Pembacaan
alkitab, kejadian 3:1-7
Perempuan itu melihat,
bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu
menarik hati karena
memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari
buahnya dan dimakannya
dan diberikannya juga
kepada suaminya yang
bersama-sama dengan
dia, dan suaminyapun
memakannya.
(KEJADIAN 3:6)
Kalau kita mengumpulkan
buku-buku tentang keluarga, akan ditemukan cukup banyak topik mengenai
pentingnya mendengarkan pasangan kita. Ada banyak pertengkaran atau bahkan
kegagalan di dalam keluarga karena masing-masing gagal menjadi pendengar bagi pasangannya.
Lalu munculah banyak tips menjadi pendengar yang baik agar keluarga menjadi
harmonis.
Namun dari bacaan kita, kejatuhan keluarga Adam dimulai
justru saat Adam mendengarkan usulan Hawa, istrinya. Dalam sekejap mereka
menjadi “sehati-sepikir” untuk sebuah keputusan besar. Entah Adam
sungguh-sungguh sepakat dengan ise istrinya atau ia sekadar tak punya
keberanian mengatakan tidak kepada usulan Hawa, keputusan mereka berakibat
fatal. Mereka sepakat dan kompak untuk tidak taat kepada Allah. Adam tak mampu
menjadi pencegah dosa bagi pasangannya. Ia gagal untuk mewujudkan kerinduan
Allah agar dengan hadirnya pasangan, kehidupan mereka menjadi lebih baik
(Kejadian 2:18).
Betapa sering kita terpesona dengan istilah “keluarga
yang harmonis”. Namun seringkali itu diartikan bahwa sebagai sebuah keluarga
kita harus selalu sehati-sepikir dalam hal apa pun. Ini akan menjadi lebih
penting daripada ketaatan kepada Allah. Sangat baik kalau kita bisa
mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan
pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan suara Tuhan Sang
Kepala keluarga yang sesungguhnya. Bahkan terkadang adu argumentasi justru diperlukan
agar kepentingan Allah yang menang.
Ketika Allah menjadi fokus dalam keluarga,
kita akan mendahulukan kepentingan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar