Jumat, 17 Mei 2013

Tidak Mau Mikir

Pembacaan alkitab, matius 16:1-4

Orang-orang yang
jahat dan tidak setia ini
menuntut suatu tanda.
Tetapi kepada mereka
tidak akan diberikan
tanda selain tanda
Nabi Yunus.
(MATIUS 16:4)
Teman saya mengaku bahwa ia lebih senang membaca novel daripada membaca Alkitab. Novel setebal ratusan halaman bisa dilalapnya dalam satu dua malam. “Novel lebih mudah dipahami, sih. Kalau Alkitab, saya takut salah tafsir,” alasannya sambil tertawa. Teman saya tidak sendiri. Banyak orang juga merasa takut atau enggan belajar firman Tuhan, dan menganggap jemaat awam itu cukup percaya saja apa yang dikhotbahkan para pendeta atau dituliskan para pengarang buku rohani. Lucunya, dalam hal lain, mereka bisa sangat kritis.

Ketika Yesus mengatakan bahwa orang-orang Farisi dan Saduki tidak dapat membedakan tanda zaman, itu tidak berarti mereka tidak punya kemampuan untuk memahami hal-hal rohani. Sebaliknya, ia justru menegur mereka, karena sesungguhnya mereka sangat pintar dalam melakukan analisis tentang hal-hal yang mereka ingin ketahui (ayat 2-3). Namun, mereka tidak menggunakan kemampuan berpikir yang sama saat melihat berbagai tanda mukjizat yang dilakukan Yesus, dab beriman kepada-Nya. Masalahnya terletak pada hati mereka yang “jahat dan tidak setia” (ayat 4). Mereka tidak ingin menerima Yesus sebagai Sang Mesias dan mencari alasan dengan meminta tanda lebih banyak.

Apakah kita juga memakai kemampuan berpikir kita untuk hal-hal yang kita mau dan senangi saja, bukan untuk menemukan dan menanggapi kebenaran? John Piper menyebut dosa ini sebagai “perzinaan” pikiran. Mari berubah. Beriman pada Tuhan tidak berarti menuhankan atau meninggalkan logika. Sebaliknya, memakai akal sehat sebaik mungkin bagi kepentingan Pencipta yang mengaruniakannya.



Kemampuan berpikir dikaruniakan Tuhan
agar kita dapat menemukan dan merespons kebenaran.


Rabu, 15 Mei 2013

Yesus Juga Manusia

Pembacaan alkitab, ibrani 2:5-18

Karena Ia sendiri
telah menderita
ketika dicobai, maka Ia
dapat menolong mereka
yang sedang dicobai.
(IBRANI 2:18)
Di televisi beberapa kali terlihat seorang pejabat yang masuk ke perkampungan kumuh, lalu mencoba makan nasi bungkus dan menggendong seorang anak yang kumal. Kesan bahwa ia bersimpati dan merasakan penderitaan kaum miskin telah ia buat dalam sehari itu. Namun, seberapa jauh pengalaman itu membekas dalam hidupnya? Benarkah ia sungguh dapat merasakan penderitaan kaum tertindas dengan tindakan tersebut?

Tuhan Yesus pernah menjadi manusia seutuhnya. Dia memiliki darah dan daging, sama dengan yang dimiliki manusia (ayat 14). Dia mengalami dan melakukan hal-hal yang dialami dan dilakukan oleh manusia pada umumnya. Dia makan dan minum, menjadi letih, menangis dan seterusnya. Dia juga mengalami pencobaan, penderitaan bahkan maut (ayat 9, 18). Penderitaan fisik yang Dia alami di sekitar penyaliban-Nya merupakan penderitaan yang sulit dicari bandingannya. Penderitaan batin juga dijumpainya ketika Dia melangkah ke Golgota. Karena ia pernah menjadi manusia, maka seluruh penderitaan dan kegetiran manusia bukanlah hal yang asing bagi-Nya.

Kita biasanya menghargai seseorang yang mampu membayangkan penderitaan kita dan bersimpati karenanya. Namun, kita akan lebih merasa dekat dengan seseorang yang pernah merasakan penderitaan yang sama sehingga ia mampu berempati. Tuhan Yesus jauh melampaui semuanya itu karena Dia juga mampu mengenali keluhan-keluhan kita yang tak terucapkan. Kala hidup kita terpuruk, fisik kita ambruk, dan batin kita rasanya remuk, datanglah kepada Pribadi itu. Dia pernah menjadi manusia.



Dia sangat mengerti kita
karena Dia pernah menjadi sama seperti kita.

Jumat, 10 Mei 2013

Tak Pernah Gagal


Pembacaan alkitab, matius 1:1-17

Inilah daftar nenek
moyang Yesus Kristus,
anak Daud,
anak Abraham.
(MATIUS 1:1)
Matius 1 adalah pasal yang menggetarkan hati, terutama jika Anda keturunan Yahudi. Betapa tidak, pasal ini menunjukkan penggenapan janji Tuhan kepada nenek moyang mereka. Kristus, Sang Mesias telah datang! Padahal, bangsa Yahudi telah sekian lama tercerai-berai di tanah pembuangan akibat dosa mereka sendiri. Silsilah ini memastikan bahwa rencana Tuhan tidak gagal karena kelemahan manusia. Tuhan sendiri yang memelihara garis keturunan Abraham dan Daud, hingga Mesias lahir sesuai yang dijanjikan-Nya. Betapa hebatnya Tuhan!

Silsilah ini juga menunjukkan hikmat dan kesabaran Tuhan yang tak terselami. Periksalah daftar nama-namanya dalam Perjanjian lama. Abraham, Ishak, Yakub, sama-sama pernah menipu. Yehuda tidur dengan menantunya, Tamar. Rahab adalah seorang pelacur. Rut adalah perempuan Moab. Daud berzinah dan melakukan pembunuhan berencana. Salomo cinta kekayaan dan punya banyak isteri. Rehabeam tak mendengar nasihat para tua-tua. Abia hidup dalam dosa ayahnya. Asa sakit hati pada Tuhan hingga ajal menjemput. Yosafat bekerjasama dengan orang jahat. Yoram sakit usus dan mati dengan tidak dicintai orang. Kita bisa meneruskan daftarnya dan sampai pada kesimpulan yang sama. Manusia jatuh bangun dalam dosa, tetapi itu tak mengubah atau menggagalkan rencana Tuhan: Mesias harus datang untuk menyediakan jalan keselamatan, supaya mereka yang percaya kepada-Nya dapat menyatakan kemuliaan Tuhan hingga ke ujung-ujung bumi, dan menyembah Tuhan selamanya.

Jika Anda mulai meragukan Tuhan, biarlah silsilah ini mengingatkan Anda kembali: Manusia biasa mengecewakan, tetapi Tuhan kita tak pernah gagal, tak pernah lalai menepati janji-Nya.



TUHAN semesta alam telah merancang,
siapakah yang dapat menggagalkannya?


Mahakarya Tuhan


Pembacaan alkitab, yesaya 43:1-7

... semua orang yang
disebutkan dengan
nama-Ku, yang
Kuciptakan untuk
kemuliaan-Ku, yang
Kubentuk dan yang
juga Kujadikan!
(YESAYA 43:7)
Istilah mahakarya biasanya dipakai untuk menyebut karya-karya berbobot tinggi dan diakui publik sepanjang masa. Dalam bidang seni, sebut saja lukisan Leonardo Da Vinci, pahatan Michelangelo, atau lagu-lagu Chrisye yang belakangan sering dikonserkan. Karya-karya sebagus itu tak hanya membuat penciptanya dipuji, tetapi juga memicu orang meniru, atau membuat replikanya, untuk disebarluaskan. Sebagian bahkan dimuseumkan agar generasi mendatang bisa mengetahui bahwa pernah ada karya sebagus itu.

Adakah kita menyadari bahwa tiap hari kita sebenarnya diperhadapkan dengan mahakarya Tuhan? Bacaan kita menceritakan janji penyelamatan umat manusia yang diberikan melalui umat Israel. Mengapa manusia begitu berharga di mata Tuhan? Ayat 7 menjawab: sebab manusia diciptakan untuk kemuliaan-Nya! Penebusan memungkinkan manusia yang sudah jatuh dalam dosa kembali menyatakan keagungan Pencipta-Nya! Akar kata kemuliaan dalam bahsa aslinya adalah kabod, yang berarti bobot. Pikirkanlah ini: Tuhan tak sekadar memproduksi seorang Adam dalam jumlah banyak. Dia membuat manusia dengan jenis kelamin berbeda, Hawa. Belum cukup sampai di situ, Dia menciptakan anak-anak melalui mereka. Hari ini ada lebih dari 7 miliar manusia yang memenuhi dunia, masing-masing dengan sidik jari, ukuran, warna kulit, dan kepribadian yang berbeda! Mahakarya mana di dunia ini yang bobotnya menyamai bobot mahakarya Tuhan?

Bagaimana kesadaran akan hal ini memengaruhi sikap kita terhadap Tuhan dan sesama?  Bagaimana agar generasi kita dan yang akan datang juga ikut menyadari dan memberi penghargaan yang semestinya terhadap Tuhan dan mahakarya-Nya?



Makin dalam kita mengenal bobot  karya dan pribadi Tuhan,
makin besar penghormatan dan kasih kita kepada-Nya.


Selasa, 07 Mei 2013

Ketika Kehilangan


Pembacaan alkitab, ayub 1:13-2:10

"Dengan telanjang aku
keluar dari kandungan
ibuku, dengan telanjang
juga aku akan kembali
ke dalamnya. Tuhan yang
memberi, Tuhan yang 
mengambil, terpujilah
nama TUHAN!"
(AYUB 1:21)
Pernah berduka karena kehilangan sesuatu yang kita cintai? Makin dalam cinta, makin dalam juga dukanya. Cepat atau lambat, kita akan mengalami kehilangan, entah itu karir, harta-benda, stamina, anak, orangtua, pasangan hidup, atau sahabat baik kita. Apa pun penyebabnya, kehilangan selalu terasa menakutkan, menyakitkan, dan menghancurkan.

Meskipun dalam banyak hal kita berbeda dengan Ayub (kita bukan orang paling kaya, tidak punya anak sebanyak dia, dan mungkin tidak hidup sesaleh dia), ada satu benang merah yang menyatukan kita dengan kisah Ayub, yaitu kita sama-sama pernah mengalami kehilangan. Sesuai izin Tuhan, dalam waktu singkat Ayub kehilangan anak-anaknya, kesehatannya, kekayaannya, dan rasa hormat sang istri. Respons Ayub? Ia sujud menyembah dan berkata: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Secara manusia ia tentu berduka, sebab itu ia mengoyakkan jubah dan mencukur rambutnya (ayat 20). Namun, ia menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya sekarang adalah kepunyaan Tuhan dan datangnya dari Tuhan, Dialah yang berhak atas segalanya. Sebab itu, Ayub mampu memuji Tuhan di tengah kehilangannya.

Sadar atau tidak, kita kerap merasa pantas menerima hanya hal-hal baik dalam hidup. Ketika kehilangan kekayaan, kesehatan, dan orang-orang terkasih, kita menganggap Tuhan tidak adil sehingga kita merasa berhak untuk menggugat dan marah kepada-Nya. Ketika Tuhan mengizinkan kehilangan terjadi, biarlah kasih kita kepada-Nya tidak ikut hilang. Mari bertanya apa yang menjadi rencana Sang Pemilik. Dia Tuhan Yang Mahabijak dan tak pernah salah dalam bertindak.



Kehilangan akan menguji kasih kita:
kepada Allah atau kepada pemberian-Nya.


Ketika Firman Tiada


Pembacaan alkitab, amos 8:1-14

Mereka akan
mengembara dari laut
ke laut dan menjelajah
dari utara ke timur
untuk mencari firman
TUHAN, tetapi tidak
mendapatnya.
(AMOS 8:12)
Seorang paman sangat bersemangat menasihati orang muda untuk rajin belajar dan memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Maklum, ia sendiri dulu menyia-nyiakan masa mudanya dengan berbagai kenakalan. Tak lulus sekolah menengah, ia hanya menjadi buruh kasar. Padahal, ia cukup cerdas dan seharusnya bisa melakukan banyak hal. Sesal kemudian tak berguna. Manusia cenderung tidak menghargai sesuatu sampai ia kehilangan hal tersebut.

Hari ini kita membaca tentang orang-orang yang juga telah menyia-nyiakan kesempatan yang mereka miliki. Bangsa Israel. Umat pilihan Allah. Sekian lama Tuhan bersabar atas mereka, tetapi mereka tidak mengindahkan Tuhan. Tampaknya saja mereka beribadah, namun mereka menolak menyelaraskan hidup dengan firman Tuhan (ayat 4-6). Bandingkan ayat 13-14 dengan pasal 5:4-6. Tidak kurang firman Tuhan diberikan untuk menegur mereka, tetapi Israel tidak mendengar. Mereka tetap berpaut pada dewa-dewa yang sia-sia. Ketika akhirnya sadar bahwa mereka membutuhkan Tuhan, Dia menarik diri. Membisu. Tak lagi berfirman (ayat 12).

Ketika segala sesuatu lancar, bisa jadi kita terlena seperti Israel dan menyia-nyiakan firman Tuhan. Memperhatikan firman Tuhan rasanya jadi tugas yang berat, apalagi melakukannya. Mari berhenti sejenak untuk memikirkan apa penyebabnya. Seperti Israel, bisa jadi kita juga sedang mengandalkan hal selain Tuhan untuk memenuhkan hidup kita. Jangan tunggu masa sukar tiba dan sesal kita terlambat. Mohon belas kasihan Tuhan dan perhatikanlah firman-Nya mulai hari ini.


Carilah Tuhan dan firman-Nya selama masih ada kesempatan.


Sabtu, 04 Mei 2013

Tidak Lagi Najis


Pembacaan alkitab, markus 5:21-34

Lalu kata-Nya kepada
perempuan itu, "Hai
anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau.
Pergilah dengan damai
dan tetaplah sembuh
dari penyakitmu!"
(MARKUS 5:34)
Pernah memikirkan bagaimana kehidupan seorang perempuan yang sakit perdarahan selama 12 tahun? Bayangkan cucian bajunya setiap hari. Bayangkan betapa tidak nyamannya ia beraktvitas. Ia sudah berusaha berobat, menemui banyak dokter. Namun, hinggan tabungannya ludes, ia tak juga kunjung sembuh. Dalam tradisi Yahudi, perempuan dalam kondisi perdarahan dianggap najis, tidak dapat ambil bagian dalam ibadah di tempat kudus, dan apa yang disentuhnya juga ikut menjadi najis (Imamat 15). Mirip dengan rekan-rekan muslim saat berpuasa. Jika sedang haid, ibadah puasanya tidak diperhitungkan. Tentulah perempuan ini sangat frustasi dengan kondisinya.

Dalam situasi demikian, mendekati Yesus tentulah penuh perjuangan. Ia sedang dalam kondisi najis, dan apa yang disentuhnya akan ikut manjadi najis. Kalau sampai ketahuan, mungkin ia akan diusir atau dipukul. Menyentuh jubah Yesus tentu membuat ia bergumul. Bagaimana jika Yesus juga menolaknya? Betapa terkejutnya ia ketika Yesus mendadak berhenti dan mencari siapa yang menyentuhnya. Ia takut dan gemetar, tersungkur di depan Yesus (ayat 33). Akankah Yesus mempermalukannya? Ternyata sebaliknya. Yesus memberikan jaminan kesembuhan, bukan hanya untuk penyakitnya, tetapi juga untuk hatinya (ayat 31-34).

Bukankah kita sebenarnya tak berbeda dengan perempuan yang sakit perdarahan itu? Dosa menajiskan hidup kita. Siapakah yang layak mendekat pada Allah Yang Mahakudus, apalagi diterima oleh-Nya? Syukur kepada Allah di dalam Yesus Kristus yang tidak menolak saat kita datang dengan iman kepada-Nya. Mari mohon agar Dia membersihkan kita dari segala kenajisan kita.


Siapakah yang boleh mendekat pada Allah Yang Mahakudus,
kecuali ia telah dibersihkan oleh Kristus?




Sunat Telinga


Pembacaan alkitab, yeremia 6:10-21

... telinga mereka tidak
bersunat, mereka tidak
dapat mendengar!
Sungguh, firman TUHAN
menjadi cemoohan bagi
mereka, mereka tidak
menyukainya!
(YEREMIA 6:10)
Max Lucado menceritakan betapa ia pernah dibuat terharu oleh surat seorang anak kecil berusia tujuh tahun. Atas kesalahan yang diperbuatnya, anak itu menulis: “Maafkan saya. Orangtua saya sudah menghukum saya, tetapi saya sungguh menyesal dan ingin memperbaiki kesalahan saya. Tolong beritahu saya apa yang dapat saya lakukan”. Anak ini mau mengakui kesalahannya ketika diberi tahu. Ia tidak berdalih, tidak pula menunda untuk berubah. Sungguh teladan yang sangat menyentuh hati.

Cerita Max kontras dengan cerita nabi Yeremia tentang bangsa Israel. Dosa tidak lagi membuat mereka mereka bersalah (ayat 13-15). Peringatan Tuhan dianggap sepi (ayat 16-17). Apa sebabnya? Telinga mereka tidak bersunat! Dengan kata lain, telinga mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan (ayat 10). Jangan salah, mereka ini adalah orang-orang yang beribadah. Korban bakaran dan korban sembelihan mereka persembahkan (ayat 20). Di antara mereka bahkan ada para nabi dan iman (ayat 13)! Namun, Tuhan tidak lagi berkenan pada ibadah mereka dan akan menghukum mereka (ayat 18-21).

Ada orang yang terang-terangan menolak firman Tuhan, selalu berbelit jika diperhadapakan dengan kebenaran. Ada juga yang pura-pura mendengar, padahal sebenarnya mengabaikan apa yang didengarnya. Ada yang tampaknya menerima, bahkan tahu banyak firman, namun bukannya berubah, malah sengaja melanggar, mencari cela, atau menggunakan ayat firman Tuhan sedemikian rupa demi membenarkan diri sendiri. Semua sama-sama perlu sunat telinga! Apakah Anda dan saya termasuk orang-orang yang demikian?



Orang-orang yang bersunat telinga
mendengarkan firman dan bersedia diubah oleh-Nya.



Jumat, 03 Mei 2013

Sunat Hati


Pembacaan alkitab, ulangan 10:12-22

Sebab itu sunatlah
hatimu dan janganlah
lagi kamu tegar
tengkuk.
(ULANGAN 10:16)
Sunat, atau pemotongan kulit khatan pada lelaki, biasanya diidentikkan dengan bangsa Yahudi atau umat muslim. Namun, penelitian mencatat bahwa praktik sunat ternyata dijumpai di antara berbagai bangsa dan sudah ada di Indonesia jauh sebelum pengaruh Islam masuk. Dalam budaya Jawa, ritual sunat dihayati sebagai upaya untuk memurnikan diri dan menghilangkan sukerto, yaitu hambatan, kotoran, atau kseialan manusia yang dibawa sejak lahir. Memang dari aspek medis, kulit khatan bisa menjadi tempat persembunyian kotoran, sehingga ketika dihilangkan, sejumlah risiko penyakit bisa dihindari.

Di Alkitab, sunat pertama kali disebutkan sebagai tanda perjanjian Tuhan dengan Abraham (Kejadian 17). Tak heran, sunat lahiriah ini seringkali dibanggakan orang Yahudi untuk menunjukkan status mereka sebagai umat pilihan Allah. Namun, ada sunat lain yang berulang kali disebutkan dalam Alkitab yang lebih penting dari tanda lahiriah: sunat hati. Ini berarti menyingkirkan kulit khatan hati (Yeremia 4:4), atau hal-hal yang membuat seseorang tidak hidup takut akan Tuhan, tidak hidup mengasihi Dia dan beribadah kepada-Nya (ayat 12-13). Sunat hati berarti mengakui dan menanti Tuhan, menyatakan betapa Tuhan itu kuat dan dahsyat, adil dan kasih, layak disembah oleh semua orang (ayat 17-19).

Secara lahiriah, mungkin kita menunjukkan berbagai indikasi sebagai pengikut Kristus. Pergi ke gereja, membaca Alkitab, rajin berbuat baik. Namun, jika hati kita masih menikmati dosa, diliputi ketakutan, kebimbangan, egoisme, kepentingan diri sendiri, kita harus meminta Roh Kudus menyelidiki hati kita, adakah kita sudah bersunat hati seperti yang Tuhan inginkan?



Entah kita bersunat secara lahiriah atau tidak,
Tuhan menghendaki kita bersunat hati.


Bukan Makanan


Pembacaan alkitab, yesaya 55:1-13

Mengapakah kamu
belanjakan uang untuk
sesuatu yang bukan roti,
dan upah jerih payahmu
untuk sesuatu yang
tidak menyenangkan?
Dengarkanlah Aku maka
kamu akan memakan
yang baik dan kamu akan
menikmati sajian yang
paling lezat.
(YESAYA 55:2)
Mungkin Anda suka gemas melihat tingkah anak kecil. Saya juga. Pernah suatu kali saya membantu teman saya meyuapi anaknya. Sudah susah disuapi, lari ke sana ke mari, anak itu malah meraup mainan yang tergeletak di lantai dan memasukkkannya ke dala mulut. “Itu bukan makanan!” seru saya khawatir dan merebut mainan itu. Anda bisa tebak yang terjadi selanjutnya. Ya, ia pun menangis hebat.

Teguran Tuhan melalui nabi Yesaya ibarat orangtua yang prihatin melihat kebodohan anaknya. Mereka tidak mendengarkan Tuhan, mengandalkan pemikiran mereka sendiri, tak menyadari bahwa yang mereka upayakan itu sia-sia belaka (ayat 3). Padahal, Tuhan sudah menyediakan segala yang baik bagi umat-Nya, jika saja mereka mau datang dan menaati perkataan-Nya. Ada pemeliharaan hari lepas hari, bahkan janji keselamatan melalui Mesias yang akan diberikan atas seluruh bumi melalui Israel (ayat 3-5). Kasih dan pengampunan tersedia bagi orang yang mencari-Nya, rancangan-Nya sempurna (ayat 6-9). Firman-Nya memberi kehidupan dan pertumbuhan (ayat 10-11). Seharusnya ini menjadi jaminan bagi Israel untuk senantiasa berpaut kepada Tuhan.

Sayangnya umat Israel lebih sering lari ke sana ke mari, menjauh dari Tuhan, mengejar apa yang dipandang mereka baik. Seperti banyak dari kita juga, bukan? Kita meraup hal-hal yang tidak seharusnya mengisi hidup kita. Kita pikir itu tidak berbahaya. Kita sangka itu lebih baik dari Tuhan. Hari ini, mari kembali mendengarkan Tuhan. Dia tahu apa yang terbaik bagi kita, jangan abaikan teguran-Nya. Berhentilah mencari kepuasan di luar Tuhan. Datanglah pada-Nya sekarang juga!



Mengapa mencari kepuasaan yang sia-sia
jika Tuhan sudah menyediakan yang sejati.