Pembacaan alkitab,
ibrani 2:5-18
Karena Ia sendiri
telah menderita
ketika dicobai, maka Ia
dapat menolong mereka
yang sedang dicobai.
(IBRANI 2:18)
Di televisi
beberapa kali terlihat seorang pejabat yang masuk ke perkampungan kumuh, lalu
mencoba makan nasi bungkus dan menggendong seorang anak yang kumal. Kesan bahwa
ia bersimpati dan merasakan penderitaan kaum miskin telah ia buat dalam sehari
itu. Namun, seberapa jauh pengalaman itu membekas dalam hidupnya? Benarkah ia
sungguh dapat merasakan penderitaan kaum tertindas dengan tindakan tersebut?
Tuhan Yesus pernah
menjadi manusia seutuhnya. Dia memiliki darah dan daging, sama dengan yang
dimiliki manusia (ayat 14). Dia mengalami dan melakukan hal-hal yang dialami
dan dilakukan oleh manusia pada umumnya. Dia makan dan minum, menjadi letih,
menangis dan seterusnya. Dia juga mengalami pencobaan, penderitaan bahkan maut
(ayat 9, 18). Penderitaan fisik yang Dia alami di sekitar penyaliban-Nya
merupakan penderitaan yang sulit dicari bandingannya. Penderitaan batin juga
dijumpainya ketika Dia melangkah ke Golgota. Karena ia pernah menjadi manusia,
maka seluruh penderitaan dan kegetiran manusia bukanlah hal yang asing
bagi-Nya.
Kita biasanya
menghargai seseorang yang mampu membayangkan penderitaan kita dan bersimpati
karenanya. Namun, kita akan lebih merasa dekat dengan seseorang yang pernah
merasakan penderitaan yang sama sehingga ia mampu berempati. Tuhan Yesus jauh
melampaui semuanya itu karena Dia juga mampu mengenali keluhan-keluhan kita
yang tak terucapkan. Kala hidup kita terpuruk, fisik kita ambruk, dan batin
kita rasanya remuk, datanglah kepada Pribadi itu. Dia pernah menjadi manusia.
Dia sangat mengerti kita
karena Dia pernah menjadi sama seperti kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar