Pembacaan
alkitab, 2 samuel 22
"Ya, Tuhan, bukit batuku,
kubu pertahananku dan
penyelamatku, Allahku,
gunung batuku, tempat
aku berlindung, perisaiku,
tanduk keselamatanku,
kota bentengku,
tempat pelarianku,
juruselamatku; Engkau
menyelamatkan aku
dari kekerasan."
(2 SAMUEL 22:2-3)
Hari itu tak seperti biasanya. Sam kecil berlari dengan
air mata berderai saat kami muncul di kelompok bermainnya. Ia mendekap erat
ayahnya. Rupanya, seorang teman telah merebut pisangnya. Ia meminta sang ayah
mengambilnya kembali. Ia tahu kepada siapa ia mendapatkan rasa aman dan
pertolongan.
Daud mengalami Tuhan
yang melepaskannya dari musuh serta dari tangan Saul. Bagian firman Tuhan yang
kita baca ialah gelora syukur yang memenuhi hati Daud, yang kemudian digubah
dalam Mazmur 18. Pengalamannya dengan Tuhan memperdalam pengenalannya akan Dia,
tempat berlindung yang dapat diandalkan (ayat 2-3). Saat dalam kesesakan dan
sepertinya tak ada jalan keluar, Daud berseru kepada Tuhan (ayat 6-7).
Sebagaimana Daud, tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham, Musa, Yosua, Daniel,
Nehemia, Maria, dan Paulus dicirikan dengan kebergantungan mereka yang radikal
kepada Tuhan.
Sebagaimana seorang
balita bergantung pada ayah dan ibunya dalam segala hal, kita juga bergantung
pada Tuhan dalam segala sesuatu. Beberapa orang berpikir bahwa kita seharusnya
bertumbuh dari “masa balita” dalam hal kebergantungan pada Tuhan ini, menjadi
lebih mandiri. Kebenarannya adalah bahwa kita selalu memerlukan Tuhan. Kita mengawali
kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada kasih karunia yang tidak layak
kita terima. Kita juga melanjutkan kehidupan kristiani dengan kebergantungan
pada Tuhan yang terus berkarya memulihkan, memimpin, mengasihi, menyediakan,
memuaskan, dan memindahkan gunung. Ketika kita bergantung pada Tuhan, kita akan
mendapati Dia dapa diandalkan dan bersuka memuliakan-Nya.
Tuhan dimuliakan ketika kita menaruh kebergantungan kita
secara penuh kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar