Tetapi Yesus memandang
dia dan mengasihinya,
lalu berkata kepadanya,
"Hanya satu lagi
kekuranganmu: Pergilah,
juallah apa yang kau miliki
dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin,
maka engkau akan
beroleh harta di surga,
kemudian datanglah
kemari dan ikutlah Aku."
(MARKUS 10:21)
S
|
embari menunggu mobil saya mendapat
perawatan rutin, saya berbincang dengan pemilik bengkel. Ia berkisah bahwa dulu
saat masih menjadi pemasok tembakau bagi pabrik rokok, penghasilannya sangat
melimpah. Setelah betobat, ia bergumul dengan kerjaannya sebab penghasilan itu
ia peroleh dari rusaknya kesehatan banyak orang. Ia lalu menjual gudang beserta
isinya dan membuka bengkel. Ia melepaskan sumber pendapatan yang besar bagi
hidupnya. Penghasilan kini terbatas, tetapi ia mendapatkan kepuasan.
Sikap ini bertolak belakang dengan
seseorang yang menemui Yesus untuk mengetahui cara memperoleh hidup kekal. Ia berharap
telah memenuhi syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah melalui hidupnya yang
saleh menurut hukum Taurat (ayat 20). Dari jawaban Tuhan Yesus kita tahu bahwa
hidup kekal hanya diperoleh jika seseorang mengikut Yesus sepenuhnya, tanpa ada
yang menahan-nahan pun menghalang-halangi terlebih harta kekayaan di dunia ini.
Persoalannya, harta orang tersebut sangatlah banyak. Ia tak rela melepaskannya,
maka mulanya menjadi muram dan pergi dengan sedih (ayat 22). Tuhan Yesus
menegaskan bahwa siapa pun yang meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Dia,
akan menerima kembali seratus kali lipat ... dan ia akan menerima hidup yang
kekal (ayat 30).
Apakah kita tengah menggumuli panggilan
untuk mengikut Yesus sepenuh hati? Masih adakah penghalang yang membuat kita
ragu dan bimbang melangkah? Kiranya kasih dan cinta kita kepada Yesus
menjadikan kita rela; bahkan mantap melangkah mengikut Dia.
Mengikut Kristus
sering berarti meninggalkan harta berharga.
Namun apa
artinya itu dibanding kemuliaan kekal nanti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar