Pembacaan alkitab, ayub 42:1-6
Hanya dari kata orang
saja aku mendengar
tentang Engkau,
tetapi sekarang
mataku sendiri
memandang Engkau.
(AYUB 42:5)
G
|
elap kerap diidentikkan dengan hal-hal
negatif. Namun, tidak bagi para astronom di Boscha, Lembang. Gelap mutlak
diperlukan dalam pengamatan bintang dan benda-benda angkasa nan indah.
Sayangnya, pembangunan pemukiman dan gedung-gedung baru membuat langit Bandung dan sekitarnya
menjadi makin terang benderang saat malam. Kondisi ini membuat para peneliti
khawatir, pengamatan benda-benda angkasa lewat teropong bintang tak lagi bisa
dilakukan karena polusi cahaya.
Dalam perjalanan hidup bersama Tuhan, kita
pun kerap menolak “gelap”. Kita berharap Dia senantiasa membawa kita berjalan
dalam terang. Kenyataannya, ada masa ketika Dia membawa kita berjalan melewati
lembah kelam. Lihatlah Ayub. Dalam izin dan kedaulatan Tuhan, Ayub pernah
mengalami keadaan yang sangat buruk. Malapetaka menimpanya bertubi-tubi, hingga
Ayub berkeluh kesah (Ayub 3). Tuhan pun menyatakan diri-Nya di tengah badai
(Ayub 38-41). Tidak semua pertanyaan Ayub dijawab Tuhan. Namun, apa yang
dinyatakan Tuhan itu lebih dari cukup bagi Ayub. Ia mengerti. Sama seperti
kilau bintang yang tampak paling indah di kegelapan malam, malapetaka yang Ayub
alami adalah adalah sarana yang Tuhan pakai untuk menyatakan Pribadi-Nya dalam
hidup Ayub-yang selama ini luput dari pengamatannya (ayat 5).
Gelap tak selamanya buruk. Keadaan apa pun
yang kita alami saat-saat ini dapat menjadi sarana Tuhan menyatakan kasih,
kuasa, berkat, dan Pribadi-Nya. Lebih dari itu, Dia rindu kita makin mengenal
dan mengalami-Nya secara pribadi, hingga kita dapat mengaku: “...sekarang
kukenal Engkau dengan berhadapan muka” (ayat 5 BIS).
Tuhan
mengizinkan kegelapan hadir dalam hidup Anda,
supaya
terang-Nya terlihat makin nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar