnya.

Kerap kita ingin mengetahui kehendak Tuhan, tapi begitu sedikit memperhatikan, merenungkan, den mempercayai Firman yang sudah  diberikan-Nya pada kita. Hanya ketika kita bertekun dan menaati apa yang sudah difirmankan Tuhan, kita dapat memiliki iman seperti Abraham, “Saya tak tahu segalanya, tapi saya tahu ini selaras dengan firman Tuhan, jadi saya akan bertindak.......”



Kehendak Tuhan dapat makin dipahami dan diimani
hanya jika Firman-Nya mengisi pikiran kita setiap hari.




Layak Dipercaya

Pembacaan alkitab, kejadian 39:1-23

Sebab itu kepala penjara
memercayakan semu
tahanan dalam penjara
itu kepada Yusuf,
dan segala pekerjaan
yang harus dilakukan
di situ, dialah yang
mengurusnya
(KEJADIAN 39:22)


S
aya mengenal sebuah persekutuan gereja-gereja mengusung tema tahunan: “ Komunitas yang Layak Dipercaya”. Gereja ini sadar bahwa kesaksian hidup umat kristen secara utuh mesti sedemikian mantap  hingga membuat siapapun yang berurusan dangannya juga merasa mantap, nyaman, tentram, dan aman. Namun, dalam tempat atau situasi tertentu, bisa jadi praktiknya tidak mudah.

Perbedaan tempat, perbedaan situasi tidaklah meredupkan kualitas Yusuf. Di mana pun ia berada, orang percaya kepadanya dan memercayakan pekerjaan penting kepadanya. Di rumah Potifar yang mewah, maupun dalam penjara yang keras (ayat 4, 22). Mengapa bisa demikian? Karena Yusuf terampil dalam hal manajemen? Bisa jadi. Namun bagi penulis kitab kejadian, alasan utamanya karena “Tuhan menyertai Yusuf dan membuat apa yang dikerjakannya berhasil” (ayat 2,23). Yusuf menyadari hal itu. Ia tahu Tuhan memperhatikan pilihan-pilihan yang ia ambil saat bekerja (ayat 9), karena itu tentu ia senantiasa melakukan yang terbaik sebagai wujud nyata cinta dan kasihnya pada Tuhan.

Semua orang tentu ingin disertai Tuhan seperti Yusuf dan berhasil. Namun, apakah kita juga sungguh menyertakan Tuhan dalam apa yang kita kerjakan? Menyertakan Tuhan berarti peduli terhadap pilihan-pilihan yang selaras dengan Firman-Nya, apapun situasinya. Pilihan-pilihan yang demikian dapat dipercaya. Sudah seharusnya orang-orang bersentuhan hidup dengan kita merasa mantap dan aman, karena tahu mereka berurusan dengan anak-anak Tuhan dalam segala perkara.


Ketika Tuhan menyertai, kita pun harus mau diajari
bagaimana membuat pilihan yang selaras dengan kehendak-Nya.





Dia Pasti Datang

Pembacaan alkitab, 1 tesalonika 5:1-11

...karena kamu
sendiri tahu benar-
benar bahwa hari
Tuhan datang
seperti pencuri
pada malam
(1 TESALONIKA 5:2)


D
alam kaitan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, ada kelompok orang kristiani yang disebut eschatophobia, yaitu mereka yang tidak suka membahas topik ini. Mereka tidak peduli dan mengabaikan setiap kebenaran Yang berkenaan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali.

Namun, dengan jelas Alkitab menandaskan bahwa suka atau tidak suka, Kristus akan datang untuk kedua kalinya. Setiap kita pasti akan berhadapan dengan hari istimewa itu, entah semasa kita hidup atau ketika kita sudah meninggal. Akan tetapi, kedatangan-Nya juga tidak dapat ditentukan karena sifatnya seperti pencuri dimalam hari (ayat 2). Kebenaran ini mendorong setiap kita untuk memiliki pandangan dan sikap yang tepat terhadap topik ini. Yang pertama berkenaan dengan nasib kita di hari penghakiman kelak. Dikatakan dengan jelas bahwa kelak, hanya mereka yang sungguh percaya kepada Kristus yang akan luput dari murka Allah (ayat 9). Yang kedua adalah sikap hidup yang sewajarnya kita tampakkan dalam menantikan perjumpaan dengan-Nya. Dalam kedua hal ini kita pantas mawas diri.

Apakah anda telah memiliki kepastian bahwa Anda akan hidup bersama Dia kelak? Dari mana Anda mengetahuinya? Kemudian, jikalau kita mengaku sebagai anak terang dan anak siang (ayat 5), cara hidup seperti apakah yang selama ini kita tampakan? Kira-nya kepastian keselamatan kita memiliki tumpuan yang kuat dan cara hidup kita memperlihatkan kepastian yang kita miliki itu.


Terhadap janji kedatangan-Nya, tak pernah saya ragu;
hidup saya sekarang menunjukkan keyakinan itu.


Kasih dan Hukuman

Pembacaan alkitab, Hosea 5:8-6:6

Mari kita, akan berbalik
kepada Tuhan, sebab
Dialah yang telah
menerkam dan yang
akan menyembuhkan
kita, yang telah
memukul dan yang
akan membalut kita
(HOSEA 6:1)


P
ernakah Anda mendengar ungkapan: “Anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi”? Kasih kerap kali diidentikkan dengan tindakan memberi. Pemahaman ini tidak keliru, hanya tidak lengkap, karena kasih juga bisa diwujudkan dalam bentuk hukuman. Tujuannya, supaya orang yang dikasihi menyadari kesalahannya.

Demikian halnya seruan Hosea kepada umat Israel yang pada saat itu hidup dalam penyembahan berhala dan kefasikan. Digambarkan disini, Efraim terserang penyakit dan Yehuda terserang bisul. Bukannya berlari kepada Tuhan, mereka malah ke Asyur, minta penyembuhan kepada raja ‘Agung’ (ayat 13). Akibat dari ketidak setiaannya, mereka menerima hukuman yang tak ringan: Tuhan “menerkam” dan “memukul” mereka (ayat 1). Tuhan menghendaki umat pilihan hidup setia dan percaya kepada pribadi dan kuasa-Nya, bukan kepada berhala atau ilah lain. Tuhan menghukum supaya hidup umat pilihan kembali seturut perintahnya. Dalam hukuman terselip kasih Allah kepada Israel. Dan, siapapun yang berbalik; mengaku salah dan mencari riwayat-nya (ayat15) akan dipulihkan – Dia “sembuhkan” dan “balut” (ayat 1) serta Dia “hidupkan” (ayat 2).

Kita meyakini bahwa Allah mengasihi kita. Namun, saat kita membelakangi Allah, kasih-Nya kerap kali dinyatakan melalui penghukuman. Hukuman menjadi sarana Allah mendisiplin kita. Bagaimana respons kita saat menerima disiplin dari Allah? Bersyukurlah untuk kasih-Nya. Jangan mengeraskan hati. Kini saatnya berbalik, mengaku bersalah, dan kembali mencari wajah-Nya.


Saat kita memilih untuk menempuh jalan yang salah,
hukuman dapat mengembalikan kita melangkah di jalan Allah.






Saya Beriman...

Pembacaan alkitab, kejadian 6:9-22

Lalu Nuh melakukan
semuanya itu;
tepat seperti yang
diperintahkan
Allah kepadanya,
Demikianlah
Dilakukannya
(KEJADIAN 6:22)


K
ata “iman” sangat kerap disebut dalam percakapan sehari hari tanpa lagi dipikirkan kebenarannya. Pasti kita pernah mendengar kalimat seperti: “Mari kita beriman bahwa hari ini tidak akan hujan” atau “kita beriman bahwa Tuhan akan mencukupi pendanaan retret ini,” dan sebagainya. Namun inikah, yang dimaksud dengan iman?

Ketika Allah meminta Nuh untuk membuat bahtera karena Allah akan menghukum manusia dengan air bah, dengan segera ia melakukannya (ayat 22). Secara manusiawi ia sebenarnya tidak memiliki cukup dasar untuk memercayai perintah dan janji semacam itu. Namun, ia tidak menuntut Allah untuk memberikan gerimis sepanjang tahun atau banjir selutut terlebih dahulu untuk sekadar menopang kayakinannya. Baginya, Allah sendiri jaminan dari penggenapan janji tersebut. Kepercayaannya bertumpuh kapada Pribadi Allah dan Firman-Nya. Ia percaya bahwa apa yang dikatakan Allah senantiasa benar dan bahwa Dia sanggup menepati perkataan-Nya. Itulah respons dari hidup yang bergaul dengan Allah (ayat 9). Itulah iman! Iman adalah wujud penghormatan kepada Allah yang kita percayai kesempurnaan-Nya. Iman yang semacam ini akan ditindak lanjuti dalam ketaatan yang tanpa syarat.

Bagaimana selama ini kita melatih iman kita? Apakah kita berupaya memahami setiap perintah dan janji Allah dengan benar? Apakah kita gemar menaati apa yang jelas-jelas Allah nyatakan atau kita lebih suka mengklaim apa yang belum tentu Allah maksudkan? Hati-hati kalau selama ini kita justru banyak meyakini hal-hal yang pernah Allah perintahkan atau janjikan.



Iman yang benar pasti memiliki dasar.
Iman yang kuat pasti berbuah taat.

Rabu, 18 April 2012

"Bapa, Muliakanlah Nama-Mu!"

Pembacaan alkitab, yohanes 12:20-36


  “Sekarang jiwa-Ku
terharu dan apakah yang
akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab
untuk itulah Aku datang
ke dalam saat ini. Bapa,
muliakanlah nama-Mu!”
(YOHANES 12:27-28A)


P
ernahkah Anda dicekam ketakutan yang sangat, hati gundah-gelisah, rasanya sangat ingin berteriak? Kurang lebih seperti itulah pergolakan emosi Tuhan Yesus menjelang hari ia disalib, yang diterjemahkan: “hati-Ku cemas” (BIS), “I am storm-tossed [badai menerjangku]” (The Message), “My soul is deeply troubled [jiwaku sangatlah gelisah]” (NLT).

Yesus tahu “telah tiba saatnya” Bapa akan menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 23), dengan mengalahkan penguasa dunia, yaitu setan (ayat 31), dan membawa semua orang datang kepada-Nya (ayat 32). Namun, itu artinya Dia harus menderita dan mati disalib (ayat 33). Apa yang akan Anda doakan jika berada dalam posisi Yesus? Minta kekuatan ekstra? Mukjizat dari surga? Yesus tahu persis untuk apa Dia diutus ke dunia, mempermuliakan Bapa dengan jalan menyerahkan nyawa-Nya. Dan, Dia taat sampai mati. Doa-Nya, bukan minta di bebaskan dari situasi sulit, bahkan bukan kekuatan ekstra untuk bertahan, melainkan supaya Bapa mempermuliakan diri-Nya sendiri melalui ketaatan-Nya, itulah yang berkenan kepada Bapa (ayat 27-28).

Seperti Bapa telah mengutus-Nya, demikian pula Yesus telah mengutus kita yang telah diselamatkan-Nya ke dalam dunia ini (lihat Yohanes 17:18-20). Setan tak berdaya dan dunia tak dapat berdalih ketika keberadaan anak-anak Tuhan membuat-Nya makin dikenal dan dipuji. Bagaimana orang dapat melihat kemuliaan Tuhan melalui: konflik dalam rumah tangga, pekerjaan yang berat, tabungan yang menipis, dan berbagai situasi sulit yang Dia izinkan terjadi dalam kehidupan kita saat ini?






Tuhan dimuliakan
melalui ketaatan dalam hari terkelam.

Dia Memang Raja

Pembacaan alkitab, yohanes 12:12-19

“Kamu lihat sendiri
Bahwa kamu sama
Sekali tidak berhasil,
Lihatlah, seluruh dunia
Datang mengikuti dia.”
(YOHANES 12:19)


H
ari ini peringtan Minggu Palem, saat Yesus disambut bagaikan Raja oleh banyak orang di Yerusalem dengan sorak-sorai dan lambaian daun palem (ayat 12-13). Apakah saat itu orang sungguh menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan, Raja atas segenap semesta? Kita tah tahu pasti. Alkitab mencatat sambutan meriah itu diberikan karena Yesus baru saja membangkitkan orang mati (ayat 17). Mungkin mereka berharap melihat lebih banyak demonstrasi kuasa dari “Raja” ini.

Di tengah riuh massa ada juga celetuk sekelompok Farisi yang terdengar frustasi. “Lihat sendiri, kamu sama sekali tidak berhasil”. Apanya yang tidak berhasil? Menurut Yohanes, kelompok ini selalu berusaha mencari kesalahan Yesus, berusaha menangkap dan membunuh-Nya (lihat pasal 7:32; 8:3-6, 13; 11:47, 57). Mereka tak ingin orang mengikuti, apalagi me-Raja-kan Yesus. Namun, usaha mereka selalu gagal. Merenungkan semua itu Yohanes menyadari bahwa Yesus, Sang Anak Allah, memegang kendali atas dunia. ia mencatat bahwa Yesus bertindak menurut “saat-Nya” (lihat pasal 7:30; 8:20), bukan saat manusia.

Ya, bukan manusia yang menjadikan Yesus berstatus Raja. Suku atau tidak, diakui atau Tidak, Yesus adalah Tuhan, Raja yang patut disembah segenap semesta. Kedatangan dan penyambutan-Nya di Yerusalem telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya (Zakharia 9:9; Mazmur 118:26). Para murid ikut menggenapkan nubuat itu tanpa mereka sadari (ayat 16). Bahkan, celetukan orang Farisi “seluruh dunia datang mengikuti Dia” akan menjadi kenyataan (Filipi 2:9-11). Seberapa jauh pengenalan akan Yesus sebagai Sang Raja membuat perbedaan dalam hidup Anda dan saya?



Manusia boleh berencana dan berusaha,
tetapi tanpa penundukkan diri pada Sang Raja, sia-sialah semuanya.