Pembacaan
alkitab, yeremia 8:18-22
Karena luka
puteri bangsaku
hatiku luka ....
(YEREMIA 8:21)
Orang yang
dekat dengan Tuhan sering dianggap pasti memiliki sukacita dan kebahagiaan yang
tak dipengaruhi kesulitan hidup. Wajah mereka senantiasa memancarkan kedamaian,
penuh senyuman dan tawa. Banyak orang mengidamankan dan mengejar hidup yang demikian.
Namun perhatikanlah
hidup Yeremia, seorang yang dipilih, dikasihi, dan dekat dengan Tuhan sejak
dalam kandungan (1:5). Bukan senyum dan tawa yang menghias hidupnya. Yeremia
sadar, bahwa Allah yang memanggilnya adalah Bapa yang sedang murka dan berduka
karena kejahatan anak-anak-Nya. Hidup karib dengan Allah justru membuat Yeremia
tak mampu menekan rasa frustasi dan air mata; ia turut merasakan kehancuran
hati Allah di dalam jiwanya (6:11). Seperti Yesus, hatinya teriris oleh kasih
yang turut merasakan luka-luka jiwa orang-orang di sekitarnya, mereka yang
penuh borok kejahatan dan menantikan kebinasaan (ayat 3). Ia memohon
pengampunan bagi bangsanya sambil berkabung (ayat 20-22), sementara mereka yang
mengaku sebagai umat Allah tidur pulas dalam “damai sejahtera Tuhan” yang palsu
(ayat 11).
Tuhan memanggil kita
bukan hanya untuk menikmati sukacita hidup dalam hadirat-Nya, melainkan juga
untuk memulihkan luka bersama-Nya. Adakah kita sebagai pribadi dan sebagai
Gereja, ikut merasakan hati Tuhan ketika melihat berbagai masalah di sekitar
kita? Betapa kita terlalu nyaman dalam sukacita palsu yang tak peduli.
Mengabaikan hati Tuhan yang masih berduka dan merindu. Berdoalah demi jeritan
hati bangsa ini, hampirilah saudara-saudara kita yang membutuhkan dalam
kerinduan hati Tuhan.
Dekat dengan Tuhan berarti
bersukacita dengan apa yang menyukakan hati-Nya,
berdukacita dengan apa yang menghancurkan hati-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar