Kamis, 15 Agustus 2013

Beritakanlah Rahmat Allah

Pembacaan alkitab, yesaya 61

... Ia telah mengutus
aku untuk
menyampaikan kabar
baik kepada orang-
orang sengsara, dan
merawat orang-orang
yang remuk hati
(YESAYA 61:1)
Hanya pemberian kecil dan doa singkat, tetapi itu membuat sepasang mata di depan saya memerah “Baru kali ini ada yang begitu peduli sama saya,” ujarnya lirih. Ia mengaku jarang sekali berdoa. “Mungkin nantilah saya mikir tentang Allah, sekarang saya hanya mau cari uang untuk anak saya.” Meski tak terucap gamblang, sikapnya menunjukkan siapa Allah baginya. Pribadi yang jauh di atas sana dan tak cukup peduli dengan orang lemah seperti dirinya.

Namun, kita tahu bahwa Allah peduli. Yesaya dan nabi-nabi lainnya diutus untuk memberitakan rahmat Allah kepada yang lemah dan miskin. Allah sendiri datang sebagai manusia di dalam Yesus Kristus untuk menyentuh manusia secara fisik. Dia berkeliling untuk menghibur dan memulihkan. Dia ikut merasakan bahkan menanggung penderitaan sampai ke atas salib (bandingkan ayat 1-2 dengan Lukas 4:18-21). Yesus datang untuk mewartakan betapa Allah memperhatikan dan berkehendak membebaskan manusia dari kebutaan fisik dan hati, dari penindasan dan ketidakadilan. Tidakkah para pengikut Yesus juga dipanggil untuk mewartakan kabar baik yang sama?

Hari ini, enam benua bersehati dalam Hari Doa Sedunia untuk Orang-orang yang Miskin dan Sengsara (Global Day of Prayer for the Poor and Suffering). Mari ikut menggerakkan keluarga dan komunitas kita untuk berseru kepada Allah bagi jutaan penduduk dunia yang membutuhkan kesembuhan, keadilan, keamanan, air bersih, tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan, Mohon Allah membangkitkan dan memperlengkapi orang-orang kristiani, termasuk diri kita, untuk mewartakan tahun rahmat Tuhan kepada mereka yang membutuhkan.



Apa yang akan kita doakan, berikan, dan lakukan untuk menjadi
saluran rahmat Tuhan bagi yang miskin dan menderita?


Rabu, 14 Agustus 2013

Ibadah di Surga

Pembacaan alkitab, wahyu 22:1-5

Tidak akan ada
lagi yang terkutuk.
Takhta Allah dan
takhta Anak Domba
akan ada di dalamnya
dan hamba-hamba-
Nya akan beribadah
kepada-Nya.
(WAHYU 22:3)
Apa yang Anda bayangkan tentang surga? Seorang pendeta mengaku bahwa tiap kali memikirkan surga, ia membayangkan betapa membosankannya hidup melayang di antara awan dan tidak melakukan apa-apa .... Gambaran surga yang membosankan itu muncul dari dua asumsi yang keliru: Pertama, Tuhan itu membosankan. Kedua, hidup tanpa dosa itu tidak menarik.

Gambaran Alkitab tentang surga jauh dari membosankan. Di sana ada semarak kota kerajaan di mana umat Tuhan memerintah atas bangsa-bangsa bersama Tuhan sendiri (ayat 2,5, bandingkan Wahyu 21:23-26). Ibadah di surga pasti sangat menggairahkan, bukan saja karena kehadiran segala suku bangsa tetapi terutama karena kehadiran Tuhan sendiri (ayat 3, bandingkan Wahyu 7:9-10). Bukankah melewatkan waktu bersama Pribadi Yang Mahakuasa, Mahakreatif, dan Mahakasih itu pasti sangat menyenangkan? Yang tidak ada di surga adalah semua yang tidak baik (ayat 3). Dengan kata lain di sana tidak ada dosa, kepura-puraan, korupsi, kemacetan, kanker, polusi, dan semua keburukan yang bisa kita lihat di dunia.

Tidakkah kebenaran yang menakjubkan tentang masa depan ini menggugah kita untuk mempersiapkan diri sejak sekarang? Menjadikan pekerjaan tiap hari sebagai ibadah kepada-Nya. Merayakan betapa luar biasanya Tuhan dan masa depan kekal yang Dia siapkan, besok, umat kristiani sedunia bersepakat menaikkan pujian dan doa bersama dalam Global Day of Worship (Hari Penyembahan Sedunia). Ajaklah keluarga atau rekan-rekan Anda ambil bagian di dalamnya.   


Bersukacita bersama Pribadi terhebat di alam semesta
bisa dimulai hari ini juga, dan diteruskan selamanya di surga.

Setan Kalah Telak

Pembacaan alkitab, markus 1:21-28

Tetapi Yesus
membentaknya,
"Diam, keluarlah
dari dia!"
(MARKUS 1:25)
Apakah Anda percaya dengan keberadaan setan? Ada beberapa kalangan yang tak percaya dan menganggap orang yang disebut kerasukan sebenarnya mengalami penyakit syaraf dan kejiwaan tertentu. Namun, banyak pula yang percaya bahwa setan itu ada. Bahkan, dalam beberapa acara televisi, kerap ditampilkan tayangan mengenai “orang berilmu” yang sedang melawan roh halus alias setan. Orang ini memejamkan mata serta merapal doa dan mantra. Alkitab jelas menyatakan setan itu ada. Tuhan Yesus kerap kali “berjumpa” dengan setan. Dan, dalam setiap kesempatan itu, Dia mampu mengatasi dan menaklukkannya.

Berbagai cara pengusiran setan juga dikenal dalam praktik Yahudi. Namun, Yesus mengejutkan orang banyak karena Dia melakukannya hanya dengan kata-kata. Cukup dengan sekali hardikan saja (ayat 25). Betapa besar otoritas yang ada dalam diri Yesus! Roh jahat itu ketakutan karena mengenali siapa sesungguhnya Yesus dan tahu tujuan kedatangan-Nya (ayat 24). Ini hanya yang pertama dari sekian peristiwa Yesus mengusir setan yang dicatat dalam Injil. Di kayu salib, Yesus menuntaskan apa yang Dia mulai di rumah ibadah di Kapernaum ini, yakni menghancurkan kuasa roh jahat, setan, dan iblis untuk selama-lamanya.

Setan masih bisa meneror kita hari ini, tetapi sesungguhnya otoritasnya terbatas dan ia tidak berdaya menghadapi Kristus, Tuhan kita. Mengimani kebenaran ini adalah kunci kesaksian kita di tengah dunia yang seringkali takut dan putus asa menghadapi kuasa-kuasa jahat zaman ini. Dunia ini, walau tampaknya masih penuh teror iblis, telah ditaklukkan oleh otoritas Allah di dalam Yesus yang penuh kasih. Wartakan kabar baik ini!



Menyatakan kemenangan mutlak Kristus atas kuasa setan
adalah otoritas dan tugas gereja di setiap generasi.

Selasa, 13 Agustus 2013

Yesus Anak Manusia

Pembacaan alkitab, lukas 18:31-34

Sebab Ia akan
diserahkan kepada
bangsa-bangsa lain,
diolok-olokkan,
dihina dan diludahi.
(LUKAS 18:32)
Tahukah Anda sebutan favorit Yesus untuk diri-Nya sendiri? Anak Manusia! Sebutan ini diulang 29 kali dalam Injil Matius, 16 kali dalam Injil Markus, 25 kali dalam Injil Lukas, dan 12 kali dalam Injil Yohanes. Kalau sebutan Anak Allah diberikan oleh orang lain kepada-Nya, sebutan Anak Manusia hampir selalu diucapkan oleh Yesus sendiri.

Sebutan ini mengingatkan kita betapa Yesus benar-benar ikut merasakan apa yang dialami manusia. Dia lahir dari seorang perempuan muda, memiliki keluarga dan teman-teman, lengkap dengan berbagai dinamika dalam hubungan dengan mereka. Dia tahu rasanya lapar dan haus, Dia pernah marah, lelah, dan sedih. Dia membiarkan diri-Nya diperlakukan tidak adil, dijadikan bahan ejekan, direndahkan sedemikian rupa, bahkan diludahi! Allah yang datang dalam rupa manusia bukankah seharusnya disambut, dihormati, dilayani? Namun, Yesus memberi diri sesuai gambaran yang dinubuatkan oleh para nabi, seorang hamba yang menderita (lihat Yesaya 52-53). Dia menanggung apa yang tidak bisa ditanggung oleh manusia. Dia mengalami semua cobaan yang dialami manusia, hanya Dia tidak berbuat dosa (lihat Ibrani 4:15).

Memiliki seseorang yang bisa turut merasakan apa yang kita rasakan, betapa menguatkan! Bukankah itu yang dikomunikasikan Yesus dengan menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia? Dia sungguh mengerti apa yang saya dan Anda lalui setiap hari: penat, terluka, hendak menyerah? Pandanglah pada Yesus. Dia telah melalui perjalanan yang sama, dan mengakhirinya dengan penuh kemenangan. Dia menyediakan kekuatan yang dibutuhkan bagi tiap orang yang mau datang kepada-Nya, dan mengikut Dia.



Yesus sebagai Anak Manusia membuat kita mengerti
bahwa Allah peduli dan memahami apa yang kita alami.

Yesus, Anak Allah?

Pembacaan alkitab, lukas 1:26-38

Jawab malaikat itu
kepadanya, "Roh Kudus
akan turun atasmu
dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan
menaungi engkau;
sebab itu anak yang
akan kaulahirkan itu
akan disebut kudus,
Anak Allah.
(LUKAS 1:35)
Ssebagian orang merasa sulit menerima Yesus karena sebutan-Nya sebagai Anak Allah. Mana mungkin Allah punya anak? Bukankah itu berarti merendahkan Allah, memercayai bahwa Dia berhubungan fisik dengan manusia dan membuahkan seorang anak? Menyamakan Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya? Penolakan ini bukan baru muncul belakangan. Sebagian orang pada zaman Yesus pun sulit menerimanya (lihat Yohanes 10:36).

Tak heran Lukas berusaha dengan saksama menjelaskan dalam tulisannya, agar pembacanya mengetahui kebenaran tentang Yesus (pasal 1:3-4). Tampaknya ia telah mengusut asal-usul Yesus dengan teliti sehingga ia bisa menuliskan kronologis kejadiannya secara detail. “Anak” adalah sebutan yang wajar seorang bayi, anak yang lahir dari kandungan Maria (ayat 31). Bukan sembarang anak, Yesus akan secara khusus disebut sebagai Anak Allah, karena Dia lahir oleh kuasa Roh Kudus, kuasa Allah Yang Mahatinggi, bukan oleh hubungan Maria dengan seorang laki-laki (ayat 35). Jadi sebutan Anak Allah sederhanya menunjukkan bahwa Yesus adalah manusia (anak) yang berasal dari Allah sendiri.

Kesulitan menerima sebutan ini tampaknya menunjukkan keraguan bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Secara akal sehat, tidak mungkin Allah yang besar dan tak terbatas datang melalui tubuh manusia. Keraguan ini juga pernah menghinggapi Maria (ayat 34), tetapi disanggah oleh malaikat (ayat 37). Allah menggenapi janji-Nya bahwa Mesias akan lahir dari keturunan Daud. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya.



Menyebut Yesus sebagai Anak Allah adalah pengakuan
atas Allah Yang Mahakuasa dan menepati janji-Nya.

Kata Yesus tentang Diri-Nya

Pembacaan alkitab, yohanes 14:1-13

Akulah jalan dan
kebenaran dan
hidup. Tidak ada
seorang pun yang
datang kepada
Bapa, kalau tidak
melalui Aku.
(YOHANES 14:6)
Siapakah Yesus? Jika Anda adalah seorang kristiani mungkin pertanyaan ini terdengar bodoh. Tentu saja Dia adalah Tuhan dan Juru Selamat umat manusia. Namun, faktanya, seringkali status ini terlalu sering disebutkan dengan muatan makna yang beragam. Bagi sebagian orang, kedua gelar itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Seorang yang secara istimewa dipilih Tuhan untuk menunjukkan jalan hidup yang benar bagi umat manusia. Yang lain menganggapnya sebagai Sang Pembuat mukjizat, teladan moral teragung, guru dengan hikmat yang luar biasa, dan pendiri agama besar yang patut dihormati.

Namun, pernyataan-pernyataan Yesus tentang siapa diri-Nya jauh dari gambaran itu. Yesus menyatakan diri-Nya bukan salah satu jalan, bukan seorang penunjuk jalan tetapi Dia sendirilah jalan kepada Allah (ayat 6). Dia bahkan menyatakan bahwa diri-Nya adalah perwujudan dari Allah yang tidak bisa dilihat oleh manusia (ayat 7, 9-11). Ingin tahu seperti apa Allah itu? Lihatlah Yesus! Sebuah pernyataan yang super radikal, yang bahkan sulit diterima orang pada masa-Nya, sehingga mereka akhirnya menyeret-Nya ke kayu salib (lihat pasal 19:7).

Pikirkanlah sekali lagi ketika Anda berkata bahwa Anda memercayai Yesus. Dia menyatakan diri-Nya sebagai Allah sendiri. Bukan sekadar Tokoh Agung dalam sejarah yang patut dipelajari dan diteladani hidup-Nya, melainkan Tuhan yang memegang kendali penuh atas hidup dan mati. Semua perkataan-Nya dapat dipercaya dan harus ditaati. Di luar Dia, orang tidak mungkin diperdamaikan dengan Allah. Apakah hidup kita sungguh mencerminkan bahwa kita memercayai Yesus sesuai dengan apa yang Dia nyatakan?



Yesus bukan hanya Pribadi yang patut diteladani,
melainkan juga Allah yang berkuasa atas hidup dan mati.

Minggu, 11 Agustus 2013

Sahabat Yesus

Pembacaan alkitab, yohanes 15:9-17

Kamu adalah
sahabat-Ku, jikalau
kamu melakukan apa
yang Kuperintahkan
kepadamu.
(YOHANES 15:14)
Bagaimana perasaan Anda jika hari ini telepon berdering dan seseorang di seberang sana mengabarkan bahwa Anda terpilih untuk menghadiri jamuan makan malam di istana presiden? Untuk lebih meyakinkan Anda, ia menyebutkan indetitas lengkap Anda berikut nomor-nomor dokumen kewarganegaraan Anda. Begitu telepon ditutup Anda mungkin tidak tahan untuk tidak menceritakannya kepada seisi rumah, bahkan teman-teman dekat Anda.

Bagaimana perasaan Anda mendengar Yesus berkata, bahwa Dia mengasihi Anda, dan Anda adalah sahabat-Nya? Adakah perasaan bangga, terhormat, sekaligus gentar menyelimuti, karena Tuhan Yang Mahakuasa, menganggap kita begitu berharga? Dia tidak harus melakukannya. Dia bukan Pribadi kesepian yang membutuhkan sahabat. Namun, bukanlah seringkali kita menggambarkan Tuhan seperti layaknya seseorang yang memelas meminta persahabatan kita. Seolah-seolah karena Tuhan sudah berkorban begitu banyak, kita harus memperhatikan dan membalas budi baik-Nya: “Tuhan sungguh ingin bersahabat dengan kita! Tidakkah kita juga mau bersahabat dengan-Nya?”

Menjadikan kita sahabat itu sepenuhnya pilihan Yesus, bukan sesuatu yang tergantung kita (ayat 16). Kita tidak sedang diajak bersimpati dengan-Nya, kita sedang menerima kehormatan yang besar dari-Nya! Dengan tegas Yesus memberitahukan syarat untuk menerima kehormatan itu: taatilah perintah-Nya, perhatikanlah semua firman-Nya (ayat 14-15). Tidak lagi dengan mental seorang pesuruh yang hanya mengikuti instruksi, tetapi sebagai sahabat yang melakukan sesuatu dengan kasih. Apakah Anda sahabat Yesus?



Menjadi sahabat Yesus adalah sebuah kehormatan,
bukan ajakan bersimpati apalagi sebuah paksaan.

Mengasihi secara Total

Pembacaan alkitab, markus 12:41-44

... janda ini memberi
dari kekurangannya
semua yang
dimilikinya, yaitu
seluruh nafkahnya.
(MARKUS 12:44)
Aada kisah nyata tentang seorang bapak tua bekas pecandu alkohol di Kalifornia bernama Rings. Sejak menerima Kristus sebagai Juru Selamat, ia tak pernah lagi memakai nafkahnya untuk membeli alkohol. Meski hanya tinggal di kabin mobil, ia pun tak berusaha menyewa tempat tinggal yang lebih baik. Ia memakai semua uangnya untuk membeli bahan makanan dan memasaknya bagi para tunawisma, sembari bercerita tentang Yesus yang telah memberi kemerdekaan dalam hidupnya. Ia mengatakan Tuhan-lah yang menyuruhnya memberi makan orang lain dengan uang yang Dia berikan, karena Tuhan mengasihi mereka.

Memberikan seluruh nafkahnya, itu juga yang dilakukan seorang janda yang datang ke Bait Allah. Persembahannya adalah dua keping mata uang Yahudi yang terkecil nilainya. Namun, Yesus tahu apa arti uang itu bagi sang janda. Seluruh nafkahnya. Orang-orang kaya bisa memberikan sebagaian hartanya tanpa terganggu standar hidupnya. Namun, persembahan janda itu mungkin membuatnya tidak bisa makan seharian. Belum lama berselang murid-murid mendengar Yesus mengajar hukum yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dengan totalitas hidup (lihat 12:29-30). Kini, mereka diajak-Nya melihat orang yang mempraktikkan hukum itu secara nyata.

Kita bisa dengan mudah memberi waktu dan uang untuk kegiatan-kegiatan berlabel rohani selama ini tidak mengganggu kehidupan pribadi atau keluarga kita. Tanpa sadar kita membagi ruang hidup kita menjadi “yang sekuler” dan “yang rohani”, yang “milik kita” dan yang “milik Tuhan”. Tuhan ingin kita mengasihi-Nya dengan totalitas hidup. Bagaimana kita akan menerapkan perintah ini?



Tuhan ingin kita mengasihi-Nya secara total.
Semua aspek dalam hidup adalah persembahan kita bagi-Nya.

Rabu, 07 Agustus 2013

Lupa Kasih yang Semula

Pembacaan alkitab, wahyu 2:1-7

Meskipun demikian,
Aku mencela engkau,
karena engkau telah
meninggalkan kasihmu
yang semula.
(WAHYU 2:4)
Soren Kierkegaard mengarang cerita tentang seorang pria dari negeri Barat yang datang ke Tiongkok dan menjalin cinta dengan seorang wanita di sana. Ketika pulang ke negeri asalnya, ia berjanji kepada sang wanita untuk mempelajari bahasa Mandarin supaya mereka dapat saling menulis surat cinta. Ia memenuhi janjinya dengan belajar bahasa Mandarin sampai ke perguruan tinggi. Bahkan, ia menjadi guru besar bahasa itu. Namun, ia akhirnya lebih mencintai bahasa Mandarin dan profesi barunya sebagai guru besar. Ia tak lagi peduli untuk menulis surat kepada sang kekasih, apalagi kembali ke Tiongkok. Ia melupakan kasihnya yang semula kepada sang kekasih.

Hati kita miris membaca ironi cerita di atas. Namun, demikian ironi ini kerap dilakukan anak-anak Tuhan. Itu pulalah yang terjadi di tengah-tengah jemaat Efesus. Di satu sisi, mereka memiliki aneka prestasi yang mengagumkan. Mereka suka berjerih lelah, tekun melayani, rajin menguji ajaran palsu, dan sabar menderita bagi Tuhan (ayat 2-3, 6). Akan tetapi, Tuhan tetap mencela dan menegur mereka. Mengapa? Karena, jauh di dalam hati mereka, sudah kehilangan kasih yang semula kepada-Nya (ayat 4). Aktivitas mereka yang secara lahiriah sangat padat dan sibuk, tidak diberangi dengan kedalaman kasih mereka kepada Tuhan.

Apakah kita memiliki kecenderungan seperti jemaat di Efesus? Kita suka melayani. Kita menegakkan ajaran yang benar. Kita mau menderita bagi Tuhan. Akan tetapi, kita sudah melupakan kasih yang semula kepada Tuhan. Camkanlah peringatan Tuhan Yesus ini dan bertobatlah sekarang juga.


Inilah permohonanku yang tulus:
lebih mengasihi Engkau, oh Kristus!

Karunia yang Berbeda

Pembacaan alkitab, ayub 12:1-25

Siapa di antara
semuanya itu yang
tidak tahu, bahwa
tangan Allah yang
melakukan itu; ... Dia
yang ... melepaskan ikat
pinggang orang kuat ...
(AYUB 12:9, 21)
Apa yang Anda pikirkan ketika melihat orang cacat? Kasihan? Merasa ia tak bisa apa-apa? Carilah informasi tentang Natalia Partyka, Oscar Pistorius, Ni Nengah Widianingsih, dan Agus Ngaimin, atlet-atlet cacat dengan prestasi kelas dunia. Nick Vujicic dan Judy Siegle, jutaan orang diinspirasi oleh mereka. Bacalah kisah nyata tentang Joni Eareckson Tada, yang memberdayakan jutaan orang melalui pelayanan Joni and Friends. Tepatlah jika istilah disabled person (orang yang tak punya kemampuan) diganti dengan istilah differently-abled person (orang dengan kemampuan yang berbeda) atau disingkat diffable.

Entah itu cacat bawaan maupun akibat kecelakaan, sulit memahami maksud Allah mengizinkannya. Seperti Ayub, mereka tentu bertanya-tanya mengapa Allah membiarkan hal buruk menimpa. Walaupun tak paham, Ayub mengakui bahwa Allah berhak untuk bertindak menurut pertimbangan-Nya yang mahabijak (ayat 13). Adakalanya itu berarti mengizinkan kegagalan (ayat 17-25) namun, Dia layak dihormati karena Dia Allah, bukan karena situasi yang dialami manusia.

Belajar dari Ayub, Joni bertekad bahwa sesulit apa pun hari-harinya sebagai penyandang cacat, ia akan selalu mengasihi Allah dan membuat Allah dihormati tiap orang yang berinteraksi dengannya. Di Hari Difabel Internasional ini, mari mendoakan para penyandang cacat agar memiliki perspektif dan sikap serupa. Jika kita mengenal beberapa di antara mereka, pikirkanlah tindakan praktis apa yang dapat kita lakukan untuk menjadi saluran kasih Kristus bagi mereka.



Dalam hikmat Allah, situasi sulit diizinkan-Nya
untuk menyatakan kemuliaan-Nya.