Pembacaan alkitab, 2 timotius 1:1-18
Sebab aku teringat
akan imanmu yang
tulus ikhlas, yaitu iman
yang pertama-tama
hidup di dalam nenekmu
Lois dan di dalam ibumu
Eunike dan yang aku
yakin hidup juga di
dalam dirimu.
(2 TIMOTIUS 1:5)
Saya sedih sekali
ketika dalam sebuah pertemuan diakonia gereja, seorang ibu mengatakan bahwa
pelayanan kepada anak-anak jalanan tak ubahnya seperti membuang garam ke laut.
Pada kesempatan lain, seorang pemuda menyatakan bahwa mengajari anak-anak di daerah
kumuh perkotaan sebagai suatu kegiatan yang nyaris tak memberikan kemajuan
berarti. Bagi mereka, upaya besar yang diberikan bagi anak-anak ini tidak
sebanding dengan hasil yang didapat.
Dalam surat pribadinya kepada Timotius,
Paulus memuji iman anak rohaninya ini (ayat 2). Menariknya, Paulus mengamati
kualitas iman yang tulus ikhlas semacam ini lebih dulu ada di dua generasi di
atasnya (ayat 5). Anak-anak berisiko dalam kasus di atas tak seberuntung
Timotius. Timotius memiliki sang nenek, Lois, serta ibunya, Eunike, yang
kehidupan imannya berimbas nyata membentuk imannya. Selain itu, Timotius juga
memiliki Paulus yang memuridkan, meneguhkan, dan memberi teladan padanya (ayat
6-18).
Di dunia ini ada begitu banyak anak yang
tidak memiliki orang dan lingkungan yang membentuk mereka menjadi pribadi yang
baik. Hari demi hari mereka dipaparkan pada kehidupan penuh risiko kekerasan,
pelecehan, dan ekploitasi. Tak mengherankan jika suatu saat mereka menjadi
korban sekaligus pelaku kejahatan. Kita punya banyak kesempatan mendoakan dan
mewujudkan kehadiran kerajaan Allah di antara mereka. Seperti apa yang
diperbuat nenek Lois, Ibu Eunike, dan Paulus pada Timotius, mari bergerak
memberi ruang dan pengalaman dikasihi bagi anak-anak yang kurang beruntung.
Pengalaman
dikasihi dan dibimbing pada masa kecil
adalah
bekal mengasihi dan melayani seumur hidup.