Senin, 24 Juni 2013

Mendengarkan Pertimbangan

Pembacaan alkitab, amsal 18:1-24

Orang yang
menyendiri, mencari
keinginannya,
amarahnya meledak
terhadap setiap
pertimbangan.
(AMSAL 18:1)
Pernahkah Anda merasa enggan sekali bertemu orang lain? Saya cukup sering merasakannya, terutama ketika harus menghadapi orang-orang yang menurut saya menjengkelkan dan kurang menghargai saya. Apalagi jika orang-orang itu pernah terlibat konflik dengan saya. Pada situasi seperti itu, saya lebih suka menyendiri dan mengerjakan hal-hal yang saya sukai.

Meskipun adakalanya kita butuh waktu untuk sendirian, kita perlu berhati-hati dengan kecenderungan menarik diri dari pergaulan. Dengan terus terang, penulis kita Amsal mengungkapkan tabiat buruk di balik keinginan mengasingkan diri itu. Orang yang menyendiri cenderung memikirkan dirinya semata. Orang lain menjadi gangguan baginya. Kritik dan nasihat, yang bijak sekalipun, ditanggapi dengan kemarahan. Mereka lebih suka berdebat dan mengungkapkan kejengkelannya daripada mendengarkan orang lain. Perilaku demikian bukanlah tindakan yang bijak (ayat 13). Sebaliknya, orang yang bijak adalah yang bersedia mendengarkan kata-kata kalimat (ayat 15), sekalipun ada kalanya hal itu dinyatakan dalam bentuk teguran yang pedas. Mendengarkan orang lain juga melatih kita untuk bersikap rendah hati (lihat ayat 12).

Ketika kita mendengarkan sikap dan kata-kata orang lain yang tidak kita sukai, usahakan untuk tidak serta-merta membantahnya. Sebaliknya, dengarkan lebih banyak apa yang ingin dikatakan oleh lawab bicara kita. Bukalah hati Anda lebar-lebar, renungkan apa yang Anda dengar. Anda akan kagum mengalami bagaimana melalui beragam orang di sekitar Anda, Tuhan menolong Anda memperoleh pengetahuan untuk hidup lebih baik.



Marah sebelum mendengarkan menutup pintu pengertian.
Mendengarkan pertimbangan membuka pintu kebijaksanaan.

Menyangkal Diri

Pembacaan alkitab, lukas 9:22-27

Kata-Nya kepada
mereka semua: "Setiap
orang yang mau
mengikut Aku harus
menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap
hari dan mengikut Aku.
(LUKAS 9:23)
Menyangkal diri biasanya sering diartikan dengan meninggalkan sesuatu yang baik dan diinginkan seperti keberhasilan karir dan kenyamanan materi, demi mengikut Kristus. Namun, banyak yang enggan meninggalkan karakter yang buruk demi mengikut Kristus. Mungkin kita pernah mendengar orang yang berkata: “Aku memang pemarah. Itu sudah turunan, tidak bisa diubah.” Atau, “Aku begini ya karena keluargaku berantakan.” Keluarga, masa lalu, dan situasi bisa jadi kambing hitam ketidakmauan orang untuk berubah.

Yesus sangat jelas dengan tanggung jawab personal dalam mengikut Dia. “Setiap orang” punya tanggung jawab untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus. Apa pun latar belakang dan situasi orang itu. Ketika kita menyangkal tanggung jawab atas kebiasaan buruk kita, bukankah  itu sama saja dengan berkata: “Tuhan, kalau aku disuruh berubah, aku tidak bisa ikut Engkau. Tuhan kan tahu situasiku.” Kita sama saja dengan orang yang berusaha “menyelamatkan diri sendiri” dan menyalahkan semua yang lain, termasuk Tuhan. Kita mau ikut Dia dengan catatan kita bebas menentukan bagaimana caranya. Bukankah itu menunjukkan bahwa kita sebenarnya sedang menolak mengikut Dia?

Yesus menghendaki kita mengikuti Dia, meneladani hidup-Nya yang memuliakan Allah. Adakah kebiasaan buruk yang harus kita tinggalkan demi hal itu? Mari mengakui kebiasaan buruk itu sebagai kesalahan kita pribadi, bukan orang lain, masa lalu, atau situasi di sekita kita. Meninggalkannya mungkin butuh perjuangan. Namun, itulah kehendak Yesus bagi kita. Dia yang memanggil akan memampukan kita untuk melakukannya!



Menyangkal diri termasuk meninggalkan sifat buruk
yang selama ini nyaman kita lakukan.


Jumat, 21 Juni 2013

Menjadi Orang Kecil

Pembacaan alkitab, lukas 10:21-24

... bergembiralah Yesus
... dan berkata, "Aku
bersyukur kepada-Mu,
Bapa, ... karena semuanya
itu Engkau sembunyikan
bagi orang bijak dan
orang pandai, tetapi
Engkau nyatakan kepada
orang kecil. Ya Bapa,
itulah yang berkenan
kepada-Mu.
(LUKAS 10:21)
“Kita bisa belajar banyak dari orang-orang kecil,” mungkin Anda pernah mendengar kalimat bijak semacam ini. Orang kecil di sini jelas bukan berarti orang yang memiliki tubuh kecil. Maksudnya adalah orang yang sederhana, jauh dari gelimang harta, mungkin hanya pegawai rendahan yang tidak dianggap siapa-siapa. Melihat kondisi mereka, orang-orang yang memiliki taraf hidup lebih baik diingatkan untuk belajar bersyukur dan lebih menghargai apa yang mereka miliki.

Yesus juga bersukacita karena pernyataan Bapa kepada orang kecil (ayat 21). Apakah yang dimaksudkan sama dengan “orang kecil” yang biasa kita pahami? Ternyata tidak. Dalam bahasa aslinya, Yesus menggunakan kata yang berarti “anak kecil”. Melihat konteks Lukas 10, Yesus mengatakan hal ini pada waktu tujuh puluh murid-Nya kembali dari pelayanan dan berkisah bahwa mereka mengalami pernyataan kuasa Tuhan secara luar biasa (ayat 17-20). Yesus bersukacita karena pernyataan Bapa kepada mereka. Jelas mereka bukan anak kecil. Ini adalah kiasan untuk menunjukkan kerendahan hati anak kecil: bergantung penuh dan menyambut pertolongan yang dibutuhkan (bandingkan Matius 18:3; 19:14). Dengan demikian orang bijak dan orang pandai yang dikontraskan di sini dapat diartikan sebagai mereka yang sombong, mengendalikan diri sendiri, tidak butuh pertolongan Tuhan.

Bagaimana Tuhan akan menyatakan diri jika kita merasa “sudah tahu”, “sudah bisa”, dan tak mau dengan rendah hati membuka diri untuk diajar? Jika ini mewakili sikap Anda, ingatlah selalu, Tuhan bersuka cita menyatakan diri kepada orang-orang kecil.



Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah 
kepada orang yang rendah hati -- 1 Petrus 5:5 


Syafaat Abraham

Pembacaan alkitab, kejadian 17:15-22

Tetapi Aku mengabulkan
juga permohonanmu
mengenai Ismael. Karena
itu dia akan Kuberkati dan
Kuberi keturunan yang
banyak. Ia akan menjadi
leluhur dua belas kepala
suku, dan keturunannya
akan Kujadikan suatu
bangsa yang besar.
(KEJADIAN 17:20 BIS)
Teka-teki buat Anda: Berapakah anak Abraham? Satu? Dua? Jawabannya: delapan! Ya, anak Abraham secara jasmani ada delapan (1 Tawarikh 1:28-32). Namun, hanya dua yang disebut langsung sebagai keturunan Abraham, yaitu Ishak dan Ismael. Sisanya disebut sebagai keturunan Ketura, gundik Abraham. Menarik, ya? Kepada dua anak ini Allah menjanjikan berkat yang tidak diberikan kepada saudara-saudara mereka yang lain.

Allah berjanji melalui keturunan Abraham, semua bangsa di bumi akan diberkati (12:3, 26:4). Dalam terang Perjanjian Baru, ini adalah janji tentang Mesias yang akan datang! Rencana Allah sangat jelas untuk menggenapinya melalui keturunan Ishak, anaknya dari Sara. Dua kali Allah menekankan hal ini (ayat 19 dan 21) menunjukkan bahwa rencana-Nya tak dapat diganggu-gugat! Sunat yang diterima Ismael bersama semua hamba laki-laki di rumah Abraham hari itu menunjukkan bahwa mereka juga menaruh pengharapan pada janji Allah. Kelak, mereka pun akan menjadi menerima berkat dari Sang Juru Selamat yang akan datang!

Allah juga secara khusus memberikati Ismael. Keturunannya akan sangat banyak (ayat 20). Kaum muslim berpendapat mereka adalah keturunan Ismael melalui Qaydar (Kedar) dan Nabit (Nebayot). Dan benar bahwa hari ini jumlah mereka sangat banyak! Janji Allah sedang digenapi! Bagaimana awalnya hingga Ismael diberkati? Abraham telah bersyafaat bagi anak ini (ayat 18). Ia mengasihinya dan tak ingin Ismael kehilangan berkat Allah. Adakah hari ini kita juga mengasihi dan mau bersyafaat bagi keturunan Ismael, agar berkat dari Sang Juru Selamat dapat sampai kepada mereka?



Janji Allah selalu ditepati.
Kita akan melihat kaum Ismael diberkati.

Minggu, 16 Juni 2013

Anak Istimewa

Pembacaan alkitab, kejadian 16:1-16

Selanjutnya kata Malaikat
TUHAN itu kepadanya:
"Engkau mengandung
dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki
dan akan menamainya
Ismael, sebab TUHAN
telah mendengar tentang
penindasan atasmu itu.
(KEJADIAN 16:11)
Tahukah Anda bahwa di dalam Alkitab ada tujuh orang yang sebelum kelahirannya secara khusus diberi nama oleh Allah sendiri atau melalui seorang nabi? Mereka adalah Ishak (Kejadian 17:19), Yosia (1 Raja-raja 13:2), Salomo (1 Tawarikh 22:9-10), Imanuel (Yesaya 7:14-16), Yohanes Pembaptis (Lukas 1:13-17), Yesus (Matius 1:20-21; Lukas 1:30-33), dan satu lagi yang kita baca hari ini: Ismael (Kejadian 16:11).

Kisah tentang Ismael kalah pamor dengan kasih Ishak di kalangan orang kristiani. Padahal, selain diberi nama oleh Allah sendiri, berita kelahirannya juga disampaikan oleh seorang malaikat, seperti halnya berita kelahiran Yesus. Allah juga berjanji bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang benar seperti yang Dia janjikan pada Abraham (ayat 10), dan tidak lagi hidup dalam perhambaan (ayat 12). Lega dengan janji Allah yang indah bagi anaknya, Hagar pun bersedia kembali kepada nyonyanya sekalipun ia harus mengalami penindasan (ayat 9, 15). Tadinya ia sempat menjadi sombong (ayat 4), kemudian menjadi pelarian yang penuh ketakutan. Kini ia penuh kekaguman dan ketundukan akan Allah. Ia menyebut Allah sebagai El-Roi, artinya Allah yang telah melihat atau memedulikannya.

Jika Allah mengasihi Ismael dan keturunannya, menganggap mereka istimewa, tidakkah kita juga sepatutnya demikian? Pada Idul Fitri ini, mari kita mendoakan saudara-saudara kita, baik yang merupakan keturunan Ismael secara jasmani, maupun yag memandang Ismael sebagai bapa rohani, agar berkat-berkat Allah juga terus dialami oleh mereka.


Ismael = Allah mendengar

Keramahan dari Hati

Pembacaan alkitab, titus 3:1-7

Janganlah mereka
memfitnah, janganlah
mereka bertengkar,
hendaklah mereka
selalu ramah dan
bersikap lemah
lembut terhadap
semua orang.
(TITUS 3:2)
Banyak bangsa mengedepankan keramahan sebagai nilai lebihnya di mata bangsa lain. Bangsa kita punya demikian. Namun, kadangkala upaya ini membuat keramahan tak lagi muncul dari hati. Misalnya saja, saat kita mengunjungi bank, kita menerima sapaan pegawai atau pun petugas keamanannya. Kata-kata sapaannya tertata dan seragam, tetapi tanpa rasa dan tak kontak dengan yang disapa. Mimik wajah dan bahasa tubuh terlihat tak alamiah. Hasil latihan. Sebaliknya, sekalipun mungkin bukan dengan bahasa “sekolahan”, di toko-toko kelontong kecil ataupun di pasar, kita sering lebih merasa hangat disambut. Keramahan yang muncul karena tugas atau dari hati, dapat dirasakan bedanya.

Paulus berpesan melalui Titus agar jemaat, pengikut Yesus, selalu ramah terhadap semua orang. Berlaku ramah bukan hanya kepada sesama pengikut Yesus, melainkan juga kepada semua orang, kepada mereka yang berlaku baik terhadap jemaat maupun yak tak menyukai jemaat. Mengapa? Paulus mengingatkan, bahwa kita diselamatkan juga bukan karena perbuatan baik kita (ayat 4-5). Semuanya adalah anugerah Tuhan. Anugerah itulah yang kita teruskan kepada sesama melalui sikap yang ramah.

Keramahan bagi sebagian orang butuh pembiasaan. Dalam suasana Idul Fitri ini, bagaimanakah kita menunjukkan keramahan kepada kerabat, handai taulan, tetangga, mitra usaha, atau pun rekan sejawat yang merayakannya? Mintalah Roh Kudus menolong Anda merangkai kata yang tepat, sehingga mereka bisa melihat kasih Tuhan yang meluap dari hati Anda.


Nyatakanlah keramahan dalam kata-kata
yang meluap dari hati yang penuh kasih Kristus.

Kamis, 13 Juni 2013

Mendoakan Penguasa

Pembacaan alkitab, 1 timotius 2:1-7

Karena itu, pertama-
tama aku menasihatkan:
Naikkkanlah permohonan,
doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua
orang, untuk raja-raja
dan semua pembesar,
agar kita dapat hidup 
tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan
dan kehormatan.
(1 TIMOTIUS 2:12)
Dua berita berlawanan di halaman koran yang sama: 1. Sejumlah warga mengelu-elukan presiden. 2. Para mahasiswa dan demonstran membakar foto presiden dan berikrar menggulingkannya. Itulah dua sikap rakyat terhadap pemimpin yang mereka dapati tak sempurna; yang buruk dalam mengelola negara. Sebagai warga negara sekaligus warga gereja, bagaimana sikap kita?

Paulus menasihatkan Timotius dan jemaat untuk mendoakan para penguasa agar mereka dimampukan untuk menciptakan situasi yang lebih baik bagi rakyat, kondusif bagi ibadah dan penyebarluasan berita keselamatan (ayat 1-4, 7). Dengan fase “pertama-tama” (ayat 1), Paulus memberi penekanan bahwa ini adalah sesuatu yang penting; perlu diberi prioritas. Mendoakan penguasa juga merupakan wujud pernyataan iman jemaat, bahwa mereka hanya menyembah satu Allah, yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus (ayat 5-6), bukan kaisar Roma. Nasihat Paulus mengingatkan jemaat bahwa penguasa kejam yang tampak sangat berkuasa itu tetaplah makhluk ciptaan  yang lemah dan perlu didoakan.

Kemajuan teknologi informasi kini memudahkan kita melaksanakan panggilan bersyafaat bagi para pejabat daerah, pemimpin nasional, bahkan pemimpin dunia. Mari gunakan mata iman dan mata hati mereka ketika menonton atau membaca berita tentang para pemimpin---positif pun negatif. Merayakan kemerdekaan RI ke-67 hari ini, mari memulainya dengan pemerintah bangsa kita.



Mendukung pemimpin adalah pilihan warga negara,
bersyafaat untuk mereka adalah keharusan warga gereja.

Jumat, 07 Juni 2013

Meratap Bersama Tuhan

Pembacaan alkitab, yeremia 8:18-22

Karena luka
puteri bangsaku
hatiku luka ....
(YEREMIA 8:21)
Orang yang dekat dengan Tuhan sering dianggap pasti memiliki sukacita dan kebahagiaan yang tak dipengaruhi kesulitan hidup. Wajah mereka senantiasa memancarkan kedamaian, penuh senyuman dan tawa. Banyak orang mengidamankan dan mengejar hidup yang demikian.

Namun perhatikanlah hidup Yeremia, seorang yang dipilih, dikasihi, dan dekat dengan Tuhan sejak dalam kandungan (1:5). Bukan senyum dan tawa yang menghias hidupnya. Yeremia sadar, bahwa Allah yang memanggilnya adalah Bapa yang sedang murka dan berduka karena kejahatan anak-anak-Nya. Hidup karib dengan Allah justru membuat Yeremia tak mampu menekan rasa frustasi dan air mata; ia turut merasakan kehancuran hati Allah di dalam jiwanya (6:11). Seperti Yesus, hatinya teriris oleh kasih yang turut merasakan luka-luka jiwa orang-orang di sekitarnya, mereka yang penuh borok kejahatan dan menantikan kebinasaan (ayat 3). Ia memohon pengampunan bagi bangsanya sambil berkabung (ayat 20-22), sementara mereka yang mengaku sebagai umat Allah tidur pulas dalam “damai sejahtera Tuhan” yang palsu (ayat 11).

Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk menikmati sukacita hidup dalam hadirat-Nya, melainkan juga untuk memulihkan luka bersama-Nya. Adakah kita sebagai pribadi dan sebagai Gereja, ikut merasakan hati Tuhan ketika melihat berbagai masalah di sekitar kita? Betapa kita terlalu nyaman dalam sukacita palsu yang tak peduli. Mengabaikan hati Tuhan yang masih berduka dan merindu. Berdoalah demi jeritan hati bangsa ini, hampirilah saudara-saudara kita yang membutuhkan dalam kerinduan hati Tuhan.



Dekat dengan Tuhan berarti
bersukacita dengan apa yang menyukakan hati-Nya,
berdukacita dengan apa yang menghancurkan hati-Nya.


Kamis, 06 Juni 2013

Menaati Pemerintahku

Pembacaan alkitab, roma 13:1-7

Tiap-tiap orang
harus takluk kepada
pemerintah yang di
atasnya, sebab tidak ada
pemerintah, yang tidak
berasal dari Allah; dan
pemerintah-pemerintah
yang ada, ditetapkan
oleh Allah.
(ROMA 13:1)
Tiap aturan yang dikeluarkan pemerintah selalu mengundang pro dan kontra. Bukan hanya di negara kita, melainkan juga di negara-negara lain, dan hal itu bahkan sudah terjadi sejak zaman Rasul Paulus. Bagaiamana seorang pengikut Kristus harus bersikap? Bacaan kita hari ini mengingatkan dua hal penting. Pertama, pemerintah ada karena perkenan Allah (ayat 1). Entah mereka baik atau buruk, Tuhanlah yang mengizinkan mereka berkuasa. Kepada Pilatus yang menyalibkan-Nya, Yesus berkata: “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yohanes 19:11). Kita tunduk pada pemerintah, bukan berdasarkan baik tidaknya mereka, tetapi karena kita menghormati Allah yang menetapkan mereka. Yang kedua, karena pemerintah ditetapkan oleh Allah, maka otoritas tertinggi ada di tangan Allah. Pemerintah yang memimpin menurut cara Allah akan memimpin dengan adil (ayat 3). Jika perintah mereka berlawanan dengan firman Tuhan, yang mutlak harus ditaati adalah Tuhan. Beberapa contoh sikap dalam Alkitab: dua bidan di Mesir yang tidak menaati Firaun; Daniel yang melanggar titah Raja Darius, Petrus dan Yohanes yang menolak perintah mahkamah agama. Mereka tidak kasar berontak, tetapi dengan jelas dan tegas menyampaikan kebenaran apa pun risikonya.

Apakah selama ini perkataan dan perbuatan kita mencerminkan bahwa kita menghormati dan menaati pemerintah kita? Ingatlah, kita menaati mereka karena kita menghormati Tuhan. Apakah kita juga peka melihat adanya kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai firman Tuhan? Orang-orang kristiani perlu dengan kasih dan keberanian menunjukkan bahwa kita lebih taat pada Tuhan daripada manusia.


Hormati Tuhan dengan menaati pemerintah
dan mengingatkan mereka ketika menyimpang dari aturan-Nya.

Tolak Bala

Pembacaan alkitab, markus 5:1-20

... dan dengan keras ia
berteriak, "Apa urusan-
Mu dengan aku, hai
Yesus, Anak Allah yang
Mahatinggi? Demi Allah,
jangan siksa aku!" Karena
sebelumnya Yesus
mengatakan kepadanya,
"Hai engkau roh jahat!
Keluar dari orang ini!"
(MARKUS 5:7-8)
Apakah Anda termasuk orang yang takut terhadap roha jahat? Mungkin Anda akrab dengan ritual tolak bala yang masih banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menjauhkan roh-roh jahat pembawa bencana di suatu daerah. Tradisi ondel-ondel, jathilan, bahkan juga barongsai, yang banyak dianggap sebagai kesenian yang menghibur, juga berakar dari ritual tolak bala.

Alkitab tidak menyangkal keberadaan roh-roh jahat. Dalam bacaan hari ini, Yesus menjumpai seorang yang mengenaskan. Ia terkucil dari komunitasnya karena kerasukan banyak roh jahat. Saking banyaknya, roh jahat itu menyebut diri sebagai Legion (dalam satuan militer Romawi berarti pasukan yang berjumlah 5.000-6.000 orang). Orang ini awalnya sering dirantai, tetapi ia menjadi sangat kuat hingga semua rantai diputuskannya. Bayangkanlah Anda tinggal di daerah Gerasa. Orang yang paling berani pun mungkin enggan melewati daerah pekuburan dan perbukitan di mana orang yang kerasukan itu berteriak-teriak dan memukuli diri. Bertapa angkernya! Namun menghadapi Yesus, roh-roh jahat tidak berkutik. Mereka sujud dengan ketakutan, mengenali bahwa Yesus datang dari Allah Yang Mahatinggi (ayat 7). Mereka tunduk pada perintah Yesus dan keluar dari orang itu (ayat 8-13).

Ketika manusia berusaha menjauhkan roh-roh jahat dengan caranya sendiri, bisa jadi ia justru yang balik dikuasai oleh roh-roh itu. Yesus bukan Pribadi biasa! Dia Allah yang memiliki otoritas yang nyata serta kuasa atas roh-roh jahat. Anda dapat datang membawa ketakutan Anda di hadapan-Nya dan memohon pertolongan-Nya!



Yang dapat menjauhkan roh-roh jahat
hanyalah Pribadi yang punya otoritas atas mereka.