Pembacaan
alkitab, wahyu 2:1-7
Meskipun demikian,
Aku mencela engkau,
karena engkau telah
meninggalkan kasihmu
yang semula.
(WAHYU 2:4)
Soren Kierkegaard mengarang cerita tentang
seorang pria dari negeri Barat yang datang ke Tiongkok dan menjalin cinta
dengan seorang wanita di sana. Ketika pulang ke negeri asalnya, ia berjanji
kepada sang wanita untuk mempelajari bahasa Mandarin supaya mereka dapat saling
menulis surat cinta. Ia memenuhi janjinya dengan belajar bahasa Mandarin sampai
ke perguruan tinggi. Bahkan, ia menjadi guru besar bahasa itu. Namun, ia
akhirnya lebih mencintai bahasa Mandarin dan profesi barunya sebagai guru
besar. Ia tak lagi peduli untuk menulis surat kepada sang kekasih, apalagi
kembali ke Tiongkok. Ia melupakan kasihnya yang semula kepada sang kekasih.
Hati kita miris
membaca ironi cerita di atas. Namun, demikian ironi ini kerap dilakukan
anak-anak Tuhan. Itu pulalah yang terjadi di tengah-tengah jemaat Efesus. Di
satu sisi, mereka memiliki aneka prestasi yang mengagumkan. Mereka suka
berjerih lelah, tekun melayani, rajin menguji ajaran palsu, dan sabar menderita
bagi Tuhan (ayat 2-3, 6). Akan tetapi, Tuhan tetap mencela dan menegur mereka.
Mengapa? Karena, jauh di dalam hati mereka, sudah kehilangan kasih yang semula
kepada-Nya (ayat 4). Aktivitas mereka yang secara lahiriah sangat padat dan
sibuk, tidak diberangi dengan kedalaman kasih mereka kepada Tuhan.
Apakah kita memiliki
kecenderungan seperti jemaat di Efesus? Kita suka melayani. Kita menegakkan
ajaran yang benar. Kita mau menderita bagi Tuhan. Akan tetapi, kita sudah melupakan
kasih yang semula kepada Tuhan. Camkanlah peringatan Tuhan Yesus ini dan
bertobatlah sekarang juga.
Inilah permohonanku yang tulus:
lebih mengasihi Engkau, oh Kristus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar