Minggu, 24 Februari 2013

Teh yang Hambar


Pembacaan alkitab, yakobus 2:14-26

... iman bekerja sama
dengan perbuatan-
perbuatannya
dan oleh perbuatan-
perbuatan itu iman
menjadi sempurna.
(YAKOBUS 2:22)
Di suatu sore yang dingin, dua pemuda mampir ke angkringan memesan teh hangat. Selang beberapa menit, dua gelas teh yang masih mengepul telah terhidang. Sama persis. Setelah menyeruput sedikit, yang seorang berkata, “Kawan, sepertinya minuman kita tertukar. Teh ini rasanya hambar pada hal saya memesan teh manis”. Temanya menyeruput teh di depannya, “Tapi, ini teh tawar sesuai pesanan saya. Minuman kita tidak tertukar”. Setelah diamati, minuman mereka memang tidak tertukar. Di dasar gelas pertama, ada gula setinggi sati centimeter. Gulanya belum diaduk, sehingga tehnya rasanya hambar. Setelah gula itu diaduk, barulah teh manis bisa dinikmati.

Kehidupan orang kristiani juga seringkali demikian, sukar dibedakan dari yang bukan kristiani. Banyak orang nonkristiani juga percaya kepada Tuhan yang Mahaesa, rajin beribadah dan berbuat baik. Rasul Yakobus bukan mengingatkan bahwa setan-setan pun percaya kepada Tuhan dan gemetar terhadap-Nya (ayat 18). Perbedaan baru bisa dirasakan ketika iman itu menyatu dengan perbuatan (ayat 22). Yakobus mencontohkan: ketaatan Abraham menunjukkan imannya kepada Allah yang berkuasa dan menepati janji-Nya; tindakan Rahab menunjukkan imannya kepada Allah Israel. Iman perlu “diaduk” sehingga menyatu dengan perbuatan kita sehari-hari.

Proses “diaduk” menjadi proses yang memerlukan kerendahan hati dan kerap terlewat dalam kehidupan beriman kita sehingga terkadang keberadaan kita di tengah masyarakat tak bisa memberi “rasa” apa-apa. Mari memeriksa diri” Apakah yang saya yakini tentang Allah dapat dirasakan dalam perbuatan saya? Apakah lewat perbuatan saya, orang bisa mengenali iman saya kepada Allah?



Banyak perbuatan baik bisa dilakukan tanpa iman kepada Kristus,
tetapi tak mungkin kita mengaku beriman tanpa berbuat baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar