Pembacaan
alkitab, hakim-hakim 2:6-14
Setelah seluruh angkatan
itu dikumpulkan kepada
nenek moyangnya,
bangkitlah sesudah
mereka itu angkatan
yang lain, yang tidak
mengenal TUHAN
ataupun perbuatan
yang dilakukan-Nya
bagi orang Israel
(HAKIM-HAKIM 2:10)
“Kok bisa, ya? Padahal orangtuanya tidak begitu.” Anda
mungkin pernah mendengar ekspresi demikian ketika anak-anak muda dianggap tidak
mengikuti teladan orangtuanya. Misalnya saja sang bapak pendeta, tetapi si anak
terjerat narkoba; sang ibu guru Sekolah Minggu, tetapi si anak biang keributan.
Herankah Anda? Atau Anda bisa melihat fenomena serupa?
Saat mengamati ayat
ke-10, mungkin Anda juga bertanya, “Kok bisa, ya?” Bukankah ayat 7 mencatat
bahwa sepanjang hidup Yosua dan para tua-tua yang pernah dipimpinnya, bangsa
Israel setia beribadah kepada Tuhan? Bagaimana mungkin angkatan sesudah mereka
tak lagi mengenal Tuhan? Kita tak tahu pasti prosesnya, tetapi akibatnya terekam
jelas; terbentuk generasi baru yang melakukan kejahatan di mata Tuhan,
berpaling menyembah ilah lain (ayat 11-13). Sebab itu, Tuhan murka dan
menyerahkan mereka ke tangan musuh (ayat 14). Besar kemungkinan, Ulangan 6:4-9
tidak lagi diterapkan secara konsisten oleh para orangtua. Ibadah-ibadah raya
mungkin tetap berlangsung, tetapi anak-anak tidak memahami apa bedanya dengan
ibadah bangsa lain. Mereka mungkin melihat ritualnya, tetapi tak mengenal
Tuhan-nya.
Lebih dari sekadar
memperkenalkan gedung gereja dan membawa anak ke Sekolah Minggu, orangtua
bertanggung jawab memperkenalkan Tuhan kepada anak-anaknya. Dari hati yang
mengenal dan mencintai Tuhan, akan lahir sikap beribadah kepada-Nya. Gereja
perlu lebih bersungguh hati memperlengkapi para orangtua untuk bisa mengajarkan
firman Tuhan kepada anak-anak, dan makin sering mengumandangkan peringatan ini:
kelalaian generasi kita dapat menyebabkan kehancuran bagi generasi berikutnya.
Pengenalan akan Tuhan yang dipelihara di tiap keluarga akan
mewariskan iman yang bertumbuh pada generasi berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar