Pembacaan alkitab, kisah para rasul 17:16-34
Sebab ketika aku
berjalan-jalan di kotamu
dan melihat-lihat barang-
barang pujaanmu, aku
menjumpai juga sebuah
mezbah dengan tulisan:
Kepada Allah yang
tidaj terkenal, Apa yang
kamu sembah tanpa
mengenalnya,itulah
yang kuberitaka
kepada kamu.
(KISAH PARA RASUL 17:23)
m
|
engapa orang terkadang menolak berita Injil yang kita sampaikan?
Adakah yang keliru dengan berita yang kita sampaikan? Ataukah ada yang salah
dengan cara penyampaian kita?
Dalam suatu perjalanan penginjilan, Paulus sampai di Atena. Kota
Atena adalah pusat kebudayaan dan filsafat Yunani. Banyak kuil dan patung
dewa-dewi Yunani berdiri megah. Peradaban maju; ilmu pengetahuan berkembang.
Karena itu, berita teranyar ialah satu-satunya bahan percakapan yang mau mereka
katakan dan dengar (ayat 21). Sebab itu, memberitakan pesan penting dengan
kemasan biasa serta nada menggurui kepada komunitas seperti itu tentu bisa
berakibat penolakan. Paulus menyadari realitas ini. Maka, ia
mengontekstualisasikan berita Injil sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti.
Isinya tetap sama, yaitu tentang karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.
Cara yang ia pakai saat mewartakan Injil kepada orang Yahudi tentu berbeda
dengan saat ia ada di Atena. Ia mulai dari sebuah tempat di mana terdapat
mezbah denagn tulisan: “Kepada Allah yang tidak dikenal” (ayat 23). Ia
memulainya dari tradisi yang berkembang dan mengakar di tempat itu. Itu menjadi
sarana yng efektif. Dari situlah pintu masuk berita Injil.
Negeri kta, Indonesia, memiliki bermacam budaya, tradisi, dan
kearifan lokal. Mempelajarinya adalah sesuatu yang baik. Pemahaman akan konteks
budaya lokal adalah baik. Kemudian, disertai hikamat yang kita pinta dari
Allah, kita dapat memilih mana yang baik-mana yang tidak baik untuk digunakan
sebagai pintu masuk bagi pekabaran Injil.
Kebarkan Injil dengan hati dan telinga,
bukan hanya dengan mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar