Pembacaan
alkitab, ulangan 10:12-22
Sebab itu sunatlah
hatimu dan janganlah
lagi kamu tegar
tengkuk.
(ULANGAN 10:16)
Sunat, atau pemotongan kulit khatan pada
lelaki, biasanya diidentikkan dengan bangsa Yahudi atau umat muslim. Namun,
penelitian mencatat bahwa praktik sunat ternyata dijumpai di antara berbagai
bangsa dan sudah ada di Indonesia jauh sebelum pengaruh Islam masuk. Dalam
budaya Jawa, ritual sunat dihayati sebagai upaya untuk memurnikan diri dan
menghilangkan sukerto, yaitu
hambatan, kotoran, atau kseialan manusia yang dibawa sejak lahir. Memang dari
aspek medis, kulit khatan bisa menjadi tempat persembunyian kotoran, sehingga
ketika dihilangkan, sejumlah risiko penyakit bisa dihindari.
Di Alkitab, sunat
pertama kali disebutkan sebagai tanda perjanjian Tuhan dengan Abraham (Kejadian
17). Tak heran, sunat lahiriah ini seringkali dibanggakan orang Yahudi untuk
menunjukkan status mereka sebagai umat pilihan Allah. Namun, ada sunat lain
yang berulang kali disebutkan dalam Alkitab yang lebih penting dari tanda
lahiriah: sunat hati. Ini berarti menyingkirkan kulit khatan hati (Yeremia
4:4), atau hal-hal yang membuat seseorang tidak hidup takut akan Tuhan, tidak
hidup mengasihi Dia dan beribadah kepada-Nya (ayat 12-13). Sunat hati berarti
mengakui dan menanti Tuhan, menyatakan betapa Tuhan itu kuat dan dahsyat, adil
dan kasih, layak disembah oleh semua orang (ayat 17-19).
Secara lahiriah,
mungkin kita menunjukkan berbagai indikasi sebagai pengikut Kristus. Pergi ke
gereja, membaca Alkitab, rajin berbuat baik. Namun, jika hati kita masih
menikmati dosa, diliputi ketakutan, kebimbangan, egoisme, kepentingan diri
sendiri, kita harus meminta Roh Kudus menyelidiki hati kita, adakah kita sudah
bersunat hati seperti yang Tuhan inginkan?
Entah kita bersunat secara lahiriah atau tidak,
Tuhan menghendaki kita bersunat hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar