Pembacaan
alkitab, amsal 14:1-9
Siapa berjalan dengan
jujur, takut akan
TUHAN, tetapi orang
yang sesat jalannya
menghina Dia.
(AMSAL 14:2)
Alkisah seorang raja mencari pengawas kebun
kerajaan dengan cara yang unik. Tiap pelamar diberikan sekantong biji untuk
ditanam selama waktu tertentu. Seorang pemudi ikut mendaftar dengan semangat.
Biji dari raja ditanamnya hati-hati, disiramnya tiap hari. Namun, betapa sedih
hatinya melihat biji itu tak kunjung tumbuh. Ketika tiba batas waktu untuk
melapor ke istana, ia melihat orang-orang membawa tanaman yang indah-indah.
Setengah menangis ia mohon ampun pada raja, karena biji itu tidak mau tumbuh sekalipun
ia telah merawatnya tiap hari. Raja menepuk pundaknya dan berkata, “Semua biji
yang kuberikan sebenarnya sudah dipanggang, jadi tidak mungkin tumbuh. Entah
dari mana tanaman-tanaman yang mereka bawa. Terima kasih sudah membawa
kejujuranmun. Hari ini juga kamu resmi menjadi pengawas kebun kerajaanku.
Kejujuran tak tak
hanya menunjukkan ketulusan hati, tetapi juga sikap yang menghormati orang
lain. Karena hormat, kita tidak mau menipu orang itu. Lebih dari menghormati
sesama, Amsal berkata bahwa sikap yang jujur menghormati Tuhan sendiri (ayat
2). Ketika seseorang berdusta, ia sebenarnya sedang menghina Tuhan Yang
Mahatahu. Memang bersikap jujur di tengah dunia yang sarat ketidakjujuran bisa
dipandang sebagai suatu kebodohan di mata manusia. Namun tidak di mata Tuhan.
Orang yang jujur justru menunjukkan kesetiaan dan kebaikan di hadapan-Nya (ayat
5, 9).
Ketika diperhadapkan
pada plihan untuk jujur atau tidak, ingatlah bahwa kita tidak saja sedang
berurusan dengan manusia, tetapi juga dengan Tuhan. Manusia tidak serbatahu,
tetapi Tuhan tahu apakah kita sedang menghormati-Nya atau tidak.
Jujur itu menghormati Tuhan.
Menyatakan bahwa Dia mahatahu dan menyukai kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar