Kamis, 17 Januari 2013

Sisihkan, Bukan Sisakan


Pembacaan alkitab, daniel 6

Tiga kali sehari ia
berlutut, berdoa serta
memuji Allahnya,
seperti yang biasa
dilakukannya.
(DANIEL 6:11B)
Kegiatan menabung yang kami fasilitasi untuk ibu-ibu pemulung dan buruh harian sudah berjalan lebih dari empat tahun. Awalnya terasa sulit bagi mereka. Berapa pun uang yang terkumpul tak bisa disisakan unutk tabungan. Untuk kebutuhan harian pun selalu kurang. Pendekatannya lalu diganti. Ibu-ibu disarankan untuk menyisihkan lebih dulu sedikit uang yang mereka dapat untuk ditabung, sisanya baru diatur untuk kebutuhan harian. Metode mengatur skala prioritas ini cukup membantu melepaskan mereka dari jerat rentenir.

Rumusan “sisihkan, bukan sisakan” seharusnya juga menjadi rumusan untuk waktu khusus bersama Tuhan. Seperti Daniel. Daniel adalah pembesar negara yang tentu sangat sibuk (ayat 3-4), tetapi yang mengagumkan, ia sudah punya tempat, waktu, behkan metode yang tetap untuk bersekutu dengan Allahnya (ayat 11). Dalam konteks ini, Daniel memang sedang terancam akan dilemparkan ke gua singa. Namun, berdoa tiga kali sehari bukan dilakukannya karena panik dengan ancaman itu. Hal ini dicatat sudah menjadi pola kebiasannya. Ia benar-benar menyisihkan yang terbaik untuk Allah, bukan memberi sisa.

Mungkin selama ini kita hanya memberi sisa-sisa waktu, sisa-sisa tenaga, serta kemauan sehingga waktu bersama Tuhan tidak berisi. Mari ubah pendekatan kita dengan menyisihkan (menyediakan)-bukan menyisakan-waktu untuk berdoa dan membaca firman-Nya. Seperti ibu-ibu dampingan kami, kita pun perlu belajar mengatur skala prioritas. Mungkin awalnya terasa berat, tetapi mintalah pertolongan Roh Kudus agar kita bijak menempatkan prioritas hidup dan diperkenankan menikmati persekutuan yang indah dengan Allah tiap hari. Persekutuan dengan Allah menolong kita menghadapi situasi hidup apa pun.



Prioritas pertama hari ini: bersekutu dengan Tuhan.



Selasa, 15 Januari 2013

Pelaku Firman


Pembacaan alkitab, matius 7:24-27

Jadi, setiap orang
yang mendengar
perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia
sama dengan orang
yang bijaksana, yang
mendirikan rumahnya
di atas batu.
(MATIUS 7:24)
Sebagai seorang pengajar atau pemberita Firman, saya sering merasa puas dan senang ketika menemukan orang-orang yang antusias di dalam belajar Firman Tuhan. Ketika khotbah berakhir atau kelompok kecil yang saya pimpin dengan doa, rasanya selesailah tugas yang berkenaan dengan Firman. Para jemaat atau anggota kelompok pun tak jarang merasa telah menyelesaikan bagian terpenting atau pembelajar Firman yang sangat baik.

Namun, pemaknaan perumpamaan Yesus mengejutkan. Ternyata mendengarkan Firman, meski mungkin sangat antusias bukanlah perkara yang paling menentukan. Berkegiatan di seputar Firman tidak otomatis membuat hidup seseorang menjadi teguh. Orang sebaik ini masih pantas disebut bodoh karena pasti hidupnya akan porak poranda menghadapi badai kehidupan. Apa pasalnya? Fondasi yang laksana batu nan kokoh itu dibangun tidak hanya dengan mendengarkan, tetapi juga melakukan firman Tuhan. Perbedaan fondasi ini akhirnya terlihat ketika kedua rumah dalam perumpamaan itu diperhadapkan dengan tantangan berat. Yang satu roboh dan yang lainnya tetap kokoh. Jelaslah, menjadi pendengar dan pelaku Firman adalah dua hal yang sangat berbeda dan akan menimbulkan perbedaan besar.

Kita pelu waspada sebab kita mungkin merasa cukup bangga dan aman dengan bangunan hidup kita. Kita merasa punya fondasi kokoh karena mungkin kita masih bisa bersentuhan dengan firman secara rutin. Namun, apa yang kita pelajari perlu kita jadikan perilaku sesehari. Setiap kebenaran seharusnya kita ubah menjadi kelakuan yang tampak. Berapa banyak yang sudah kita lakukan?


Menjadi pelaku Firman-Nya adalah
penopang hidup yang sesungguhnya.



Bahagia Mencintai Firman


Pembacaan alkitab, mazmur 119:97-105

"Betapa kucintai
Taurat-Mu! Aku
merenungkannya
sepanjang hari."
(MAZMUR 119:97)
Tahun 2012 Kelompok Pelayanan Gloria melakukan gerakan membaca Alkitab bersama di seluruh jajarannya. Dengan dibantu buku Warren Wiersbe, Hidup Bersama Firman: Pasal demi Pasal Seluruh Alkitab (terbitan Renungan Harian, Yayasan Gloria), setiap karyawan dan sukarelawan diajak membaca dua pasal Alkitab setiap hari, yang dipantau melalui pertemuan akuntabilitas kelompok setiap minggu. Jika konsisten, seluruh Alkitab dapat selesai dibaca dalam dua tahun. Dan jika konsekuen, setiap orang akan memiliki gambaran dan pemahaman yang lebih utuh tentang keseluruhan isi Alkitab.

Mazmur 119, pasal terpanjang di Alkitab, berbicara tentang bahagianya orang yang hidup bersama Firman. Pemazmur sendiri mengaku mendapat banyak manfaat dari merenungkan perkataan-perkataan Tuhan. Di antaranya: membuat lebih bijaksana (ayat 98), berakal budi (ayat 99), mengerti (ayat 100), dan masih banyak lagi. Namun, rahasia kebahagiaannya tersingkap di ayat 97, yaitu dalam hatinya yang penuh cinta: cinta akan Taurat Tuhan, yang merupakan ungkapan cintanya yang dalam kepada “Taurat Tuhan” itu sendiri. Jika John  Stott menulis, “Melalaikan Alkitab berarti mengabaikan Tuhan”, pemazmur menghidupi kebenaran itu dengan cara “Mencintai Tuhan berarti memeperhatikan Firman-Nya.”

Memasuki semester kedua bergulirnya gerakan membaca Alkitab ini, bagaimana dengan pembacaan Alkitab Anda? Apakah Anda sudah dan masih melakukan pembacaan Alkitab secara rutin dan meyeluruh, selain merenungkan kedalaman makna dan penerapannya melalui waktu teduh? Dan, apakah Anda melakukannya dengan rasa cinta yang besar kepada Sang Firman Hidup, yang terlebih dahulu dan selalu mencintai Anda?



Mari membaca dan memperhatikan firman Tuhan
dengan dialasi rasa rindu dan cinta kepada Kristus, Sang Firman.


Rabu, 09 Januari 2013

Mandat Memenuhi Bumi


Pembacaan alkitab, kejadian 1:26-31

Allah memberkati
mereka, lalu Allah
berfirman kepada
mereka: "Beranakcuculah
dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu..."
(KEJADIAN 1:28)
Salah satu cara pertambahan jemaat secara alamiah adalah dengan beranak cucu. Beberapa teman sangat yakin bahwa ini adalah mandat Kejadian 1:28. Jemaat yang tidak menikah dan beranak cucu sepertinya tidak menaati perintah Tuhan. Benarkah demikian?

Jika diperhatikan konteksnya, perintah Tuhan ini diberikan setelah manusia diciptakan menurut gambar Allah (ayat 26). Bandingkanlah dengan gambaran Wahyu 5:9, yang menunjukkan ada umat Tuhan dari segala suku dan bahasa dan kaum dan bangsa, yang memerintah sebagai raja di bumi. Rencana Tuhan tidak berubah. Sejak semula Tuhan menghendaki manusia yang diciptakan menurut gambar-Nya itu memenuhi dan menguasai bumi. Namun, sejak kejatuhan manusia dalam dosa, mandat ini tak lagi semudah “beranak cuculah dan bertambah banyak”. Mengapa? Karena itu hanya akan memenuhkan bumi dengan gambar-gambar Allah yang rusak. Gambar Allah yang sempurna dinyatakan dalam Pribadi Kristus. Dan, mandat agung yang diberikan-Nya adalah: “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” (Matius 28:19-20). Inilah mandat untuk memulihkan kembali gambar-gambar yang rusak di seluruh bumi.

Dalam terang pemahaman itu, bisa saja beranak cucu namun tidak sedang mengerjakan mandat Tuhan. Kita dipanggil untuk memenuhi bumi dengan “gambar-gambar Allah” yang telah dipulihkan, yaitu “murid-murid Kristus”. Hal itu dapat dilakukan baik dengan cara berkeluarga dan mendidik anak-anak yang di karuniakan Tuhan untuk menjadi serupa Kristus, atau dengan memuridkan orang lain di luar keluarga. Benarkah Anda sudah ikut ambil bagian dalam mengerjakan mandat Tuhan?


Beranak cucu menambah jemaat secara kuantitas. Menjadikan
orang murid Kristus menambah jemaat secara kualitas. 
  

Selasa, 08 Januari 2013

Fokus Pada Keluarga?


Pembacaan alkitab, kejadian 3:1-7

Perempuan itu melihat,
bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu
menarik hati karena
memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari
buahnya dan dimakannya
dan diberikannya juga
kepada suaminya yang
bersama-sama dengan
dia, dan suaminyapun
memakannya.
(KEJADIAN 3:6)
Kalau kita mengumpulkan buku-buku tentang keluarga, akan ditemukan cukup banyak topik mengenai pentingnya mendengarkan pasangan kita. Ada banyak pertengkaran atau bahkan kegagalan di dalam keluarga karena masing-masing gagal menjadi pendengar bagi pasangannya. Lalu munculah banyak tips menjadi pendengar yang baik agar keluarga menjadi harmonis.

Namun dari bacaan kita, kejatuhan keluarga Adam dimulai justru saat Adam mendengarkan usulan Hawa, istrinya. Dalam sekejap mereka menjadi “sehati-sepikir” untuk sebuah keputusan besar. Entah Adam sungguh-sungguh sepakat dengan ise istrinya atau ia sekadar tak punya keberanian mengatakan tidak kepada usulan Hawa, keputusan mereka berakibat fatal. Mereka sepakat dan kompak untuk tidak taat kepada Allah. Adam tak mampu menjadi pencegah dosa bagi pasangannya. Ia gagal untuk mewujudkan kerinduan Allah agar dengan hadirnya pasangan, kehidupan mereka menjadi lebih baik (Kejadian 2:18).

Betapa sering kita terpesona dengan istilah “keluarga yang harmonis”. Namun seringkali itu diartikan bahwa sebagai sebuah keluarga kita harus selalu sehati-sepikir dalam hal apa pun. Ini akan menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada Allah. Sangat baik kalau kita bisa mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan suara Tuhan Sang Kepala keluarga yang sesungguhnya. Bahkan terkadang adu argumentasi justru diperlukan agar kepentingan Allah yang menang.

Ketika Allah menjadi fokus dalam keluarga,
kita akan mendahulukan kepentingan-Nya.
  

Pekerja Kategori IV


Pembacaan alkitab, nehemia 5

"Tidaklah patut apa
yang kamu lakukan itu!
Bukankah kamu harus
berlaku dengan takut
akan Allah kita untuk
menghindarkan diri dari 
cercaan bangsa-bangsa
lain, musuh-musuh kita?"
(NEHEMIA 5:9)
Ed Silvoso, penulis Anointed for Business, membedakan empat jenis orang percaya dalam dunia kerja. Kategori I adalah orang yang hanya bekerja untuk mencari uang. Kategori II merupakan orang yang bekerja dengan prinsip-prinsip kebaikan kristiani. Kategori III terdiri dari orang yang mencari Tuhan dan pimpinannya dalam pekerjaan. Kategori IV yaitu mereka yang mentransformasikan dunia kerjanya bagi Kristus. Termasuk kategori yang manakah Anda?

Nehemia adalah seorang pekerja, seorang bupati di tanah Yehuda (ayat 15). Ia bukanlah seorang nabi, imam, atau rohaniwan. Akan tetapi, ia peduli terhadap pekerjaan Tuhan di puing-puing kota dan masyarakat Yerusalem. Ia menangkap rencana Tuhan di dalam hatinya (Nehemia 2:12, 7:5), lalu bergerak mempersembahkan doa, waktu, tenaga, bahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan melalui pekerjaannya. Pasal yang kita baca memberikan salah satu catatan tentang pengaruh kehadirannya dan kesepenuhan hatinya untuk mentransformasi masyarakat yang sedang dibangun kembali dari pembuangan. Kisah Nehemia menjadi contoh pekerja kategori IV.

“Kegerakan dalam dunia kerja memiliki potensi yang sangat besar karena menjangkau kelompok orang yang memiliki besar karena menjangkau kelompok orang yang memiliki kuasa untuk melakukan perubahan dalam masyarakat,” kata Peter Wagner. Ketika orang yang bekerja di bidang pemerintahan, pendidikan, bisnis, dan sebagainya mulai menangkap tujuan Tuhan dan menyerahkan diri untuk dipakai sepenuhnya, kita akan melihat perubahan-perubahan besar yang memuliakan Tuhan akan memberkati orang lain. Jadilah bagian di dalamnya.


Sudahlah kehadiran kita di tempat kerja membawa orang
mengenal Pribadi Tuhan dan mengalami karya Tuhan? 


Sabtu, 05 Januari 2013

Mau Jadi Apa?


Pembacaan alkitab, keluaran 31:1-11

"... telah Kupenuhi
dia dengan Roh Allah,
dengan keahlian 
dan pengertian dan
pengetahuan, dalam
segala macam pekerjaan,
... dalam hati setiap 
orang ahli telah
Kuberikan keahlian."
(KELUARAN 31:3,6)
Waktu kita masih kecil, orang sering menanyakan: “Kalau besar nanti mau jadi apa?” Pertanyaan yang sama juga terus mengejar kita sepanjang menempuh studi di SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Kita terus bertanya pada diri sendiri, “Apa yang akan saya lakukan di masa depan?” Pekerjaan seperti apa yang tepat bagi saya?” Pada masa parug baya, pertanyaan tersebut masih ada, “Apakah ini saatnya untuk berganti pekerjaan? Apakah saya mau melakukan pekerjaan ini sepanjang sisa hidup saya?” Banyak bagian hidup kita yang berkenaan dengan pertanyaan tentang panggilan hidup dan pekerjaan.

“Panggilan” menyiratkan adanya seseorang yang memanggil. Tuhan adalah Pribadi yang memanggil, menunjuk (ayat 2), dan menetapkan (ayat 6). Bagaimana mengetahui panggilan-Nya bagi pekerjaan kita? Dengan mengenali rancangan-Nya di dalam diri kita: “Dalam hati setiap orang ahli telah kuberikan keahlian” (ayat 6). Bagi Bezaleel dan Aholiab itu berarti menjadi pengrajin emas, perak, tembaga, batu permata, dan kayu (ayat 3-5). Tuhan bertujuan membangun Kemah Pertemuan dan segala perkakasnya (ayat 7-11), keahlian yang Dia berikan merupakan cara mewujudkannya. Tuhan bertujuan menghadirkan kerajaan-Nya di tengah dunia, pekerjaan adalah cara kita mengambil bagian di dalamnya.

Tuhan tak merancang kita secara acak, tetapi dengan maksud tertentu. Dia membentuk keterbebanan, kemampuan, dan kepribadian kita agar kita dapat menunaikan pekerjaan yang diperuntukkan bagi kita. Jika Anda sedang menggumulkan panggilan pekerjaan, mari mengenali dan mengikuti rancangan-Nya melalui evaluasi diri yang jujur dan nasihat orang lain yang mengenal kita.



Apakah panggilan saya di dalam pekerjaan Tuhan di dunia ini,
sehingga melaluinya Tuhan paling dimuliakan?



Satu Majikan

Pembacaan alkitab, efesus 6:1-9

"Pekerjaan yang kalian
lakukan sebagai hamba
itu, hendaklah kalian
kerjakan dengan hati
yang gembira seolah-
olah Tuhanlah yang
kalian layani, dan bukan
hanya manusia."
(EFESUS 6:7 BIS)
Aada seseorang yang melakukan pengamatan menarik terhadap catatan Alkitab tentang pelayanan Yesus. Dari 132 pemunculan Yesus secara publik, 122 di antaranya di tengah dunia kerja. Dari 52 perumpamaan yang diajarkan Yesus, 45 memiliki latar dunia kerja. Dari 40 intervensi ilahi yang dicatat di Kisah Para Rasul, 39 terjadi di dunia kerja. Yesus memanggil 12 murid dari dunia kerja, bukan rohaniwan, untuk membangun gereja-Nya.

Sejak awal mula penciptaan hingga langit dan bumi yang baru, kisah-kisah Alkitab memberikan perhatian yang besar pada dunia kerja. Dalam surat Paulus yang sedang kita renungkan dan dalam surat-suratnya yang lain, pengajaran yang disampaikannya kerap diikuti penerapan dalam dunia kerja. Diingatkan kepada hamba-hamba dan tuan-tuan “sama-sama mempunyai satu majikan, yaitu Tuhan” (ayat 9BIS). Konsekuensinya, kita melayani dengan ketulusan dan dengan segenap hati, dengan ketaatan pada kehendak-Nya (ayat 5-6), dengan pengharapan akan penghargaan dari-Nya (ayat 8). Perlu diperhatikan bahwa di sini Paulus tidak sedang berbicara tentang aktivitas gerejawi, melainkan tentang pekerjaan sehari-hari.

Setiap pekerjaan bisa menjadi suatu ibadah rohani, jika kita melakukannya bagi Tuhan. Sebaliknya, setiap pelayanan bisa menjadi suatu kegiatan sekuler, jika kita tidak melakukannya bagi Tuhan. Di tengah kesibukan dan tantangan dalam pekerjaan Anda hari ini, ambillah waktu sejenak untuk menyelidiki hari: “Untuk siapakah saya melakukan semuanya ini? Kehendak siapakah yang sedang saya layani?



Ketika memasuki tempat kerja, kita memasuki ladang pelayanan.




Jumat, 04 Januari 2013

Cinta yang Ditolak


Pembacaan alkitab, yohanes 15:18-27

"Jikalau dunia membenci
kamu, ingatlah bahwa
ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada
kamu. Sekiranya kamu
dari dunia, tentulah
dunia mengasihi kamu
sebagai miliknya. Tetapi
karena kamu bukan dari
dunia, melainkan Aku
telah memilih kamu dari
dunia, sebab itulah dunia
membenci kamu".
(YOHANES 15:18-19)
Salah satu topik yang saya dan teman-teman tidak bosan bicarakan ketika kuliah dulu adalah tentang bagaimana memulai berpacaran. Kami memiliki kecemasan yang sama, karena di usia yang cukup pantas untuk berpacaran itu, tidak seorang pun di antara kami memiliki pacar. Sering saya bertanya dalam hati, apakah itu berarti saya tidak cukup menarik? Sekarang saya menyadari bahwa sebetulnya waktu itu saya takut ditolak sehingga tidak berani mendekati teman perempuan.

Menyatakan kasih selalu mengandung risiko ditolak. Kondisi yang ekstrem dialami Kristus. Kasih-Nya yang besar kepada manusia ditanggapi dengan kebencian besar (ayat 18), yang baru puas jika Yesus disalib dengan sangat keji. Dunia tidak hanya membenci Yesus, tetapi juga murid-murid-Nya (ayat 19-20). Secara khusus Yesus mengungkapkan hal ini agar murid-murid-Nya tidak terkejut menghadapi penganiayaan yang pasti akan datang, dan tegar dalam kehadiran Bapa dan penghiburan Roh Kudus (ayat 23-24, 26).

Yesus meminta setiap orang percaya mengisahkan dan menyatakan kasih-Nya (ayat 27). Namun, sama seperti kisah cinta saya, kerinduan kita untuk memberitakan anugerah keselamatan Tuhan sering terhalang rasa takut ditolak. Sebagai pengikut Kristus, kita tak punya pilihan. Sekalipun kita sudah bersaksi dengan berhikmat dan tidak ada hal buruk yang kita lakukan, orang masih bisa membenci kita karena nama Yesus (ayat 21). Apa tindakan kita? Bersukacitalah karena hal itu meneguhkan bahwa kita bukan dari dunia tetapi milik Kristus (ayat 19-21). Dan teruslah bersaksi.




Tetaplah mengasihi sesama dengan tulus hati,
meski orang yang kita kasihi balas membenci.



Menjadi Cermin Bapa


Pembacaan alkitab, efesus 6:1-4

... Bapak-bapak,
janganlah bangkitkan
kemarahan di dalam
hati anak-anakmu,
tetapi didiklah mereka
di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan.
(EFESUS 6:4)
Kita diciptakan oleh Tuhan Yang Agung dan Besar agar kita hidup untuk kemuliaan-Nya. Inilah salah satu pengajaran yang melekat kuat di benak John Piper melalui kehidupan bapaknya. Saat ibunya meninggal karena kecelakaan, John menemui sang bapak yang luka parah di ambulans. Di sela tangis menahan rasa sakit, ia berbicara tentang Roma 8:28 dan mengajar John bahwa Tuhan memegang kendali atas segala situasi. Tak malu dengan tubuhnya yang pendek, sang bapak juga mengajar John mensyukuri dan tidak menyia-nyiakan rancangan Tuhan atas dirinya.

Sesuai Efesus 6:1, John memberi penghormatan publik kepada bapaknya dengan menceritakan teladan-teladan imannya di tengah jemaat yang ia gembalakan. Melalui hal itu ia menginspirasi banyak bapak untuk menjalani hidup yang layak dihormati oleh anak-anaknya, dan mengajak orang untuk memandang Pribadi Tuhan sebagai Bapak yang sempurna. Ya, menjadi bapak adalah sebuah panggilan yang indah, karena status tersebut mencerminkan Pribadi Tuhan sebagai Bapak di surga. Itu sebabnya setiap bapak diminta mendidik anak-anaknya “di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (ayat 4), bukan ajaran dan nasihatnya sendiri.

Memperingati Hari Ayah, marilah kembali bersyukur kepada Tuhan yang berkenan menjadi Bapak kita. Bapak-bapak di dunia barangkali mengecewakan, tetapi tidak dengan Bapa di surga. Dia menerima dan mengasihi kita sepenuhnya, ajaran dan nasihat-Nya sempurna. Mari mendoakan para bapak yang kita kenal, agar dapat mendidik keluarganya dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Dan, mari memberikan penghormatan kepada mereka yang telah memberkati kita dengan hidup sebagai cerminan Bapa di surga.






Generasi yang mengasihi dan menghormati Tuhan
Dibentuk oleh para orangtua yang mencerminkan-Nya.