Pembacaan
alkitab, kisah para rasul 17:10-15
... mereka menerima
firman itu dengan segala
kerelaan hati dan setiap
hari mereka menyelidiki
Kitab Suci untuk
mengetahui, apakah
semuanya itu benar
demikian.
(KISAH PARA RASUL 17:11)
John Calvin pernah mengkritik iman orang kristiani pada
zamannya dengan sebutan “iman implisit”. Dengan kata lain, kita langsung saja
percaya apa yang disampaikan orang tentang firman Tuhan, tanpa mengecek
kebenarannya langsung dari Alkitab. Tampaknya baik, namun, bagaimana jika yang
disampaikan itu ternyata keliru? Bukankah yang diimani itu jadi ikut keliru?
Tampaknya, “iman implisit” juga menjangkiti orang kristiani masa kini. Bukankah
kita kerap mendengar orang kristiani yang mengaku mengenal Tuhan, tetapi dengan
alasan bahwa pendetanya yang mengajarkan demikian. Alih-alih mempelajari firman
Tuhan dengan saksama,orang ini hanya mengekor orang lain.
Tidak demikian dengan
jemaat di Berea. Di satu sisi, mereka menerima pengajaran Paulus dan Silas
dengan penuh semangat (frasa “kerelaan hati” dalam ayat 11 berasal dari kata
Yunani prothymias, yang lebih tepat
jika diterjemahkan dengan frasa “kesungguhan hati”). Namun, di sisi lain,
mereka menyelidiki pengajaran tersebut di bawah terang firman Tuhan. Mereka
tidak mempraktikkan ketaatan buta yang menelan mentah-mentah apapun yang
dikatakan oleh otoritas manusia. Mereka menguji sebuah pengajaran sebelum
memercayainya.
Apakah kita memiliki
“iman implisit”? Apakah kita malas meneliti firman Tuhan secara serius demi
iman kita dan hanya manut dengan
pendapat orang lain? Milikilah sikap jemaat Berea yang selalu antusias belajar
dari orang lain, tetapi juga berupaya untuk mendalami firman Tuhan secara
mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar