Pembacaan
alkitab, 1 timotius 2:1-7
Karena itu, pertama-
tama aku menasihatkan:
Naikkkanlah permohonan,
doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua
orang, untuk raja-raja
dan semua pembesar,
agar kita dapat hidup
tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan
dan kehormatan.
(1 TIMOTIUS 2:12)
Dua berita
berlawanan di halaman koran yang sama: 1. Sejumlah warga mengelu-elukan
presiden. 2. Para mahasiswa dan demonstran membakar foto presiden dan berikrar
menggulingkannya. Itulah dua sikap rakyat terhadap pemimpin yang mereka dapati
tak sempurna; yang buruk dalam mengelola negara. Sebagai warga negara sekaligus
warga gereja, bagaimana sikap kita?
Paulus menasihatkan
Timotius dan jemaat untuk mendoakan para penguasa agar mereka dimampukan untuk
menciptakan situasi yang lebih baik bagi rakyat, kondusif bagi ibadah dan
penyebarluasan berita keselamatan (ayat 1-4, 7). Dengan fase “pertama-tama”
(ayat 1), Paulus memberi penekanan bahwa ini adalah sesuatu yang penting; perlu
diberi prioritas. Mendoakan penguasa juga merupakan wujud pernyataan iman jemaat,
bahwa mereka hanya menyembah satu Allah, yang menyatakan diri dalam Yesus
Kristus (ayat 5-6), bukan kaisar Roma. Nasihat Paulus mengingatkan jemaat bahwa
penguasa kejam yang tampak sangat berkuasa itu tetaplah makhluk ciptaan yang lemah dan perlu didoakan.
Kemajuan teknologi
informasi kini memudahkan kita melaksanakan panggilan bersyafaat bagi para
pejabat daerah, pemimpin nasional, bahkan pemimpin dunia. Mari gunakan mata
iman dan mata hati mereka ketika menonton atau membaca berita tentang para
pemimpin---positif pun negatif. Merayakan kemerdekaan RI ke-67 hari ini, mari
memulainya dengan pemerintah bangsa kita.
Mendukung pemimpin adalah pilihan warga negara,
bersyafaat untuk mereka adalah keharusan warga gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar