Kamis, 13 Juni 2013

Mendoakan Penguasa

Pembacaan alkitab, 1 timotius 2:1-7

Karena itu, pertama-
tama aku menasihatkan:
Naikkkanlah permohonan,
doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua
orang, untuk raja-raja
dan semua pembesar,
agar kita dapat hidup 
tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan
dan kehormatan.
(1 TIMOTIUS 2:12)
Dua berita berlawanan di halaman koran yang sama: 1. Sejumlah warga mengelu-elukan presiden. 2. Para mahasiswa dan demonstran membakar foto presiden dan berikrar menggulingkannya. Itulah dua sikap rakyat terhadap pemimpin yang mereka dapati tak sempurna; yang buruk dalam mengelola negara. Sebagai warga negara sekaligus warga gereja, bagaimana sikap kita?

Paulus menasihatkan Timotius dan jemaat untuk mendoakan para penguasa agar mereka dimampukan untuk menciptakan situasi yang lebih baik bagi rakyat, kondusif bagi ibadah dan penyebarluasan berita keselamatan (ayat 1-4, 7). Dengan fase “pertama-tama” (ayat 1), Paulus memberi penekanan bahwa ini adalah sesuatu yang penting; perlu diberi prioritas. Mendoakan penguasa juga merupakan wujud pernyataan iman jemaat, bahwa mereka hanya menyembah satu Allah, yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus (ayat 5-6), bukan kaisar Roma. Nasihat Paulus mengingatkan jemaat bahwa penguasa kejam yang tampak sangat berkuasa itu tetaplah makhluk ciptaan  yang lemah dan perlu didoakan.

Kemajuan teknologi informasi kini memudahkan kita melaksanakan panggilan bersyafaat bagi para pejabat daerah, pemimpin nasional, bahkan pemimpin dunia. Mari gunakan mata iman dan mata hati mereka ketika menonton atau membaca berita tentang para pemimpin---positif pun negatif. Merayakan kemerdekaan RI ke-67 hari ini, mari memulainya dengan pemerintah bangsa kita.



Mendukung pemimpin adalah pilihan warga negara,
bersyafaat untuk mereka adalah keharusan warga gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar