Rabu, 24 Juli 2013

Bersiap untuk Hari Istimewa

Pembacaan alkitab, lukas 2:25-35

Ia seorang yang
benar dan saleh 
yang menantikan
penghiburan bagi Israel
... Kepadanya telah
dinyatakan oleh Roh
Kudus bahwa ia tidak
akan mati sebelum ia
melihat Mesias ...
(LUKAS 2:25-26)
Menantikan sesuatu mungkin membosankan bagi banyak orang. Tetapi tidak bagi pemerintah kota London serta sekitar 1.000 atlet dari 204 negara peserta Olimpiade 2012. Sejak empat tahun silam kebanyakan atlet sudah mulai mempersiapkan diri dengan latihan-latihan serta pengaturan pola makan yang ketat. London sendiri melakukan berbagai pembenahan kota sejak masuk nominasi delapan tahun sebelumnya. Mereka menantikan sesuatu yang istimewa dan tak sehari pun mereka lalai memikirkannya.

Simeon dan Hana menantikan sesuatu yang jauh lebih istimewa: kedatangan Sang Mesias! Kedua orang ini tampaknya telah menanti sangat lama. Simeon sudah uzur dan tinggal menunggu ajal menjemput, sementara Hana sudah berusia 84 tahun (ayat 26, 29, 37). Bagaimana mereka melewati masa penantian yang panjang itu? Hana berpuasa dan berdoa siang dan malam (ayat 37). Simeon tampaknya telah banyak bertekun dalam firman dan doa sehingga ia sangat memahami banyak nubuat tentang Sang Mesias (ayat 25, 28-32).

Kedatangan Sang Mesias kini kita ingat dan syukuri tiap kali Natal menjelang, disertai pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua kali kelak. Kita menyebutnya Adven, bahasa Latin untuk kata kedatangan, yang dimulai empat minggu sebelum Natal. Apa yang kita lakukan dalam masa penantian ini? Sibuk berbelanja, mencari tambahan penghasilan, atau mengambil waktu lebih banyak untuk merenungkan makna kedatangan-Nya? Mari arahkan hati agar kita peka mendengar apa yang Dia ingin kita lakukan menjelang perayaan Natal tahun ini, juga menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali.



Nantikanlah kedatangan Tuhan
dengan hati yang penuh harap akan Dia.



Yesus Sayang ODHA

Pembacaan alkitab, lukas 5:12-16

Lalu Yesus
mengulurkan tangan-
Nya, menyentuh orang
itu, dan berkata, "Aku
mau, jadilah engkau
tahir." Seketika
itu juga lenyaplah
penyakit kustanya.
(LUKAS 5:13)
Setahun lamanya saya dan pendeta melayani komunitas orang kusta tanpa bekal wawasan medis, dan saya tertular. Itu baru saya sadari saat kuliah dan tinggal di asrama. Dokter menjamin penyakit ini bisa dikondisikan tidak menular, bahkan mudah disembuhkan. Namun, karena stigma negatif terhadap penderitanya belum banyak berubah, bapak asrama yang bijaksana setuju saya menjalani pengobatan secara rahasia.

Tindakan Yesus menyembuhkan pengidap kusta dalam bacaan hari ini sungguh di luar dugaan. Dia menyentuh orang itu (ayat 13). Mengagetkan, sebab itu melanggar hukum agama dan berisiko menularkan penyakit. Penderita kusta dalam budaya Yahudi ada dalam kondisi tidak tahir – mengidap dosa. Bukan hanya kesembuhan, Yesus juga “menularkan”  kesejukan bagi jiwa yang telah lama merindukan kasih dan penerimaan melalui sentuhan-Nya. Perintah Yesus agar orang itu menghadap para imam (ayat 14) adalah supaya kesembuhannya mendapat pengesahan hukum dan haknya untuk mendapat penerimaan dalam masyarakat kembali dipulihkan.

Hari ini para ODHA (Orang Dengan HIV / AIDS) banyak mengalami kepahitan para penderita kusta abad pertama: sulit sembuh dan terkucilkan. Mereka perlu menerima kabar anugerah bahwa Tuhan menerima dan mengasihi mereka. Berita baiknya, sentuhan—jabat tangan dan pelukan hangat—bukanlah media penularan dan dapat menjadi salah satu ekspresi kasih yang bisa kita berikan. Di hari AIDS sedunia ini, mari bersama berdoa agar anak-anak Tuhan dimampukan mengasihi para penderita AIDS dengan kasih Kristus, dan dengan hikmat Tuhan, usaha-usaha dunia medis dapat menemukan terapi yang efektif bagi ODHA.



Ada mukjizat sederhana yang dirindukan ODHA:
Sentuhan kasih dan penerimaan.



Selasa, 23 Juli 2013

Gratia Melahirkan Gratitude

Pembacaan alkitab, 1 timotius 1:12-17

Perkataan ini benar
dan patut diterima
sepenuhnya, "Kristus
Yesus datang ke dunia
untuk menyelamatkan
orang berdosa," dan di
antara mereka akulah
yang paling berdosa.
(1 TIMOTIUS 1:15)
Aada sebuah ungkapan: Gratia (anugerah) melahirkan gratitude (syukur). Kesadaran akan anugerah Tuhan dalam kehidupan kita akan menghasilkan limpahan ucapan syukur. Ketika anugerah tidak disadari, kita bisa menganggap banyak hal memang sudah sepatutnya kita terima, dan rasa syukur pun berangsur pudar.

Pernyataan Paulus yang baru saja kita baca menunjukkan kesadarannya yang sangat kuat akan anugerah Tuhan dalam hidupnya. Ia adalah orang yang menyetujui perajaman martir pertama, Stefanus. Lalu, ia mengancam dan menangkapi para pengikut Kristus (lihat Kisah Para Rasul 8:1; 9:1-2). Ia penghujat dan penganiaya, seorang yang ganas (ayat 13). Namun, Tuhan berkenan menampakkan diri kepadanya, mengubah hidupnya, dan memercayakan pelayanan pemberitaan Injil kepadanya. Paulus tidak sedang membanggakan masa lalunya yang penuh dosa. Ia tengah dipenuhi rasa syukur yang lahir dari limpahnya anugerah Tuhan (ayat 14). Orang boleh memandangnya sebagai seorang rasul besar, pengkhotbah hebat, tetapi ia sadar betul ia hanyalah seorang pendosa besar yang mendapat kasih karunia Tuhan (15-16).

Kita perlu terus mengingatkan diri bahwa kesempatan melayani Tuhan adalah kasih karunia, bukan sesuatu yang bisa kita lakukan karena kita lebih baik atau lebih mampu dari orang lain. Kita bahkan tidak bisa menyebut pelayanan sebagai balas budi atas anugerah-Nya, sebab kemurahan Tuhan tidak dapat kita tukar atau ganti dengan ragam kebaikan kita. Biarlah anugerah Tuhan sekali lagi melahirkan syukur di hati kita, dan menggerakkan kita untuk melayani-Nya.



Kembalikan syukur di hati
dengan mengingat kasih karunia Tuhan.

Penghargaan

Pembacaan alkitab, lukas 17:7-10

Demikian jugalah
kamu. Apabila kamu
telah melakukan segala
sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah
kamu berkata: Kami
hamba-hamba yang tidak
berguna; kami hanya
melakukan apa yang
harus kami lakukan.
(LUKAS 17:10)
Cukup sering saya merasa gagal ketika menyelesaikan suatu tugas. Perasaan kecewa dan menyalahkan diri semakin kuat bila tugas yang saya kerjakan itu dilihat oleh banyak orang. selidik punya selidik, perasaan gagal itu ternyata terkait dengan tanggapan orang lain. Ketika hasil kerja saya tampaknya kurang dihargai, saya merasa kecewa. Saya berharap pujian, tetapi justru kritiklah yang lebih banyak saya terima.

Keinginan mendapatkan penghargaan merupakan salah satu penghalang kita melayani Allah. Itu sebabnya Yesus mengingatkan murid-murid-Nya dengan mengutip tata krama seorang hamba terhadap tuannya sebagaimana kebiasaan pada zaman itu. Ketika melakukan tugas, kita bukanlah tuan yang berhak menerima pujian. Sebaliknya, kita adalah hamba. Bahkan, bukan hanya pujian yang tidak kita terima, sekadar ucapan terima kasih pun tidak boleh kita harapkan. Apakah dengan demikian Allah adalah Tuan yang kejam? Sama sekali tidak. Karena Yesus, Allah yang menjadi manusia itu memberikan teladan bagi kita. Yesus menggenapkan seluruh tugas yang dibebankan Allah, yaitu sampai mati di atas kayu salib dalam kehinaan tiada tara.

Apakah Anda merasa lesu melayani Tuhan? Anda bermaksud meninggalkan tugas pelayanan yang Tuhan percayakan? Atau Anda tidak ingin melayani karena merasa pelayanan itu tidak ada gunanya? Bila keinginan itu muncul, cobalah sedikit, apakah hal itu terkait oleh tiadanya penghargaan atau pujian yang Anda terima. Lalu, pandanglah Kristus yang telah meninggalkan teladan dengan hidup sebagai hamba, sekalipun Dia adalah Tuhan kita.



Bersyukurlah kepada Kristus yang telah melayani kita.
Bangkitkan kembali semangat pelayanan dengan meneladani-Nya.

Sabtu, 20 Juli 2013

Jawaban Doa

Pembacaan alkitab, ezra 7:2B-8:20

Kemudian karena
tangan murah Allah
kami itu melindungi
kami, didatangkanlah
oleh mereka kepada
kami orang-orang
yang berakal budi
dari bani Mahli bin
Lewi bin Israel ...
(EZRA 8:18)
Jemaat gereja kami cukup banyak. Namun, seperti masalah klise berbagai gereja, yang mau dan mampu melayani sangat terbatas. Kami sungguh berdoa pada Tuhan agar ada tambahan orang untuk mengisi kekosongan yang ada. Ketika satu per satu tenaga pelayan diberikan, kami menyapa mereka dengan berkata, “Terima kasih telah menjadi jawaban Tuhan atas doa kami.”

Masalah kekurangan pekerja sudah dialami sejak zaman Ezra. Pada zaman Raja Artahsasta, Ezra diperkenankan pulang ke Yerusalem untuk membangun kembali ibadah di Bait Allah. Sayang, di antara sekian banyak orang yang pulang bersamanya, ia tidak mendapati orang-orang Lewi untuk penyelenggaraan kebaktian (ayat 15). Ezra tidak mengambil jalan pintas mengganti peran khusus bani Lewi yang sudah ditetapkan Tuhan. Ia membagikan kebutuhan spesifik itu kepada saudara-saudara di Kasifya. Mendengar visi Ezra menyelenggarakan kembali kebaktian di Bait Allah dan apa yang dibutuhkan untuk mewujudkannya, mereka pun berespons. Ezra mengenali “tangan murah Allah” dalam semua proses itu.

Ketika mengalami kekurangan pekerja dalam pelayanan, seberapa jauh kita melibatkan Allah? Bisa jadi kita frustasi dan mengambil langkah yang keliru: mungkin memborong pelayanan sendiri atau menurunkan standar pelayanan demi kebutuhan mendesak. Ingatlah bahwa pelayanan adalah milik Allah, Dialah yang menetapkan bagian tiap-tiap anggota dalam pembangunan tubuh-Nya. Mintalah Dia mengirim para pekerja menurut cara-Nya. Informasikan kebutuhan pelayanan secara spesifik pada sesama anggota tubuh Kristus. Dan, ketika kebutuhan terpenuhi, bersyukurlah atas tangan murah Allah yang menjawab doa kita.



Tuhan memiliki orang yang tepat untuk pekerjaan-Nya.
Mintalah pekerja pada-Nya dan nantikanlah jawaban-Nya.

Terang Bagi Negeri

Pembacaan alkitab, matius 5:13-16

Lagi pula orang tidak
menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah
tempayan, melainkan di
atas kaki pelita sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu.
(MATIUS 5:15)
Kedua anak perempuan teman saya punya cita-cita istimewa. Yang sulung ingin menjadi hakim. Yang bungsu ingin menjadi jaksa. Mereka ingin menjadi para penegak kebenaran dan pembela yang lemah. Saya bertanya bagaimana mereka bisa punya cita-cita semulia itu. Dengan mimik serius layaknya orang dewasa salah satu menjawab, “Aku belajar dari Alkitab, Tuhan sangat menentang ketidakadilan dan kejahatan. Namun, itulah yang banyak terjadi sekarang.” Tiap mengingat mereka saya terharu. Kedua anak itu rindu menjadi terang di tempat yang dianggap banyak orang kotor, penuh kegelapan.

Yesus mengingatkan murid-murid-Nya bahwa untuk memenuhi fungsinya, terang harus berada di tempat yang tepat, yaitu di tempat yang bisa dilihat orang (ayat 16). Bukankah “dilihat orang” itu terkesan sombong? Dalam konteks ini tidak, karena tujuannya adalah orang dibawa memuji Tuhan, bukan kebaikan manusia. Berada di tempat yang tepat dimaksudkan agar fungsi terang itu maksimal (ayat 15). Di manakah terang paling berfungsi jika bukan ti tempat yang gelap? Kapan orang membutuhkan cahaya untuk melihat kota di atas gunung atau beraktivitas di dalam rumah? Bukankah pada saat gelap meliputi?

Kerap kali pelita orang kristiani “tersembunyi” selama hari kerja, karena yang dianggap pelayanan hanyalah aktivitas hari Minggu di gereja. Padahal, dunia yang butuh diterangi mencakup semua bidang kehidupan—hukum dan pemerintahan, bisnis dan ekonomi, kesehatan dan pendidikan, media, bahkan seni, dan hiburan. Ketika menjumpai “kegelapan” di negeri, karena di sanalah kesempatan yang sesungguhnya menjadi terang dunia.


Di manakah Anda dan saya seharusnya berada
agar banyak orang melihat kebenaran dan memuliakan Tuhan?

Selasa, 16 Juli 2013

Orang Arab pun Mendengarnya

Pembacaan alkitab, kisah para rasul 2:1-13

" ... baik orang Yahudi
maupun penganut
agama Yahudi, orang
Kreta dan orang Arab,
kita mendengar mereka
berbicara dalam bahasa
kita sendiri tentang
perbuatan-perbuatan
besar yang dilakukan.
Allah."
(KISAH PARA RASUL 2:11)
Orang Yahudi perantauan, penganut Yahudi (bukan bangsa Yahudi), orang Kreta dan juga orang Arab; merekalah yang mengucapkan kata-kata dalam ayat pilihan ini. Ya, orang Arab juga turut mendengar perbuatan-perbuatan Allah! Kisah Yesus hangat diperbincangkan di Yerusalem saat mereka tengah di sana. Kisah yang menakjubkan sekaligus menghebohkan. Yesus mati disalib belum berselang lama.

Kini mereka mendengarkan lanjutan kisah itu. Yesus sudah bangkit. Murid-murid berkata bahwa mereka telah menerima Roh Kudus yang memberi mereka kesanggupan berbicara seperti itu. Publik seketika melihat perbedaan besar. Tak tersirat sedikit pun ketakutan atau keraguan pada murid-murid itu. Petrus si penyangkal. Juga Yohanes yang kabur terbirit-birit sewaktu Yesus ditangkap. Kini mereka, bersama murid-murid Yesus lainnya berbicara dalam bahasa yang dimengerti semua orang yang hadir. Orang Kreta mendengar kesaksian murid-murid itu dalam bahasa mereka. Orang Arab juga mendengarnya dalam bahasa Arab hingga mereka mengerti kisah Yesus itu secara jelas. Kira-kira tiga ribu orang memercayai kebenaran kisah itu sesudahnya (ayat 41).

Hari ini, berita yang sama masih perlu diperdengarkan dengan jelas. Yesus telah menyediakan jalan keselamatan agar manusia yang berdosa dapat kembali hidup memuliakan Allah. Adakah kendala bahasa yang menghalangi kita menyampaikannya? Mohon Roh Kudus menolong kita. Sebagian orang berkomunikasi dengan bahasa formal, akademis, sebagian lagi bahasa gaul. Bahasa daerah beserta dialeknya banyak juga. Dengan cara apa selama ini kita mempercakapkan perbuatan-perbuatan Allah?


Bicarakanlah perbuatan-perbuatan Allah dalam bahasa
yang dimengerti teman bicara. Allah sungguh menginginkannya!

Perlu Dirangkul

Pembacaan alkitab, 2 korintus 2:5-11

... supaya Iblis jangan
beroleh keuntungan
atas kita, sebab kita
tahu apa maksudnya.
(2 KORINTUS 2:11 TB)
Pernakah Anda melakukan kesalahan? Bagaimana perasaan Anda ketika dalam situasi yang demikian, orang-orang menyerang dan menyalahkan Anda? Ada dua kemungkinan. Anda akan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, menarik diri agar tidak melakukan kesalahan baru. Atau, Anda akan membela diri, berusaha menunjukkan bahwa Anda bukan satu-satunya yang patut dipersalahkan. Masalah tidak dibereskan secara objektif, hubungan pun terancam rusak.

Merusak hubungan antar sesama anggota tubuh Kristus adalah strategi favori Iblis. Ia tahu anak-anak Tuhan harus saling melengkapi untuk mengerjakan tujuan-tujuan Tuhan di dunia ini. Paulus sangat menyadarinya. Sebab itu, ia memberi peringatan kepada jemaat di Korintus. Tersirat dari bacaan kita, mereka sedang memiliki masalah dengan salah seorang saudara. Teguran demi teguran diberikan. Tapi orang yang bersalah tidak butuh lebih banyak teguran, melainkan pengampunan dan penghiburan untuk menolongnya kembali ke dalam persekutuan dan memperbaiki sikapnya (ayat 7). Tanpa itu ia akan terus terpuruk dengan rasa bersalah dan tidak ditolong untuk bertumbuh.

“Kasihi dia dengan sungguh-sungguh,” (ayat 8), adalah nasihat yang juga harus dipraktikkan dalam komunitas kita hari ini. Tuhan rindu kita saling membangun dalam pekerjaan baik yang memuliakan Dia. Sebaliknya, Iblis berusaha membuat kita saling menyakiti, sehingga Tuhan yang kita sembah tidak dihormati orang. Bagaimana kita bersikap satu sama lain? Kesalahan perlu ditegur, tetapi orang yang bersalah perlu dirangkul untuk bangkit kembali. Jangan biarkan Iblis beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya!   


Orang yang bersalah membutuhkan pengampunan.
Juga, dorongan untuk kembali hidup memuliakan Tuhan.

Minggu, 07 Juli 2013

Mengutamakan Pilihan Tuhan

Pembacaan alkitab, 1 tawarikh 28:1-10

Camkanlah sekarang,
sebab TUHAN telah
memilih engkau untuk
mendirikan sebuah
rumah menjadi tempat
kudus. Kuatkanlah
hatimu dan
lakukanlah itu.
(1 TAWARIKH 28:10)
Seorang teman pernah menceritakan pergumulannya menjelang lulu kuliah. Ia sangat terbeban untuk mengajar anak-anak, tetapi orangtuanya mengharapkan ia meneruskan usaha keluarga. Jika menolak, ia akan dianggap anak tidak berbakti. Jika menuruti, ia merasa tidak sedang mengerjakan penggilan hidupnya. Apa yang harus ia lakukan? Cerita teman saya mungkin mewakili pergumulan banyak keluarga. Orangtua dan anak punya cita-cita berbeda. Mana yang harus diikuti?

Bagian Alkitab yang kita baca membuat saya kembali merenungkan masalah tersebut. Di depan banyak orang, Daud memberi amanat kepada Salomo untuk menjadi penerus kerajaan sekaligus membangun rumah Tuhan. Apakah ini wujud egoisme Daud untuk meraih cita-citanya yang belum kesampaian? Ayat 5-10 memberitahu kita bahwa Daud memilih Salomo bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi karena mengenali pilihan Tuhan atas anaknya yang satu itu. Ia pun berupaya sebaik mungkin mendukung selagi ia hidup. Tak hanya memberi semangat dan nasihat, Daud menyiapkan rancangan, bahan, dan personil untuk menunjang tugas Salomo.

Alangkah indahnya jika anak-anak dan orangtua bersama mencari dan mengenali apa yang Tuhan ingin mereka kerjakan dalam hidup ini. Anggota keluarga saling mendukung, saling melengkapi. Bukan aktualisasi diri atau cita-cita masa lalu yang jadi fokus, melainkan tujuan Tuhan yang menciptakan tiap orang secara unik. Hari ini, pikirkanlah bagaimana Anda dan sesama anggota keluarga dapat mengenali tujuan Tuhan dalam hidup masing-masing, dan bagaimana Anda dapat saling menolong satu sama lain untuk mewujudkannya.  



Ada panggilan unik yang Tuhan persiapkan bagi setiap anak-Nya.
Dia mau kita temukan itu dan hidup di dalamnya.

Sabtu, 06 Juli 2013

Penyebab Khawatir

Pembacaan alkitab, lukas 12:22-34

"Karena itu Aku berkata
kepadamu: Janganlah
khawatir tentang
hidupmu, mengenai
apa yang hendak kamu
makan, dan janganlah
khawatir pula tentang
tubuhmu, mengenai
apa yang hendak
kamu pakai".
(LUKAS 12:22)
Seseorang pernah menuliskan demikian: Jika makanan disadari sebagai penyambung hidup—bukan untuk memenuhi dan mengejar selera—masihkah manusia khawatir? Jika pakaian awalnya adalah untukmenutupi ketelanjangan—bukan untuk menghias tubuh—masihkah manusia khawatir? Dalam kenyataannya, rasa khawatir kerap menggeser rasa syukur yang seharusnya ada saat kebutuhan-kebutuhan dasar kita terpenuhi.

Tuhan Yesus, dalam satu kesempatan pengajaran, mengajak para murid untuk mempertimbangkan dua makhluk ciptaan lainnya. Burung gagak yang oleh bangsa Yahudi dianggap najis atau haram (lihat Imamat 11), tidak punya hikmat untuk membuat dan menyimpan makanan seperti manusia, tetapi Tuhan memberika mereka makan (ayat 24). Bunga bakung—yang masuk golongan bunga Anemon liar—tak punya kreativitas menenun bahan pakaian seperti manusia, tetapi Tuhan menghiasnya dengan keindahan yang lebih dari pakaian Raja Salomo (ayat 27). Betapa Tuhan memperhatikan segala ciptaan-Nya, bahkan yang lemah dan luput dari pengamatan manusia. Jika para murid masih meragukan pemeliharaan Tuhan yang demikian detail, tepatlah jika Yesus menyebut mereka sebagai orang yang kurang percaya! (ayat 28)

Kekhawatiran bisa menghantui ketika kebutuhan sudah beralih fungsi untuk memenuhi kehendak dan kepuasan diri. Kita menetapkan standar sendiri dan gelisah ketika Tuhan tidak memenuhinya. Hidup tidak lagi dijalani untuk Tuhan yang menciptakan kita dan bergantung pada pemeliharaan-Nya, tetapi untuk hasrat diri dan cara yang kita ingini. Adakah hal tersebut yang menyebabkan kekhawatiran Anda hari ini?



Kekhawatiran akan berganti kelegaan
ketika fokus pada diri dialihkan pada Tuhan.