Pembacaan alkitab, galatia 6:1-10
Saudara-saudara,
kalaupun seseorang
kedapatan melakukan
suatu pelanggaran,
maka kamu yang rohani,
harus memimpin orang
itu ke jalan yang benar
dalam roh lemah lembut,
sambil menjaga dirimu
sendiri, supaya kamu juga
jangan kena pencobaan
(GALATIA 6:1)
Anda
pernah terpeleset dan jatuh? Saat menyusuri rawa untuk suatu tugas, tanpa
sengaja saya menginjak batu yang licin. Keseimbangan saya goyah dan jatuh
terpeleset. Tangan dan kaki lecet; badan basah penuh lumpur. Kala itu, ada
rekan yang tertawa; ada yang “berkhotbah” panjang; ada pula yang tak peduli dan
memaksa melanjutkan perjalanan-membuat saya tak nyaman. Namun, ada juga rekan
yang mengulurkan tangan; menawari untuk membawa sebagian perlengkapan saya;
atau berhenti menemani sampai saya siap melanjutkan perjalanan. Mereka
meringankan beban saya dan membuat saya berbesar hati.
Bagaimana sikap yang benar saat menjumpai orang yang terpeleset,
jatuh dalam dosa? Paulus menasihati jemaat Galatia agar dengan lemah lembut
mereka membimbing orang-orang yang “terpeleset” kembali ke jalan yang benar
(ayat 1) dan bertolong-tolongan menanggung beban (ayat 2). Menariknya, Alkitab
versi Firman Allah Yang Hidup (FAYH) menuliskan: “Ikutlah merasakan kesukaran
dan kesulitan orang lain (ayat 2a). Kehadiran dan pertolongan kita merupakan
sarana sentuhan kasih yang nyata bagi orang lain yang tengah jatuh. Sebab itu,
kita tak boleh jemu melakukannya (ayat 9).
Respons kita terkadang menunjukkan tingkat kepedulian kita pada
orang lain. Ada orang, sengaja atau tidak, pernah “terpeleset” ke rawa dosa.
Dan, itu membuat terluka. Bukan cemoohan, khotbah panjang, atau memberikan mereka
seorang diri, melainkan uluran tangan penuh kasih. Kiranya Roh Kudus memberi
kepekaan akan kebutuhan orang lain serta kelemahlembutan untuk “mengangkat”
dari kejatuhan-lewat sentuhan kasih kita kepada mereka.
Uluran
kasih kita kepada saudara yang mengalami kejatuhan
akan
menolongnya bangkit dari keterpurukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar