Selasa, 08 Januari 2013

Fokus Pada Keluarga?


Pembacaan alkitab, kejadian 3:1-7

Perempuan itu melihat,
bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu
menarik hati karena
memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari
buahnya dan dimakannya
dan diberikannya juga
kepada suaminya yang
bersama-sama dengan
dia, dan suaminyapun
memakannya.
(KEJADIAN 3:6)
Kalau kita mengumpulkan buku-buku tentang keluarga, akan ditemukan cukup banyak topik mengenai pentingnya mendengarkan pasangan kita. Ada banyak pertengkaran atau bahkan kegagalan di dalam keluarga karena masing-masing gagal menjadi pendengar bagi pasangannya. Lalu munculah banyak tips menjadi pendengar yang baik agar keluarga menjadi harmonis.

Namun dari bacaan kita, kejatuhan keluarga Adam dimulai justru saat Adam mendengarkan usulan Hawa, istrinya. Dalam sekejap mereka menjadi “sehati-sepikir” untuk sebuah keputusan besar. Entah Adam sungguh-sungguh sepakat dengan ise istrinya atau ia sekadar tak punya keberanian mengatakan tidak kepada usulan Hawa, keputusan mereka berakibat fatal. Mereka sepakat dan kompak untuk tidak taat kepada Allah. Adam tak mampu menjadi pencegah dosa bagi pasangannya. Ia gagal untuk mewujudkan kerinduan Allah agar dengan hadirnya pasangan, kehidupan mereka menjadi lebih baik (Kejadian 2:18).

Betapa sering kita terpesona dengan istilah “keluarga yang harmonis”. Namun seringkali itu diartikan bahwa sebagai sebuah keluarga kita harus selalu sehati-sepikir dalam hal apa pun. Ini akan menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada Allah. Sangat baik kalau kita bisa mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan suara Tuhan Sang Kepala keluarga yang sesungguhnya. Bahkan terkadang adu argumentasi justru diperlukan agar kepentingan Allah yang menang.

Ketika Allah menjadi fokus dalam keluarga,
kita akan mendahulukan kepentingan-Nya.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar